7. Her Name Is Greisy [7]

10.3K 3.2K 627
                                    

Vote dulu.

Komen dulu.

Kalo mau ngasih duit ke saya buat beli takjil juga boleeh banget.

***

Hydra merasakan tatapan yang terarah lurus padanya.

Perlahan dia meluruskan pandangan, melihat beberapa cowok yang berdiri di kejauhan. Visual mereka sama-sama menakjubkan. Jika Hydra harus menggambarkan, satu kata yang paling cocok diutarakan adalah ; amazing.

"Itu Harald, yang paling kiri." Yara menjelaskan, "Yang di kanan itu Ruis."

"Tengah Jeremiah Vanders?" tebak Hydra setengah bergumam.

"Kenapa lo bisa tahu?"

Hydra hanya meliriknya, seolah mengisyaratkan dengan mata ; bego.

Jimmy menatapnya, tampak sangat marah. Seolah mainan di telapak tangannya sudah membebaskan diri dengan mudah. Mungkin, dalam hidupnya Jimmy begitu yakin kalau lambat laun sosok 'Greisy' akan menyerah. Pada akhirnya, Greisy akan berlutut di kakinya, memohon pengampunan dan rela melakukan apa pun selama Jimmy rela melepaskannya.

Tapi bahkan Greisy tidak menyerah sampai akhir. Apa yang diharapkan Jimmy dari Hydra?

Greisy selalu sangat takut pada cowok itu. Setiap kali Jimmy menatapnya, Greisy merasa kalau nyawanya sudah ada di kerongkongan, hanya tinggal beberapa saat sebelum keluar.

Tapi Hydra berbeda.

Hydra tersenyum sopan pada Jimmy, membuat Jimmy tercengang untuk beberapa detik. 

"Hei, Greisy." Rean tampak marah saat melihat Hydra yang berinteraksi dengan Jimmy bahkan lewat tatapan mata. Dia menegurnya, "Jangan lupa. Jeremiah Vanders, dia itu orang yang udah bikin lo menderita di sekolah."

"Gue nggak lupa." Hydra menjelaskan. "Dia natap gue, wajar gue senyum, kan? Kalo gue lemparin dia pake batu-bata, apa dia nggak makin beringas?"

Rean tertawa, "Lo lucu sekarang."

"Makasih, gue tahu itu."

Rean hanya merasa Greisy yang sekarang lebih menyenangkan. Jadi dia tidak keberatan sedikit bergaul dengannya. "Kepedean."

Hydra tidak berkata apa-apa disebut 'kepedean' oleh raja narsis. 

"Tapi lo harus hati-hati, karena Jeremiah kelihatannya mau turun tangan lagi." Rean mengingatkan. "Dia ini ... bahkan kabarnya pernah bunuh orang, tapi nggak dapet tindakan hukum sama sekali."

"Nggak heran." Hydra mengangguk, ini novel Yara. Matiin orang nggak ada bedanya sama matiin semut.

"Kalo gitu, sebaiknya lo lebih menjauh." Hydra menatap Rean lagi, dia tersenyum manis, "Jangan sampe lo terlibat. Walau gue tahu lo nggak takut apa pun, tapi latar belakang Jimmy juga pasti bikin lo repot. Jangan sampe dia mikir kalo lo dan gue sekarang terlibat."

Setidaknya ... di antara 5 orang itu, jika 4 sekitarnya adalah monster, Jimmy jelas adalah rajanya.

Rean cemberut, "Nah, nggak usah mikirin dia. Bagi gue dia nggak begitu penting."

Berbeda dengan Jimmy yang memiliki seorang kakak laki-laki, Rean adalah anak tunggal. Jadi dia lebih disayangi dan dimanjakan. Kesalahan apa pun selama tidak merugikan negara ... orang tuanya akan menutup mata.

Untungnya, Rean ini cukup malas. Dia tidak senang berurusan dengan hal yang merepotkan.

Hydra melangkah percaya diri, dia diikuti Rean yang turun begitu saja dari motornya di depan gedung kelas. Kunci motornya dilempar ke belakang, Edo yang sejak tadi mengikuti menangkapnya dengan mudah, lalu dia membawa motor Rean untuk dibawa pergi ke parkiran.

She Is(n't) The Villain ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang