Chapter 5 Awal Kebahagiaan?

23 1 0
                                    

Sebulan kemudian....

Setelah sekian banyak rangkaian ujian yang kujalani, kini tiba saatnya aku menikmati masa liburanku. Bukan liburan sih tapi lebih tepatnya menantikan hasil ujianku untuk bisa dinyatakan lulus sekolah atau tidak, semoga saja sih lulus.

Tidak ada yang spesial hari ini, bahkan seharian aku cuma rebahan di kamar dan sesekali keluar kamar hanya sekedar menonton TV atau makan. Benar-benar sangat membosankan, aku memutuskan untuk keluar jalan-jalan keliling kampung. Suasana sore ini cukup cerah, tidak ada mendung sama sekali. 

Aku berjalan di pinggir jalan menuju taman di dekat kampungku, banyak sekali orang lalu lalang di taman itu. Entah untuk sekedar bermain bersama anak, refreshing bersama teman, atau sekedar duduk santai menikmati langit sore. Dan aku memilih untuk duduk di bangku dekat lapangan kecil di taman itu, kebetulan ada juga komunitas skateboard yang sedang berkumpul di lapangan itu, mereka bermain santai dan bahkan ada yang bertanding adu skill kemampuan masing-masing. Pandanganku tertuju pada sosok tampan di ujung lapangan, dia hanya bermain santai dan tidak terlalu menunjukan skill bermainnya. Dengan kaos oversize berwarna putih dan celana hitam panjang menambah pesona cowok itu, pasti dia memiliki banyak fans. 

"Estehnya neng, es teh es teh! es teh manis kaya penjualnya!" Teriak abang penjual esteh keliling dengan membawa nampan berisi esteh yang sudah di taruh dalam cup kecil. 

"Mau dong bang!" Aku sedikit berteriak sebelum abangnya melangkah menjauh, dia berjalan cukup cepat rupanya.

"eh, iya neng. ini cukup 5.000 saja" Kata abangnya sambil menurunkan nampannya dan memberiku satu cup kecil es teh.

"ini bang, makasih ya." Kataku menerima es teh sembari menyodorkan uang pas 5.000an kepada abang penjual estehnya.

Aku cukup menikmati sore ini, matahari perlahan bersembunyi di ujung barat, menyisakan cahaya orange kemerahan. Permainan komunitas skateboard menjadi pemandangan yang cukup asyik bagiku, aku menikmatinya. Tapi lebih tepatnya aku kagum dengan sosok tampan berkaos putih itu, aku memperhatikannya cukup intens dari caranya bermain skate, bercanda dengan teman-temannya, bahkan adegannya minum air pun membuatku terkagum-kagum sampai aku tidak sadar kalau hari sudah mulai petang.

"Eh, udah jam 6 ternyata." Aku bergumam sendiri setelah melirik jam tanganku. Lebih baik aku segera pulang, cuaca mulai dingin dan aku sudah merasakan gejala gatal di tenggorokanku, ini membuatku tak nyaman. Entah kenapa setiap cuaca dingin aku selalu batuk dan sesak nafas, mungkin efek penyakit flek paru-paru dan asma yang aku derita di masa kecilku. Aku berdiri melangkah menjauh dari lapangan dan menuju rumah.

"Tunggu mbak" Teriak seseorang dari tempat aku duduk tadi, untung langkahku masih belum begitu jauh. Aku menoleh mencari tau dari siapa sumber suara itu, 'deg' suara jantungku berdetak cukup keras karna cukup kaget dengan apa yang aku lihat. Tapi aku harus cepat menguasai diri, 

"Aku?" Aku bertanya sembari menunjuk diriku sendiri dengan jari telunjukku.

"Iya ini dompetnya ketinggalan, kamu tadi duduk disini kan?" Kata cowok itu sambil sedikit berteriak karna aku masih belum mendekat.

'ohiya astaagaaa, pelupa banget sih gue' batinku lalu segera berlari kecil kembali ke tempat dudukku tadi.

"Eh, iya lupa aku tadi, makasih ya." Ucapku begitu menerima dan memastikan dompet itu milikku.

"Lain kali jangan teledor." Ucapnya singkat lalu berlalu pergi. Aku masih dalam posisi berdiri dan memegang dompet, 'dia dingin banget' batinku. Lalu aku pun juga segera berbalik dan berjalan pulang.

***skiipp 

Aku memasuki rumah dan suasana masih sepi, aku langsung masuk kamar seperti biasa. 'aku bosen' batinku. Kuputuskan untuk nelfon Ara, siapa tau dia bisa menjadi teman sepiku.

"Sexy Girl And Her Badboys"Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz