Genggaman Eru

304 27 0
                                    

*********

"Lo naksir sepupu gue?"

"Ha..Hah?!!"

Ravi tersenyum miring dengan tatapan meledek. Aku gelisah sehingga memusatkan pandangan ke sembarang arah.

"Ngaku lo!!" Cibirnya

"Eng..nggak haha haha aneh aneh aja lo" jawaban itu malah semakin membuat Ravi mencondongkan tubuhnya ke arahku. Ingin sekali aku menabok muka tengil nya itu kalau engga ingat ia sepupu mas Eru.

"Gak usah ngelak lo!"

"Naksir apaan... kagakkk kok"

"Jangan boong lo"

"Iya... iyaaa"

"Iya apa?"

"Iya gue nya suka" aku menunduk.

Ia tertawa terbahak, sehingga beberapa orang di sekitar kami ikut menoleh. Aku meringis malu, ingin rasanya aku kabur tapi takut Ravi membocorkan rahasia yang hanya diketahui kedua sahabatku itu.

Aku melihat Ravi sinis, kemudian menghela nafas.. ragu-ragu ku tatap Ravi dengan muka memelas.

"Please.. jangan bilang-bilang ya, gue janji kok gue gak bakal ganggu sepupu lo sama perasaan yang gue punya, gue juga sadar diri kali" ucapku pelan sambil memilin tali tas selempang yang aku gunakan.

"Ya emang kenapa kalo dia tau?"

"Pokoknya jangan bilang Please" aku menangkup kedua tangan di depan dada.

"Ada syaratnya tapi"

"Apaan" aku mendelik, takut dia meminta yang aneh-aneh.

Ia menengadahkan wajah tampak berpikir,

"Gue pikir-pikir dulu deh"

"Jangan yang aneh-aneh deh"

"Gak aneh-aneh kok, palingan minta dibayarin tiket nonton konser nya JB gak usah yang mahal-mahal, CAT 1 deh"

"DIH OGAHHH!" Ujar diriku sambil bangkit berdiri hendak menuju stand penjual minuman yang tadi aku dan Ravi pesan, gila aja gelontorin uang 6 jutaan buat tutup mulut anak itu, Ravi masih tertawa cengengesan kemudian dia juga bangkit menghalangi jalanku.

"Apaan?!!" Tekanku kesal namun ia masih diam berdiri di depanku membalas tatapanku yang penuh permusuhan itu.

Aku melangkah ke kanan, dia ikut ke kanan, aku melangkah ke kiri dia juga ikut ke kiri, begitu saja sampai aku pegang rambutnya lalu aku tarik keras.

"Aw...Aw..Aw... sakit woy!!"

"Ngeselin sih lo" aku bahkan masih tidak percaya kenapa aku bisa seekspresif ini berhadapan dengan Ravi yang baru ku kenal.

Ia malah kembali terkekeh sambil mengacak puncak kepalaku.

"Yang lain kemana?" Ujar sebuah suara berat di belakangku.

Aku kenal suara ini, suaranya besar dan berat hingga aku bisa mendengarnya ketika ia sedang berbicara dengan karyawannya di apotik sedangkan aku sedang diam di dalam toko mamaku.

Kini suara itu ada tepat di belakangku yang saat ini masih menghadap Ravi.

Aku ingin berbalik, tapi gugup sekali. Akhirnya yang aku lakukan hanya diam mematung.

"Tadi ke stand alat hiking"

"Oh.." ucapnya singkat.

Tak lama Ravi membalik tubuhku menghadap pria yang tinggi menjulang itu.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang