Setan Ganteng

234 18 1
                                    

*******

Rasa takut yang semula menghampiri ku menghilang tanpa sisa, kini aku lebih semangat dan lebih banyak berekspresi. Aku bisa ikut teriak seperti Cindy, namun aku juga tak bisa memeluk seseorang di sampingku seperti perempuan itu memeluk bang Farhan.

Mas Eru terlihat tertawa kecil setelah melihatku berseru senang ketika melewati riak nya air yang berada di antara dua batu besar.

Mengenai keinginanku untuk terus menggenggam tangan mas Eru, ternyata separuh perjalanan membuatku melupakan niat itu. Aku seketika melepas genggaman tangannya ketika adrenalin dan rasa penasaran bersatu dan berpacu.

Sampai kami tiba di undakan terakhir, tingginya sekitar 1 meter sehingga riak air yang mengalir deras terlihat seperti sebuah air terjun Kecil.

Perahu karet yang ditumpangi Ravi, Tere, Gilang dan Jelita sudah melewati tantangan terakhir itu dengan sempurna. Mereka berseru senang dan memberi semangat pada kami. Aku sedikit takut, badanku tiba-tiba tak bisa diam karena gelisah, lalu ketika arus mendorong kami dengan sangat kuat bersamaan dengan perahu karet kami yang kehilangan keseimbangan, akhirnya perahu karet kami terguling.

Aku panik dan tanganku berusaha menggapai sesuatu mencari pegangan, mataku masih terpejam ketika dua buah tangan besar meraih pinggangku lalu melilit ke perut , aku menyadari seseorang seperti tengah memeluk tubuhku dari belakang.

Ia membawa ku ke tepian, aku membuka mata dan melihat tatapan khawatir yang terpancar dari kedua bola matanya.

"Bri.. hei.... Kamu gak papa?" Tanya mas Eru, orang yang tadi memeluk tubuhku dari belakang dengan tatapan bersalah. Mungkin ia merasa bersalah karena telah membujuk dan membawaku masuk dalam air walau aku sebelumnya tak berani.

"Maaf.. maaf.. aku gak pegang tangan kamu pas kita turun" aku masih bergeming, belum sadar akan keterpakuan ku.

"Kenapa Bri? Ada yang sakit?" Aku masih diam terpaku, bukan karena terkejut akibat perahu karet terbalik, aku terkejut karena pertama kalinya merasakan pelukan mas Eru.

Rasanya jantungku copot dan jatuh ke bawah.

Aku tersenyum samar dan menggeleng membuat ia menghela nafas lega.

"Lo gapapa kan Bri?" Satu suara lagi terdengar dari belakang ku, terlihat sama khawatirnya dengan mas Eru. Gilang membalikan badanku, aku bisa melihat mata tajamnya bersiap memberiku ceramah panjang lebar namun sebelum ia berbicara aku lebih dulu mendahuluinya.

"Gue gak papa Lang, it's Okey cuma panik aja tadi"

"Serius?"

"Suer" ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah menunjukan peace.

"Lo gapapa Bri?" Tere, Ravi, Cindy dan Bang Farhan mengerubungiku. Aku tersenyum semanis mungkin untuk meyakinkan mereka semua

"Gue gapapa"

Mereka kompak menghela nafas menunjukan kelegaan,

"Syukurlah... lagian lo kan ngambang pake pelampung, napa bikin panik sih, gegayaan kayak orang tenggelem" aku melotot mendengar Tere

Keep It SecretUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum