Who's Deana

201 20 2
                                    

*******

Setelah kami makan siang bersama di sebuah tempat makan, kami melanjutkan perjalanan ke tempat wisata lainnya.

Destinasi selanjutnya masih di sekitar Ubud Bali, kami mengunjungi Monkey Forest. Ravi langsung meloncat-loncat kesenangan, ingin segera bertemu kembaran Tere katanya.

Aku menepuk jidat melihat kelakuan mereka.

Sepanjang kami berjalan, mereka berdua selalu mendebatkan siapa  diantara mereka yang lebih mirip monyet yang mereka jumpai.

"Re... liat tuh kembaran lu dadah-dadah, lu sombong katanya"

Tere mengambil sebelah sepatu yang ia gunakan, mengangkat nya seperti hendak melempar Ravi dengan sepatunya itu sebelum ku genggam dan ku turunkan tangannya sambil tertawa pelan.

Gak lucu kan kalau mereka berdua membuat kericuhan disini?

Sisa waktu kami disana kami habiskan dengan bersama-sama menikmati suasana alam yang asri dan menyejukan. Beberapa kali kami bergantian mengambil gambar bersama dengan segerombolan monyet.

Seperti saat ini, ada Tere yang hendak berfoto dengan salah satu monyet. Ia terlihat menyender kan tubuhnya di depan tembok yang tingginya setengah badannya, sedangkan monyet yang ia ajak foto ada di atas tembok tersebut.

Ravi tertawa keras di sebelah Gilang yang sedang memotret,

"Ya ampuun... mirip banget sih adek kakak iniiii"

"Gue jitak ya pala lo Rapi!!" Ravi kembali tergelak mendengar Tere yang kembali mengamuk.

Sambil tertawa aku merenggangkan pegangan tas di pundak karena merasa sedikit nyeri, mungkin karena aku membawa tas yang lumayan berat. Tas kecil yang ku gendong di punggung itu berisi barang-barangku seperti air mineral, hp, power bank dan beberapa perlengkapan lain.

Gerak gerik ku yang terlihat tidak nyaman menggendong tas kecilku rupanya dapat ditangkap oleh pandangan mas Eru, karena kini dia menghampiriku.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Tanya pria itu.

"Ah engga mas, gak papa"

"Pundak kamu sakit?" Tanya mas Er pelan.

Aku menggeleng sambil tersenyum, "cuma keram sedikit" bohong ku.

Namun setelah itu, mas Eru malah mendekat lalu meraih tas yang ku gendong itu,

"Sini, aku bantu bawa"

"Enggak usah mas"

"Gak papa" ia terus membujuk ku, karena bingung ku berikan saja tas ku padanya.

Aku kira ia akan membawakan tas ku dengan cara ditenteng, tapi nyatanya tanpa malu dia menggendong tas yang ku gunakan di punggung besarnya.

Aku terus tersenyum ketika melihat tubuh tegap nan besar seorang pria berjalan kesana kemari sambil memotret sementara tas mungil berwarna hitam kelap kelip terus bertengger di punggungnya mengikuti kemanapun pria itu pergi.

Keep It SecretHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin