Ide Tere

197 28 2
                                    

Maaf yaa gess aku baru sempat lanjutin cerita KIS ini :((

Semoga tetap ada yang baca yaaa..

*******

"Eitsss.. pertanyannya cuma satu ya!!" jawab Ravi ngegas.

"Ya elah pelit banget"

"Udah ayo puter lagi.."

Ravi segera mengambil sumpit untuk memutar kembali, namun setetes demi setetes air hujan mulai mengguyur kami, alhasil kami berlarian menuju villa menyelamatkan diri meninggalkan semua perabotan yang kami gunakan untuk makan malam.

Kami semua berkumpul di living room yang ada di dalam villa yang ditempati para lelaki. Ternyata luasnya lebih besar dari yang ditempati kami. Ada pantry juga di Pojok lain.

Kami mendudukan diri di atas sofa, ada juga yang tidur bergelimpangan di atas karpet di bawah sofa.

Bang Farhan menyalakan tv di depan kami,

"Kita netflix-an aja kuy"

"Yuk yuk... nyalain yang"sahut pacarnya. Oke, dua orang yang saling menempel di sofa sempit itu akhirnya menonton netflix tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya.

Tenggorokan ku terasa kering, aku pun beranjak menghampiri pantry mengambil gelas lalu meminum air. Sesekali aku mengusap kedua lengan yang dilapisi floral dress tipis karena hawa dingin yang menusuk kulit.

Ketika aku hendak berbalik, aku terkejut sampai hampir tersedak ketika ku lihat mas Eru berdiri menyender di tepi pintu penghubung.

Dia terlihat lekat menatapku sambil bersedekap tangan, aku menelan ludah canggung setelah sadar hanya ada kami berdua di ruang ini. Aku bahkan bisa melihat mereka semua yang sedang duduk sambil tertawa melalui celah partisi kayu.

"lagi apa?" Tanya mas Eru basa-basi, karena aku yakin dia melihat aku yang telah minum air dari gelas yang masih ku pegang.

"minum" jawabku singkat karena jantungku tiba-tiba mulai berdetak tak normal.

Aku berdiri menyender pada meja pantry, dengan tangan kanan yang masih memegang gelas bekas minumku yang masih tersisa setengah ketika mas Eru menghampiriku.

Kini, ia sudah berada tepat di depanku lalu meraih gelas yang ada di tanganku tanpa kata ia menenggak sisa air dalam gelas.

Detik waktu terasa bergerak lambat, aku bisa melihat jakunnya naik turun di bawah terpaan sinar lampu oranye yang temaram.

Ia meletakan gelas di samping tubuhku sambil menunduk, ketika ia mendongak jarak wajahnya kini sangat dekat dengan wajahku, sedikit saja aku bergerak aku bisa menjangkau bibir tebal dan basah miliknya.

Aku masih melihat bibirnya karena begitu takjub, bagaimana warnanya bisa tetap merah muda meski aku tahu selama ini ia seringkali merokok.

Ia tersenyum, setelah melihat ke dalam mataku yang mengerjap-ngerjap begitu lama. Kepalanya bergerak menjauh bertepatan dengan sebelah tangannya yang lain mengusap puncak kepalaku.

"dingin ya"

Aku menggeleng refleks walau kedua tanganku bergerak berlawanan, mengusap lenganku yang terbuka.

Aku kembali menelan ludah ketika ia meloloskan hoodie hitam miliknya dari tubuh jangkung itu melewati kepala hingga rambutnya kini berantakan.

ia mengangsurkan hoodie itu padaku

"pakai"

"t-tapi... mas gimana..."

"gak papa pakai aja" ia berjalan menuju kulkas lalu meraih minuman kaleng dari sana, kemudian menenggaknya.

Keep It SecretWhere stories live. Discover now