4. LANGIT JUGA TAHU KAPAN DIRINYA JATUH

8.9K 909 788
                                    

Hai semangat jalanin harinya yang berat 🌷

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu ya dan ramaikan setiap paragraf 💌

Happy reading semoga suka sama part ini <3

4. Langit juga Tahu Kapan Dirinya Jatuh.

BENUA menurunkan laju motornya ketika dari arah yang berlawanan terlihat beberapa kumpulan geng motor besar ingin menghadangnya. Benua masih tenang sampai dirinya membuka helm-nya dan memandang satu persatu orang-orang yang kini benar saja menghadangnya dengan posisi bentuk U.

"Pagi kembarannya Pak Bos," cengir salah satu kumpulan geng besar itu. Telihat dari name tag-nya bernama, Bisma.

Benua memang tidak mengenalnya secara langsung. Tetapi, ia mengetahui siapa mereka. Terlebih yang barusan menyapanya.

Benua memandang satu persatu mereka. Matanya bergerak menatap datar mereka. Mereka dengan kemeja sekolahnya di lapisi jaket yang bertuliskan 'D'Handzels' dan di padukan burung rajawali dengan gagahnya.

"Langsung aja Bisma, enggak usah pake basa-basi gitu. Lo enggak liat muka Benua yang natap kita satu persatu kayak gimana?" ucap Sadewa dari atas motornya dengan kaki yang di naikkan satu.

Bimo yang pertama kali maju. "Keren enggak kumpulan geng motor kita tadi?" tanya Bimo dengan memandang Benua tanpa keraguan.

"Langsung aja ada apa?" Kini Benua yang gantian bertanya. Cowok itu tampak tenang.

Bimo tersenyum miring. "Masih enggak mau gabung sama kumpulan besar milik D'Handzels?"

Alis Benua kini terangkat satu. "Disuruh Samudera? Enggak usah kayak gini lagi. Berapa kali gue ngomong kalau gue enggak pernah minat gabung sama geng lo?"

Ini bukan untuk yang pertama kalinya mereka mengajak dirinya untuk bergabung dengan anggota D'Handzels. Selama itu pula dirinya menolak dengan tegas kalimat ajakan mereka. Bukan kah itu sudah cukup untuk membuat mereka berhenti mengajak dirinya bergabung? Nyatanya tidak. Mereka tetap datang.

"Ditolak lagi ternyata," gumam Bisma yang masih bisa di dengar oleh Benua.

"Udah banyak kalimat penolakan lo untuk kita. Bahkan Samudera yang posisinya ketua D'Handzels sekaligus kembaran lo selalu gagal ajak lo bergabung. Kali ini bisa lo kasih alasan kenapa lo enggak mau bergabung?" tantang Bimo. Setiap kalimat penolakan Benua selalu tidak memberikan alasan. Cowok itu hanya menolak dan pergi.

"Kalau alasan lo yang buang-buang waktu gabung D'Handzels lo bisa liat Sagara. Dia pintar, sama kayak lo. Ikut lomba dimana-mana. Bahkan dia sering absen kalau kita ajak kumpul. Kita enggak pernah maksa untuk selalu hadir. Karena kumpulan besar ini kita bentuk seperti keluarga. Selalu welcome ketika siapa pun ingin datang hanya sekedar butuh rumah kedua. Atau butuh seseorang yang ingin di dengar?" kali ini Bimo berucap.

Benua diam. "Gue gabung enggak akan merubah apapun."

Sagara maju. Posisi mereka sejajar. Dua cowok dingin itu sempat menatap sebelum Sagara menatap jalanan dengan tangan kanan yang dimasukkan kedalam saku celanannya.

"Kali aja lo mau minta bantuan kita untuk seseorang yang harus kita jaga. Kita semua siap. Lo kan satu darah sama Bos gue." Bimo lebih dulu berujar sebelum Sagara membuat Benua tidak mengerti. Apa maksudnya?

"Kita tadi malam enggak sengaja lewat Dominic Company, yang kita lihat wajah lo cukup kacau. Tenang Bro Samudera enggak bakalan tau soal ini."

"Gue disana karena memang itu kantor Bokap gue. Gue belajar bisnis disana. Ada yang salah? Kumpulan besar lo enggak mungkin ngurusin hal kayak gini sampai—"

BENUASTARLADonde viven las historias. Descúbrelo ahora