48. Raja

758 71 6
                                    

Di dalam ruangan dokter, tampak dokter Samudra sedang berbicara pada seorang remaja laki laki.

"Kamu tahu kan selanjutnya tugas kamu itu apa," ucap dokter Samudra yang di tujukan pada remaja itu.

"Tenang saja, aku tahu kedatangan ku kesini," ucap remaja tersebut dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Good boy. Pokoknya kamu harus ngelakuin apa yang sudah di rencanakan," ucap dokter Samudra sambil mengacak surai kecoklatan sang remaja.

"Jadi kapan akan di mulai?" pandangan tak pernah lepas dari layar handphone itu. Seolah apa yang ia lihat ingin dia musnahkan saat itu juga.

"Besok."

"Tapi ingat. Jangan pernah kamu melakukan hal di luar yang sudah di rencanakan. Saya gak ingin jika hal itu akan gagal. Dan jangan pernah gegabah mengambil tindakan."

"Tenang saja. Aku bukan orang yang bodoh. Lagi pula, aku akan memerankan peranku dengan sangat sempurna."

Samudra tersenyum atas apa yang di ucapkan olehnya. Keinginannya sebentar lagi akan terpenuhi.

"Bagus. Itulah yang saya inginkan."

"Kebahagiaan hanya sesaat, dan nikmatilah saat saat itu," gumam Samudra dengan seringai di balik maskernya.

****

"Bagaimana kata dokter? Rayhan sudah bisa pulang kan?" tanya antusias dari Rayhan setelah melihat Raka datang.

"Iya, hari ini sudah bisa pulang," ucapan Raka langsing mendapat sorakan bahagia dari Rayhan.

Akhirnya dia akan menghirup udara segar lagi. Setelah beberapa hari di kurung di rumah Sakit, membuatnya sangat bosan dan tak dapat melakukan apa apa.

Tapi, Rayhan juga sedikit sedih, itu berarti kedua sepupunya akan meninggalkannya. Padahal, kehadiran mereka yang membuat Rayhan cepat sembuh.

"Cie cie, yang mau pulang, gak sabar nih, ketemu tempat bobo, wkwk," goda Rafi sambil tertawa.

Ray yang di tertawa kan pun, tak peduli. Ya dia sangat senang bisa pulang, jadi ia tak mau marah atau menanggapi ucapan Rafi yang pada akhirnya akan membuat mood Rayhan buruk.

"Yaudah Ray ganti baju dulu, terus siap siap. Kita pulang sekarang," ucap Dinda membereskan barang barang Rayhan.

Setelah usai, mereka pun pergi dari rumah sakit. Selama perjalanan, Rayhan terlelap di bahu Rafa, dia ketiduran di mobil.

Tak terasa, perjalanan yang memang tak terlalu jauh itu akhirnya telah sampai di tempat tujuan.

Raka memarkirkan mobilnya. Raka pun berinisiatif untuk menggendong Rayhan ke kamarnya. Tidak mungkin ia akan menyuruh Rafa atau Rafi yang badannya tak beda jauh dengan Rayhan.

Sampai di kamar, Raka membaringkan tubuh putranya dengan gerakan pelan. Sebelum keluar, ia mengusap pelan rambut Rayhan.

"Tidur yang nyenyak nak. Jangan buat papa khawatir."

Setelah mengantar Rayhan, Raka kembali ke ruang tamu menemani kedua keponakannya.

"Om, tante kita izin pamit ya, udah di jemput," ujar Rafa setelah melihat kedatangan supir ayahnya yang di tugaskan untuk menjemput mereka.

"Kenapa gak nginep aja dulu, Rayhan kan baru aja pulang. Pasti masih pengen main sama kalian," ucap Dinda yang sebenarnya menginginkan mereka disini, karena Rayhan terlihat begitu senang saat kehadiran kedua sepupunya itu.

"Iya tan. Kita juga masih pengen disini. Tapi kita juga harus sekolah," ujar Rafi.

"Gak enak juga kalo kebanyakan izin," tambah Rafa.

 Rayhan StoryWhere stories live. Discover now