BAGIAN 82👓

3.1K 203 82
                                    

Happy Reading👓

Dengan langkah pasti, Galaksi berjalan masuk menuju ruangan Darrel Adijaya. Saat ini, ia tengah berada di perusahaan Papa nya itu. Galaksi akan membongkar semuanya. Ia tidak ingin, Darrel masih menikmati harta yang didapatnya dari pembunuhan yang dilakukannya dulu.

"Ada perlu apa?" Darrel menutup laptopnya. Lantas berdiri mendekati Galaksi. Tidak biasanya, putra satunya itu datang ke kantornya seperti ini. Dan ini adalah kali pertamanya setelah ia beranjak remaja. Yang berarti ada hal yang sangat penting yang mungkin akan dibicarakan.

"Anda ingat Darwis Pradipta?" tanya Galaksi langsung pada intinya. Ia masih berdiri tanpa ada niatan untuk duduk.

Kening Darrel mengerut. "Darwis?" pikirnya tak ingat. Sedetik kemudian ia mematung. "Ke-kenapa kamu bertanya hal itu?"

"Saya tanya, Anda kenal dengan Darwis Pradipta?" Galaksi mengulang pertanyaannya. Kali ini, ia melontarkan pertanyaannya dengan lebih jelas.

"Di-dia teman Papa dulu," ujar Darrel mengalihkan pandangan.

Galaksi mengangkat kedua alis. "Oh yah?" ia tersenyum miring. "Berarti, Anda juga kenal dong dengan Revano Agres."

Mata Darrel seketika membulat saat nama itu disebutkan. Tanpa sadar, ia mengeluarkan keringat dingin, bersama dengan tangannya yang bergetar.

Galaksi melangkah lebih dekat kepada Darrel. "Orang yang sudah Anda habisi dengan tangan Anda sendiri," bisiknya tepat ditelinga Darrel.

"Bi-bicara apa kamu?! Apa maksud kamu?!" Darrel membentak dengan nafas yang menggebu-gebu. Ia memandang sangat marah kepada Galaksi.

"Anda tidak dapat menghindar lagi!!" Galaksi menggertak membuat suaranya menggema seisi ruangan. "Anda membunuh orang yang tidak bersalah, menghukum orang yang tidak bersalah, dan membuat keluarga hancur karena ulah Anda Tuan Darrel!!!"

Galaksi tertawa tak habis pikir. "Bagaimana bisa, bagaimana bisa Anda melakukan itu semua?!"

"Tutup mulut kamu!" Darrel tak terima dituduh seperti ini. "Mana bukti yang mengatakan saya membunuh Revan?!"

"Kenapa Anda masih belum mengaku?" Galaksi kesal. "Om Darwis sendiri yang menceritakan semuanya kepada saya. Pria yang telah Anda ancam waktu itu untuk menutup mulut. Dan akibatnya apa, karena ulah Anda, dia harus membusuk dipenjara."

"Darwis," ujar Darrel tajam. Ia kemudian mendongak pada Galaksi. "Pa-Papa tidak pernah melakukan pembunuhan itu, Papa tidak bersalah."

"Mau gimana pun, Anda sudah tidak bisa mengelak lagi."

"Tolong jangan penjarakan Papa. Pa-Papa, Papa bakal turutin semua kemauan kamu Galaksi. Tolong jangan penjarakan Papa." Darrel memohon kepada Galaksi.

"Keadilan harus ditegakkan. Om Darwis korban dari perlakuan yang Anda buat dulu. Gara-gara hal itu, keluarga Kayana jadi benci sama dia. Anda tau nggak, Kayana. Yang Anda bunuh itu adalah Ayah Kayana! Ayah dari pacar saya! Dia trauma karena kehilangan Ayah sedari kecil. Dan itu semua gara-gara Anda! Anda memang perusak kebahagiaan orang. Seharusnya, yang membusuk dipenjara itu Anda, bukan Om Darwis."

Galaksi menjelaskan panjang lebar dengan nafas yang memburu. Bisa-bisanya laki-laki ini minta untuk tidak dipenjarakan.

"Maafkan Papa. Maafkan kesalahan Papa dulu," Darrel berlutut. "Papa tau Revan itu adalah Ayah Kayana. Jangan, jangan penjarakan Papa."

Galaksi menatap datar pada Darrel yang berlutut dihadapannya. "Jangan minta maaf sama saya. Minta maaf sama keluarga Kayana, dan Om Darwis. Setelah itu, Anda bisa diserahkan ke kantor polisi."

KAYANAWhere stories live. Discover now