Chapter 6 - Sebuah Rencana

1.1K 197 8
                                    

Chapter 6 – Hiraeth – Sebuah Rencana

Tumpukan piring kotor memenuhi washtafel. Usai melihatnya terbengkalai, Atsumu melipat lengan kemeja putih yang ia kenakan. Segera mungkin, kedua tangannya membersihkan tumpukan piring itu satu-persatu.

Minggu, pukul lima sore. Sudah sewajarnya restoran dibanjiri oleh pelanggan. Apalagi di setiap akhir pekan.

“Gue bantu, ya.” Shinsuke datang dengan sebuah serbet di tangannya. Tanpa persetujuan Atsumu, ia langsung menyambar piring-piring yang sudah dicuci, mengeringkannya, lalu menjajarkan kembali piring-piring tersebut pada sebuah rak.

Mula-mula, Atsumu dan Shinsuke hanya sedang mengontrol keadaan restoran sembari menyantap makan malam.

Mereka memutuskan untuk membantu para karyawan yang kelihatan kewalahan akibat pelanggan yang membludak.

Tak hanya menyiapkan makanan bagi pelanggan yang makan di tempat, para pekerja juga sibuk membungkus pesanan dari aplikasi delivery food.

“Kak Atsumu, Kak Osamu datang.” Kata salah satu waiters yang baru saja menghampiri.

Atsumu masih sibuk menggosok piring kotor dengan spons. Dahinya dipenuhi oleh keringat.

“Suruh dia bantu di dapur.”    Perintah Atsumu membuat waiters itu sedikit merasa terkejut.    “Tenang aja, Osamu jago masak-!”   Atsumu mengacungkan jempolnya, meski hampir tidak terlihat karena ditutupi oleh kawanan busa dari sabun cuci piring.

*****

“tangan gue kedinginan.” Atsumu memperlihatkan kedua telapak tangannya yang keriput, juga sedikit pucat. ia benar-benar membantu mencuci semua piring selama dua jam tanpa henti.

Sekarang, Atsumu, Shinsuke, dan Osamu bisa beristirahat. Suasana restoran sudah lebih lapang, jadi para pekerja tidak kewalahan dalam melayani pelanggan.

Gelengan kepala sesekali dilakukan oleh Atsumu. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana  jika situasi ramai datang hampir setiap hari.

Terbesit didalam pikiran Atsumu untuk menambah jumlah pekerja di restoran. Tapi, ia harus mendiskusikan hal tersebut dengan Shinsuke terlebih dahulu.

“Osamu, makasih udah bantu, ya.” Kata Shinsuke yang masih sedikit terengah-engah.

“santai aja, gue juga luang, kok.” Jawab Osamu yang kemudian sibuk memakan camilannya.

“dih, doyan amat lu sama rasa matcha.” Komentar Atsumu, tetapi tangannya langsung menyambar beberapa stick pocky dari dalam kotak kemasannya.

Osamu menatap Atsumu dengan malas. Sudah mengejek, tapi tetap mengambil camilannya, itulah Atsumu.

Shinsuke masih dalam posisinya, duduk dengan tenang. Ia adalah satu-satunnya orang yang tetap bisa santai meskipun anak kembar dihadapannya benar-benar membuat kebisingan.

“eh, ya… bukannya lo kerja di kedainya Suna?” Tanya Shinsuke.

Osamu menggeleng. “Cuma paruh waktu aja.”

“gw ngira-nya, itu kedai elo yang punya dan Suna kerja disana. Ternyata malah sebaliknya.” Celoteh Atsumu. Wajahnya terlihat aneh karena memaksakan diri untuk mengkonsumsi camilan dengan rasa yang tidak ia suka. Yah, Atsumu hanya senang meledek Osamu, terlebih Osamu sangat sensitif apabila makanan miliknya diambil oleh orang lain.

Osamu menggeleng lagi, dengan tempo yang lebih lambat.

“soalnya… gue inget kalo elo pengen banget punya restoran, Sam.” Kedua mata Atsumu memandang luas. Berharap-harap adik kembarnya bisa mengingat salah satu impiannya sendiri.

Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang