Chapter 7 - Pengkhianatan

1K 189 19
                                    

Chapter 7 – Hiraeth – Pengkhianatan

“Oh, kita pernah ketemu waktu pelatihan-!” Shinsuke, langsung mengakrabkan diri dengan Iwaizumi. tidak disangka, bahwa keduanya pernah bertemu melalui kegiatan gabungan dari beberapa universitas.

“iya, iya, gue inget. Elo yang dapet piagam mahasiswa berprestasi itu, kan?” Iwaizumi tampak takjub dengan lawan bicaranya.

Dilihat-lihat kembali, keduanya semakin larut berbicara karena memiliki topik yang sejalan.

Atsumu memandang dari lantai dua, semua teman-temannya sudah tiba. Entah mengapa, Atsumu merasa bahwa dirinya bisa menggunakan kesempatan kali ini untuk mengadakan reuni dengan teman-temannya. Atsumu ingat betul kalau dihari itu, ia sempat mengatakan kepada teman-temannya untuk mampir dilain waktu.

“Osamu mana?” Tanya Suna usai meletakkan barang-barangnya di salah satu kamar.

“dia dateng kesini sama temen-temennya yang lain.” Jawab Atsumu.

“loh, Samu ngajak mereka, toh?!” Suna menggerutu. Sifatnya seperti orang yang sedang cemburu apabila pasangannya didekati oleh orang lain.

Semuanya telah sepakat untuk menghabiskan waktu bersama di rumah itu selama lima hari. Detik-detik dikala Osamu belum sampai, Atsumu selalu merasa bahwa dirinya gemetar. Ia betul-betul takut apabila adiknya ternyata memiliki teman yang memiliki aura negatif.

“apa Osamu cerita sesuatu soal Papah, sampe lo bisa nyimpulin kalo Papah berlaku buruk sama keluarganya?” Tanpa disangka, rupanya Atsumu mengungkit kembali apa yang dikatakan oleh Suna dihari itu. Karena kedatangan Shinsuke dan Osamu, membuat Atsumu tak lagi banyak bertanya.

“lo sendiri tau kalo Osamu hilang ingatan. Ada kalanya kepingan memorinya yang ancur itu, kesusun sedikit demi sedikit. Entah sadar atau enggak, kadang Osamu suka ngomong tapi ngelantur.” Suna mulai menjelaskan sedikit demi sedikit.

“apa aja yang Samu ucap?” Tanya Atsumu, lagi.

Suna mengerutkan dahi, sangat sulit baginya untuk membongkar apa saja yang ia tahu.

“banyak, gue juga tau kok alesan kenapa lo sama Osamu bisa kepisah.” Usai Suna berucap, mata Atsumu tak berkedip sekalipun.

Rasanya, Atsumu ingin membungkam Suna disaat itu juga. Sayangnya, Atsumu masih butuh penjelasan.

“pas gue sindir, Osamu selalu bilang kalau dia gak inget apa yang dia ucap.” Lanjut Suna kemudian.

“kalo dari awal lo udah tau, kenapa pas kita ketemu, lo masih nanya ke gue… apakah gue punya kembaran atau enggak-?” Atsumu menyambar Suna dengan pertanyaan yang cukup berat.

Setidaknya, Atsumu tahu kalau dihari itu, Suna berpura-pura seolah dirinya tidak mengetahui apapun.

“nggak ada maksud apapun. Gue cuma mau mastiin aja kalo Osamu beneran adek kembar elo.”      Suna menjawabnya santai.     “gue juga punya hak buat ngejaga Osamu dari orang yang pernah nyelakain dia.”     Suna menyindir Atsumu, meskipun begitu, Atsumu tidak bisa marah kepadanya.

Karena apa yang diketahui oleh Suna, memang dulunya pernah dilakukan oleh Atsumu.

Sekarang, tidak ada alasan bagi Atsumu untuk menyangkalnya. Lagipula, Suna pasti dapat menilai sendiri, bagaimana perubahan sikap Atsumu dalam menyikapi adik kembarnya itu.

“tutup mulut itu pilihan tepat, dan semoga elo nggak ulangin lagi kejadian itu.” Suna tersenyum tipis.

Ada satu hal yang Atsumu yakini dengan sangat pasti. Bahwa sebenarnya Suna tidak tahu harus berada di pihak siapa. Atsumu adalah temannya sejak lama,  tapi fakta bahwa dirinya pernah mencelakai Osamu benar-benar membuat Suna merasa marah. Mungkin rasa empati itu tidak akan pernah muncul, apabila Suna tidak lebih dulu mengenal Osamu setelah perginya Atsumu usai membubarkan Organisasi.

Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓Where stories live. Discover now