Bandung, 2020.
Alana pov.
Aku Alana Aurelia Pitaloka. Ini hari pertamaku dikota ini, kota Bandung. Yang biasa dijuluki kota kembang. Aku sebenarnya lahir diBandung, namun diriku tumbuh besar diyogja. Aku sendiri tidak tahu mengapa seperti itu, entahlah aku tidak terlalu ingin mengetahui hal itu.
Namun, alasan kepindahan ku ini, karena Papa. Ia katanya sangat merindukan Mama, diriku pun sebaliknya, namun sepertinya Papa lebih dari itu. Papa ingin sekali mengunjungi Mama, Mamaku telah tiada saat setelah melahirkanku. Beliau disemayamkan dikota ini, karena Mama sendirilah yang memintanya. Sudah lama sekali kami berdua tidak pernah mengunjungi Mama, mungkin terakhir kali saat diriku yang berumur 3 tahun. Diyogja kami hanya selalu mendoakannya lewat sebuah foto yang terpajang besar diatas dinding rumah.
Diyogja Aku hanya tinggal berdua bersama Papa, kami tidak memiliki sanak keluarga disana. Aku dan Papa awalnya hanya hidup sederhana dengan kebutuhan pas-pas an. Papa hanyalah seorang karyawan biasa yang gajinya terbilang kecil. Namun pada akhirnya Papa berhasil menjadi seorang designer yang mempunyai nama brand sendiri, yaitu Phi's Loka. Dan sudah memiliki berbagai cabang dikota-kota besar.
Papaku telah membeli sebuah rumah untuk kami tinggali, dan itu bisa dibilang besar. Dilihat dari rumah itu, sepertinya kami akan lama disini.
Papa juga telah mendaftarkanku pada sekolah baru, dan besok Aku sudah mulai bisa masuk.Bentar, apa ya namanya? ah ya, Neo School. Aku sendiri tidak terlalu menghawatirkan apapun, hanya mempersiapkan diri untuk bertemu orang baru.
~
Keesokkan harinya.
setelah siap dengan seragam putih abuku, aku pun turun untuk sarapan bersama papa.
Sarapan pagi ku adalah roti selai coklat dan susu. Sedangkan Papa roti selai serikaya. Aku melahap roti ku sambil berbincang tipis dengan papa, adalah Rutinitas yang selalu aku lakukan.
Setelah sarapan kami telah selesai, Aku menunggu Papa dihalaman rumah. Karena Papa yang akan mengantar aku kesekolah, tentu setiap harinya.
"Udah, yuk." ajak Papa dengan tersenyum, setelah mengunci rumah.
Aku lalu mengangguk dan berjalan bersamanya menuju mobil yang ada diluar sana.
Jarak antara sekolah dan rumah ku bisa dibilang jauh tapi ga jauh banget, deket juga ga deket banget, gitu si menurut ku.
Tak lama Kami telah tiba disekolah tepatnya didepan gerbang sekolahku yang baru. Entah kenapa tiba-tiba saja diriku merasa gugup, bahkan untuk melangkah keluar dari mobil pun kakiku enggan. Mungkin sindrom sekolah baru:)
Tangan Papa tiba-tiba mengusap kepalaku, akupun menoleh kepadanya.
"Mau Papa temenin ga? ke kelasnya?" tanya Papa, sedikit khawatir.
Aku terdiam untuk berpikir sejenak. "Eh, gapapa kok Pa. Al bisa sendiri hehe," ucap ku meyakinkan.
Papa mengangguk paham. Akupun memilih keluar dan berpamitan kepadanya. Papa pun berlalu dari sana untuk menuju kantornya.
Dan yah apa boleh buat aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk masuk, karena kalau tidak sepertinya akan telat.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Teen Fiction[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."