12. kabur

1.9K 147 11
                                    

"Assalamualaikum.." tak ada sahutan kala Zayn memasuki rumah.

Mungkin Riana sedang istirahat di lantai atas pikirnya.

Ia bergegas menuju lantai dua, namun di tengah langkahnya ia di kagetkan dengan suara Riana yang seperti sedang marah-marah.

Ia bawa langkahnya menuju kamar Kenzie, sepertinya sumber keributan berasal dari kamar itu.

"Ada apa ini? " Tanya heran Zayn yang mendapati istrinya sedang marah-marah memegang sapu dan pengki, sementara Kenzie asik-asikkan rebahan di kasur yang jarang ia tiduri.

Zayn baru ingat. Ini bukannya akhir pekan, jadi pasti terjadi sesuatu sampai Kenzie pulang.

Kenzie mendudukkan dirinya di ranjang. Tentu saja Zayn adalah salah satu orang yang Kenzie takuti dalam hal ketegasan.

Seketika wajahnya pias ketika melihat sang ibu hendak berbicara. Ayolah.. ayahnya pasti akan sangat marah bila mendengar masalah di sekolah tadi siang.

"Nggak apa-apa mas.. kamu tumben lusuh banget kayaknya? Capek banget ya?" Riana menggiring suaminya keluar dari kamar Kenzie. Ia tak ingin memperkeruh suasana dengan menceritakan semuanya.

Ia letakkan sapu beserta pengki tadi di sudut ruangan depan kamar Kenzie. Kemudian menuju pantry di dekat kamarnya berniat membuatkan minuman panas untuk sang suami.

"Kok tumben Kenzie pulang ma? Biasanya weekend aja susah banget di suruh pulang?" Tanyanya setelah meletakkan tas kerja serta melonggarkan dasinya.

"Iya. Tadi aku yang jemput sayang.. kangen banget aku sama dia.." bohong Riana.

"Tumben?"

"Emang nggak boleh ya seorang ibu kangen sama anaknya?" Kesal Riana.

"Enggak. Bukan gitu."

"Terus?"

"Ya kalo kangen ngapain tadi kamu marah-marah? Suara kamu aja sampai bawah loh tadi"

"Emm.. itu.. biasa Kenzie susah di atur." Jawabnya berpikir cepat.

"Biarin aja lah.. udah syukur dia mau pulang kan? Biasanya harus di paksa dulu"

"Iya. Makanya aku Mohon sama kamu mas, biarin Kenzie di rumah beberapa hari ya.. jangan macem-macem kamu"

"Loh.. emang aku macem-macem apa? Aku malah seneng loh Kenzie mau pulang. Bila perlu nggak usah lah dia balik-balik lagi ke asrama.


Sore itu mereka habiskan berdua membahas bisnis Zayn yang sedikit ada masalah. Pasalnya siang tadi ia kalah dalam pelelangan lahan.

"Padahal lokasinya pas banget di pertigaan jalan itu. Pasti bakalan tinggi harganya kalo itu ruko kita sewain."

"Yaudah.. itu namanya belum rejeki mas.. yang sabar aja. Nanti juga Allah bukain pintu rejeki yang lainnya" Riana menenangkan suaminya dengan mengelus lembut lengan lelaki tersebut.

Zayn merespon dengan mengelus balik tangan lembut istrinya menggunakan tangan yang satunya lagi. Sungguh ia beruntung memiliki istri yang selalu mendukungnya. Tidak pernah sekalipun Riana menyalahkan Zayn ketika Zayn gagal dalam bisnisnya.

Tak berapa lama panggilan masuk dari sekretaris nya. Segera ia menggeser tombol hijau.

"Halo.. kenapa Roy?"

"..."

"Iya saya tahu. Emang siapa?"

"..."

Sehari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang