33. one last time

2.3K 212 132
                                    

"pokoknya kalau sampai mama bohong, nji janji nggak mau ketemu mama lagi. Nji bakalan pergi ninggalin mama."

***

Saat ini Riana tengah sibuk di dapur. Setelah Tiba-tiba saja Kenzie mengajaknya piknik di halaman belakang, jadi lah sekarang ia tengah sibuk mempersiapkan semua kebutuhan piknik mereka.
Mulai dari menyiapkan tikar dan beberapa cemilan.

Sementara Kenzie menyempatkan waktu untuk mandi terlebih dahulu. Badannya terasa lengket karena tidak mandi dari kemarin.

Dengan perasaan bahagia, ia terus bersenandung. Membayangkan betapa menyenangkannya hari ini karena sang ibu yang akan menemaninya.

Ia sudah membuat banyak rencana. Setelah tadi Riana menyuapinya, sebentar lagi ia akan piknik dengan sang ibu. Pokoknya seharian ini ia ingin mencurahkan segala kerinduannya selama ini bersama sang ibu, sebelum esok mereka akan berpisah.

Kenzie sudah memutuskan untuk merelakan orang tuanya kembali meninggalkannya seorang diri. Toh sebelum mereka kembali nanti, Kenzie berniat pergi. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menikmati hari terakhir bersama ibunya.

Kenzie menuruni tangga dengan senyuman yang masih setia menghiasi bibirnya. Bibir yang kemarin pucat itu sudah mulai merona. Badannya juga terasa ringan hari ini. Tidak seperti kemarin. Mungkin karena suasana hatinya sedang berbunga, menjadi obat mujarab baginya.

Ia berniat menghampiri Riana yang baru saja selesai menaruh kotak makan terakhir kedalam keranjang.

"Udah siap semua ma?" Tanya Kenzie dengan penuh semangat

"Udah. Tinggal gelar tikarnya aja nanti."

"Asik..." Kenzie melonjak kegirangan yang mengundang kerutan di dahi Riana.

Ada apa dengan Kenzie, anaknya yang pendiam hari ini? Kenapa dia bertingkah seolah dia orang lain.

Selama ini Kenzie yang ia kenal adalah Kenzie yang jarang bicara, bahkan terkesan dingin. Tidak peduli dengan keadaan sekitar. Hanya mencari kenyamanan sendiri.

Namun sekarang, sosok lain Kenzie tengah berdiri di hadapannya. Sosok yang lebih hangat, terkesan manja dan terbuka.

Tak ingin larut dalam pemikirannya, ia beranjak dari tempatnya kini. Berjalan ke arah halaman belakang yang di ekori oleh Kenzie.

"Kamu aneh-aneh aja deh Kenzie? Nggak ada angin, nggak ada hujan. Tiba-tiba ngajak piknik?" Tanya Riana sambil membentangkan tikar bermotif kotak-kotak di atas rerumputan.

Sudah lama sejak keluarganya tidak melakukan kegiatan piknik. seingatnya, mereka sering melakukan piknik saat Khanza kecil dulu.

Untung semua perlengkapan piknik mereka masih tersimpan rapih di gudang, jadi Riana hanya perlu membersihkannya sedikit. Menghilangkan debu yang menempel.

"Nji pengen ngerasain piknik bareng mama.." jawabnya dengan cengiran. Membuat mata sipitnya membentuk bulan sabit lucu.

"Kayak anak kecil aja kamu." Riana berdecih menanggapi

Raut Kenzie seketika murung. Apa yang salah dengan keinginan sederhananya? Ia hanya ingin merasakan semua yang ingin ia lakukan bersama sang ibu.

Kegiatan sederhana yang tak pernah ia rasakan. Salahkan saja keadaan yang memisahkan mereka. Sehingga Kenzie kehilangan momen momen kecil yang seharusnya mudah bagi orang lain.

"Dulu kita kan sering piknik?" Lanjut Riana. Mencoba mencairkan suasana yang mendadak canggung

"Mama pasti lupa. Dulu kita batal piknik karena nja jatuh dan mama nyalahin nji. Sejak saat itu kita nggak pernah melakukan piknik lagi. Jadi mungkin mama sama papa sering piknik bareng nja selama nji tinggal sama Atung." Kekehnya, tanpa melihat si ibu. Pandangannya ia buang ke kolam ikan yang sudah lama tak terpakai.

Sehari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang