17

712 20 1
                                    

Happy reading

Masih flashback ya

Faiz mengendarai mobinya dengan kecepatan di atas rata-rata, dengan pikiran kecewa, perempuan yang dalam waktu dekat mau iya lamar ternyata cuman memanfaatkanya, dan selingkuh dengan adiknya sendiri. Tujuannya sekarang adalah menuju kerumahnya, sampai ia di rumahnya.

Faiz masuk kedalam rumah, saat menuju ke kamarnya, samar- samar mendengar suara kedua orang tuanya tengah berbicara serius di kamar.

Faiz mendekat ke arah kamar orang tuanya,
"Pah, sampai kapan kita akan merahasiakan semua pah, pasti suatu saat nanti akan terungkap juga" ujarnya.

Rahasaia?rahasia apa yang dimaksud mamah?. Apalagi ini?.

"Nanti mah tunggu waktu yang tepat" balas papanya,

"Tapi sampai kapan pah, suatu saat Faiz akan tau, kalau dia bukan anak kandung kita" ujar mamanya.

Faiz shok dengan kebenaran ini, jadi aku bukan anaknya mama, papa, terus aku anak siapa? Pikir Faiz.

"Jadi aku bukan anak kalian?" Tanya Faiz. Yang sudah sangat kecewa, kenapa nggak di beritahukan dari dahulu, kenapa baru sekarang.

Membuat orang tuanya kaget dengan kehadiran anaknya. "Dari awal kalian membahas soal rahasia" jujur Faiz.

"Ayo kita keruang kerja papah, kami akan menceritakan semuanya, yang kamu mau tau" ujar papahnya. Mungkin sudah waktunya Faiz mengetahiu kebenarannya.

Mereka pergi keruang kerja, sampai disana mereka duduk di sofa, "jelaskan semuanya" nada bicaranya terdengar menuntut.

"Ya memang kamu bukan anak kandung kami" jujur papahnya, "kalau aku bukan anak kandung kalian, aku anak siapa?" Tanyanya. "Kamu anak temen mamah" kini giliran mamanya yang menjawab.

"Terus sekarang mereka dimana?" Tanya Faiz. "Orang tua kamu sudah meninggal, ayah kamu meninggal karna kecelakaan saat kamu masih dikandungan, mamah kamu meninggal saat usai melahirkan kamu, karna pendarahan, jadi kami yang merawat kamu, yang kuanggap sudah seperti anak kandungku sendiri" jelas mamanya.

Faiz termenung, jadi orang tua asliku sudah meninggal?batinnya.

"Is maafkan kami salah tidak memberi tahu kan mu dari dulu, kami nggak mau kamu merasa sedih Iz, maaf kan kami" ujar papanya.

Mamah, papanya, orang yang penuh kasing sayang.
Ia dirawat penuh perhatian, tidak pernah membeda-bedakan dengan adiknya.
Tetap saja ia merasa sedih dan kecewa, tiba-tiba Faiz bangkit dari duduknya, kemudian keluar meninggalkan orang tuanya.

"Iz!!Iz!! Tunggu nak!!" Triak mamanya. Sudah menangis, ia takut kalau Faiz berbuat hal nekat.
"Udah biarin aja dulu, biar dia tenang, dan merenung" ujar papahnya.

Faiz keluar dari rumah, mengendarai mibilnya, dengan pikiran yang berkecamuk, antara marah, sedih, kecewa, menjadi satu.

Ia berhenti di atas jembatan, entahlah kenapa disini, ia keluar dari bomil dan menuju ke palang jembat dan menaikinya lalu berdiri diatasnya.

Fikiran iya blank, kosong, sudah mau terjun, tiba-tiba ada suara perempuan, "mas mau ngapain" tanyanya.

Faiz otomatis menoleh ke sumber suara, tak disangka kakinya terpeleset  "Mas!!" Triaknya, langsung memenggang lengannya. Telat sedikit Faiz jatuh kebawah, mana sungainya lagi pasang.

Menariknya keatas, "akhirnya masnya selamat"ucapnya, Faiz menatap perempuan yang menolongnya, "mas ngapain si bunuh diri, masalahnya nggaka akan selesai, kalau mas bunuh diri yang ada nambah masalah" ucapnya.

"Seberat apapun masalah mas mesti ada jalan keluarnya,emang nggak kasian apa sama ortu mas yang sudah merawat mas" ujarnya,  "terima kasih"  ucap Faiz.setelah diam cukup lama, mencerna setiap ucapan perempuan yang menolongnya.

He Hurt Me But I Love HimWhere stories live. Discover now