3. LUPAIN

35 6 0
                                    





S E T I A

•••

Setelah kepergian Bas, Lea mengambil martabak telor tersebut dan membawanya ke kamar. Saat melewati dapur, ia melihat Mamahnya yang sedang membuat puding.

"Bilang nya gak suka, tapi selalu di kekep in di kamar." sindir Oliv.

"Apaan sih, Mamah."

Oliv tertawa kecil.

Ada-ada saja.

"Jangan terus-menerus bersikap cuek, Lea. Nanti lama-lama Bas bosen dan capek sama kamu. Hati-hati," peringat Oliv memberitahu.

Lea terdiam berdiri. Mencerna semua perkataan Mamah nya barusan.

"Maksud Mamah apa?"

"Nanti juga kamu akan tahu sendiri. Tapi Mamah saran in, kamu berubah. Bersikap lah baik sama Bas, dia itu calon suami kamu. Hargai dia, Lea." ujar Oliv.

"Aku gak bisa, Mah," lirih Lea.

"Bukan gak bisa, tapi belum bisa. Lupain, Ares. Dia udah gak ada, dia udah meninggal, Lea. Kamu masih berharap sama orang yang udah gak ada?"

"Mah... " isak Lea.

"Apalagi? Mamah gak tega lihat kamu begini, masih terbelenggu sama masalalu. Masih keinget-inget masalalu. Lawan, Lea, lawan. Masadepan kamu udah ada di depan mata, masih mau mundur?"

"Mah... stop," lirih Lea.

"Mamah gak akan maksa-maksa kamu lagi mulai sekarang. Kalo kamu tetep keukeuh mau batalin perjodohan ini, mamah bisa bantu ngomong sama Kakek." ujar Oliv.

Lea tidak berucap apa-apa lagi. Ia masih terus menangis dalam diamnya. Perasannya aneh, bingung, dan selalu gelisah.

Takut untuk mengambil tindakkan yang salah lagi. Dan ia tak mau itu terjadi. Ia takut, sangat takut.


•••


Rabu, 27 April 2022

21:36

SETIA [ON GOING] Where stories live. Discover now