26

382 29 14
                                    

*_*


Beberapa hari yang lalu Abi sempat menelepon, beliau ingin saya menghadiri acara peresmian proyek besarnya di Singapura, kalian ingat saya pernah mengomeli Abi karena menerima proyek luar negeri?! Ya.. beliau masih menyibukkan diri di negara tetangga itu selama beberapa tahun ini.

Banyak peresmian proyek besar di sana yang saya lewatkan begitu saja, tentu Abi selalu mengomel sampai pernah meminta pak Arif untuk menjemput saya di indonesia saking lamamya kami tidak bertemu dan saya hanya abai begitu saja, yah beginilah keluarga kami, saling mengeluhkan satu sama lain tapi bagaimanapun tetap rindu untuk berjumpa juga.

Dan sampai akhirnya hari ini saya bersiap untuk berangkat menghadiri dalah satu acara besar itu. Stelah mengabari Abi, saya berangkat ke bandara pukul 9 pagi, "Tarima kasih" saya menerima kopi hitam yang saya pesan setiba di sana. Hampir setengah jam menunggu dan akhirnya pesawatnya siap lepas landas, saya hanya berusaha mengistirahatkan diri selama perjalanan beberapa jam di pesawat.

Sudah biasa rasanya melewatkan sarapan dan berakhir dengan segelas kopi hitam hingga akhirnya waktu makan siang tiba, ah mungkin makan siang tak layakpun sering tertunda dan berakhir untuk makan malam seadanya. Orang bilang saya seperti pria tak terurus, tubuh yang semakin kurus dan lemah, wajahpun selalu pucat dan malas bercukur, hari ini pun wajah saya masih seberantakan itu, haha.. Abi mungkin akan sangat marah karna malu dengan penampilan putranya nanti. Bibir saya jadi sedikit terangkat memikirkannya.

*_*

"Mas Ardan sudah makan siang?" Pak Arif asisten Abi menawarkan menjemput saya di bandari tadi, sebenarnya sudah saya tolak toh saya tinggal cari saja hotel yang dimaksud, tapi sepertinya Abi yang menyuruh beliau datang memastikan dengan benar kehadiran saya kali ini.

"Belum pak.. nanti saja saya cari makan di hotel"

"Kebetulan kalau begitu kita makan siang dulu saja mas, ah.. saya senang sekali mas Ardan akhirnya mau datang ke acara Bapak"

"Saya sebenarnya malas datang tapi sudah lama nggak ketemu Abi saya juga khawatir dengan kondisinya"

"Alhamdulillah Bapak sehat mas.. Saya ingin ngobrol banyak sama mas Ardan, kita cari tempat makan dulu ya mas" Pak Arif seperti sedang berusaha membujuk saya, entahlah apa saya terlihat begitu menyedihkan hingga pria yang biasanya tak banyak bicara ini bisa bersikeras memberikan ajakan dengan kentara, "yasudah saya ikut Pak Arif aja" akhirnya saya mengalah dengan sedikit mengulas senyum karena beliau yang terus memperhatikan raut muka saya.

"Apa kabar mas Ardan di sana? Sudah lama Bapak nggak ngajak pulang ke indonesia, saya juga hanya bisa menyempatkan sebulan sekali menengok keluarga di rumah" Kami sudah duduk di sebuah restoran menunggu pesanan datang, "yaah.. gitulah pak, saya kerjanya cuman keliling-keliling jalanan aja, maaf ya pak.. Pak Arif jadi jauh sama keluarga karena proyek Abi di sini"

"Yaah.. namanya juga profesionalisme kerja mas, lagian juga lumayan bisa jalan-jalan ke luar negeri kalau gini" beliau tertawa kecil kemudian memandang saya sendu, "saya dengar ingatan mas Ardan sudah pulih, apa sudah sepenuhnya kembali mas?" Tanyanya dengan nada bicara yang berbanding terbalik dengan sebelumnya.

Saya diam sejenak, rasanya sangat tidak terlihat menyedihkan di mata banyak orang, saya menghela nafas sejenak "Em.. sebagian besar saya rasa sudah pulih pak, itu juga karena nggak sengaja nemuin buku catatan istri saya" jawab saya seadanya.

"Buku?" Tanyanya, yah.. saya memang tidak cerita spesifik pada Abi prihal pulihnya ingatan saya, hanya sempat mengabari beliau dan meminta maaf atas sikap keras kepala saya selama hilang ingatan dulu, saya masih ingat betul Abi sampai menangis betapa beliau bersyukur atas kembalinya ingatan saya.

"Sepertinya Syifa sempat menulis catatan harian selama saya koma, saya mulai banyak mengingatnya karena buku itu"

"Alhamdulillah.. Saya sangat senang saat Bapak cerita kalau mas Ardan sudah pulih ingatannya, sejak kabar itu Bapak jadi mulai kembali normal seperti dulu, sebelumnya beliau sering kurang sehat karena pola makan yang nggak teratur mas"

"Keluarga kami benar-benar merepotkan Pak Arif ya.." saya tersenyum pahit sedikit menunduk karena malu, "terima kasih banya Pak Arif sudah sangat sabar merawat Abi"

"Ah.. bukan apa-apa mas, Bapak itu sudah seperti kakak saya sendiri" seorang pelayan datang dan menata pesanan kami, "thank you" pak Arif berkata pada pria berseragam hitam putih itu mewakili saya.

"Mas.. sangat bagus kalau ingatan mas Ardan pulih, tapi mas Ardan harus menjaga kesehatan sendiri juga, kalau hanya berlarut-larut dengan pikiran mas Ardan, yang ada nanti kesehatan mas Ardan akan drop lagi. Mas Ardan harus pulih betul untuk cari mbak Syifa" beliau berkata sambil mengusap pundak saya dan mempersilahkan saya segera makan, "emh.. iya pak.. saya sangat sehat kog pak, hanya sedikit kurus saja" saya hanya bisa menunjukkan tawa singkat dan kemudian kami menyantap hidangan dalam keheningan.

*_*

Pagi-pagi hp saya sudah penuh notifikasi pesan dan panggilan terlewat dari Abi, dilihat dari chat beliau yang panjang sepertinya mau mengomel karena saya nggak langsung datang menemui beliau, selesai mandi saya menelpon nomor Abi dan sayangnya langsung terhubung dengan cepat, "Assalamu'alaikum.." saya menyapa dan malah dibalas dengan ketus, "Jadi kamu nggak nengokin Abi?"

Nah kan belum apa-apa sudah ngomel, "nanti ajalah bi pas acara, Ar mau jalan-jalan dulu di sini"

"Haah.. dasar anak nakal, Abi pikir kamu mau mampir nemuin abi kemarin" reflek saya menjauhkan hp dari telinga karen suara Abi yang meninggi, "maaf bi.. Ar jetlag, lemes banget kemaren"

"Halah alasan! kata pak Arif kamu brewokan ya? yang bener aja nanti sebelum datang ke acara Abi cukur dulu, cari salon sana potong rambut yang bener"

"Iya iya.. kalo Ar nggak lupa nanti cukur deh"

"Awas kamu ya.. lama nggak ketemu jangan malu-maluin Abi, gimana nanti Abi ngenalin kamu sama orang-orang"

"Nah kan.. malesnya Ar pergi ke acara Abi ya gini, udahlah nanti Ar duduk diem di belakang Abi nggak usah sibuk ngenalin Ar sana sini"

"Orang pikir Abi itu sebatangkara tau, punya anak satu setengah nggak waras lagi sekarang"

"Ahaha... Aduh nasibnya.. salah sendiri nggak bisa jaga mantunya, anaknya jadi gila kan sekarang"

"Berani nyalahin Abi ya... Sudah-sudah Abi sibuk, nanti sore segera dateng, jangan telat-telat kamu!"

"Iya iya.. Ar pasti dateng, udah jauh-jauh ke singapura masak nggak dateng" beginilah cara kami bercanda, saling mengatai satu sama lain. Bagaimanapun saya senang mendengar Abi sangat sehat di tengah kesibukan beliau.

"Yasudah Abi tutup dulu, jangan lupa makan yang bener, kayak orang susah aja kamu! Assalamu'alaikum.."

"Iya iya... Wa'alaikumussalam.." sambungan telepon kami terputus sebelum saya menjawab salamnya, hah.. Abi memang penuh emosi, jangan salahkan kalau sifatnya menurun pada saya.

*_*

Ardan: teman-temn do'a in aku cepet ketemu Syifa ya 😊

_share jika menurutmu cerita ini layak dibaca_

Kisah Saya & SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang