9

3.6K 185 1
                                    

Ini sudah hari ketiga saya mendiamkan Syifa, tidak mungkin lagi saya harus berlarut-larut dalam kemarahan, dan membiarkan Syaitan menang dalam pertarungan ego ini.

Pagi ini saya kembali bersiap berangkat ke kampus, saya perhatikan Syifa sedang menunggu di meja makan seperti sebelumnya, helaan nafas berat keluar begitu saja, entah apa yang membuat kaki saya melangkah menuju meja makan dan menikmati sarapan yang jujur sudah saya rindukan.

Kami hanya menikmati sarapan dalam keheningan, sesekali saya melirik dan mendapati Syifa sedikit mengukir senyum di wajahnya. Wajah yang beberapa hari ini saya abaikan tanpa peduli perasannya.

"uhuk!" Syifa yang sedari tadi hanya menunduk tiba-tiba mengangkat wajahnya, kami bertemu pandang dan saya ketahuan sedang meliriknya.

"MaasyaAllah mas! ini minum dulu.."

Sudah hampir jam tujuh saya pasti akan terlambat, Saya berpamitan dan Syifa segera mencium punggung tangan saya. Senang, buru-buru saya keluar dan melajukan motor meninggalkan rumah.

kontrol Ardan!

Saya masih gengsi kalau harus terlihat senyum-senyum sendiri di hadapan Syifa. Saya kan masih ngambek, Syifa harus belajar memberanikan diri mengambil sikap untuk menyelesaikan masalah kami.

Perjalanan terasa menyenangkan, saya masih saja mengukir senyum selepas Syifa menyalami saya. Hampir saja lupa kalau ada pertemuan dosen pagi ini, seketika saya melajukan motor dengan kecepatan cukup tinggi. sudah biasa memang jadi pembalap dadakan disaat-saat darurat.

Setiba di kampus saya segera memasuki ruang pertemuan yang bersebelahan dengan ruang rektor. Tanpa mengetuk, saya langsung membuka daun pintu kaca berwarna gelap itu.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikum salam.. wah.. Pak Dan tumben telat.. silahkan duduk pak, untung baru mulai."

"iya, terimakasih Pak Din!" Tanpa mempedulikan sindiran teman saya tadi, saya langsung melewatinya dan mengambil duduk bersama doen-dosen yang lain.

Hampir dua jam berlalu dan akhirnya rapat pun selesai, saya segera meninggalkan ruangan dan masuk ke kelas mengisi sisa jam yang saya punya pagi ini.

drrt.. drrt..

drrt.. drrt..

drrt.. drrt..

Ditengah-tengah pembelajaran handphone saya terus saja bergetar beberapa kali. Mungkin ada hal penting, saya mencoba mengeceknya dan mendapati nama Abi di sana. Saya keluar kelas untuk mengangkat panggilan dari beliau.

"Assalamu'alaikum bi.."

"Wa'alaikum salam.. lagi ngajar? kog lama angkatnya"

"iya bi.."

"hm.. gini, acaranya dimajuin nanti malam, kamu bisa hadir kan? ajak istrimu sekalian, Abi pengen ketemu"

Mendengar ucapan Abi saya berfikir sejenak, menimbang haruskah saya pergi dengan Syifa nanti, sedangkan situasi kami saja masih belum baik. Seandainya acaranya tetap besok mungkin saya bisa mengajaknya setelah memperbaiki masalah kami.

"Ar! kog diem? Abi ga didengerin?"

"eh? enggak bi, nanti coba Ar tanya Syifa dulu, InsyaAllah nanti Ar usahain dateng.."

"tumben kamu ngelamun! ada masalah?"

"ah, enggak kog bi.."

"hm, yasudah Abi masih repot di kantor. Hati-hati kesininya, jangan ngebut! inget sudah berkeluarga.."

Kisah Saya & SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang