INTERMEZO

3.3K 143 4
                                    

"Pagi semua!" Sapaan yang sama sekali jauh dari kesan ramah sudah sangat biasa bagi penghuni kelas dosen satu ini.

"Pagi Pak.." Kor seisi kelas serempak tanpa minat.

"Ok, What did we have for last meeting? please, one of you explain it in front!" Tak pernah sekalipun ada basa-basi dalam kamus Ardan, setiap detik itu penting, jadi kesampingan emosional maha sisiwanya yang mungkin dalam kebingungan masal.

Memahami perasaan lawan biacara itu merepotkan, bahkan untuk sekedar memandang ekspreai mereka saja membuatnya malas. Hening, dua menit adalah waktu yang cukup untuk menambah kekesalan Ardan, wajahnya terangkat dengan sorot mengerikan mengabsen setiap penjuru ruangan.

"Saya bilang review materi minggu lalu!" Suaranya memang masih terdengar datar namun tingkat intimidasi mulai naik satu level lebih menakutkan. Bisa jadi sebentar lagi akan meledak!

"Tidak mungkin seorangpun di antara kalian hanya akan berpangku tangan ketika kalian tahu resikonya kan? diam saja bukan jawaban yang saya inginkan!" jeda sejenak dan pandangannya terhenti pada bangku paling pojok sebelah kiri, "OK, kamu silahkan kedepan!" lanjutnya ketika melihat satu tangan seorang pria jangkung yang terangkat.

Ketegangan sedikit mereda, Jelas sekali setiap mata mereka berbinar seolah berterimakasih pada sang pahlawan yang bersedia menjadi sasaran dosen mengerikan ini.

Sepertinya setiap pertemuam mereka harus selalu menyiapkan seseorang sebagai tumbal untuk dibantai habis-habisan oleh Ardan ketika review dadakan yang sebenarnya cukup jarang dilakukan.

Lima belas menit mahasiswa Jangkung itu berdiri mencoba menjelaskan potongan-potonan materi yang ia ingat, dengan rangkaian kata yang sebenarnya terdengar berputar-putar. Entah hari apa ini, ada keanehan dari sikap Ardan yang terkesan acuh pada penjelasan mahasiswanya, tidak biasanya ia bersikap demikian, bahkan kali ini Ardan sama sekali tidak bersuara maupun berkomentar atas kerja keras pria itu yang sudah setengah mati gugup berdiri di depan.

Bagi Ardan, menjadi dosen yang terlalu baik itu beresiko diremehkan dan akan membuat mereka semakin bermalas-malasan mengerjakan tugas. Jika menjadi baik tidak bisa menghasilkan sekalian saja menjadi dosen yang paling garang tanpa ampun pada setiap kesalahan!

Tapi tidak untuk hari ini, mood-nya sedang baik, entah mantra apa yang Syifa beri hingga membuatnya tidak fokus dan terus saja menyibukkan diri bermain ponsel menggeser-geser rentetan foto di galeri.

"Dek!" Syifa yang terkejut sontak menoleh cepat dengan ekspresi lucunya yang berhasil tertangkap kamera, "ih! mas ngapain si? sini liat, kenapa difoto.. pasti adek jelek banget.." Tangannya sama sekali tidak sampai untuk meraih ponsel Ardan yang diangkat teramat tinggi itu. Tidak hanya sekali beberapa kali Ardan mengusili Syifa yang sibuk memasak dengan mencolekkan tepung pada pipi Syifa lalu memotretnya berulang kali. Dan kejahilannya berakhir dengan mengambil foto selfinya saat mencuri cium pada pipi sang istri dan kabur meninggalkannya berdiri mematung bersandar pada kaca lebar ruang tamu.

Mengingat kejahilannya pagi tadi membuatnya mengangkat sedikit ujung bibirnya melengkung, "manis" gumamnya pelan.

Selama jam pelajaran berlangsung hanya diisi ricuh presentator dan sedikit tanggapan para audience yang sesekali bertanya, Ardan hanya sedikit sekali memperhatikan dan bersikap cuek dengan keondisi kelasnya.

"Cukup untuk hari ini, terima kasih semua" Ardan berjalan cepat menuju pintu kaca meninggalkan kelas.

*_*

hi.. semuaa..
kisah Saya& Syifa tidak banyak memberikan scene kegiatan kampus ataupun pertemanan Syifa ya.. jadi kalau ada scene seperti ini hanya masuk wilayah intermezo ataupun spoiler aja.
happy reading ^_^

vey_

Kisah Saya & SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang