𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏 ❀.

314 213 43
                                    

𝗧𝗮𝗿𝗶𝗸 𝗻𝗮𝗳𝗮𝘀 𝗱𝘂𝗹𝘂...

"Tadi pulang bareng siapa? "

"Arkan"

"Aku kan udah bilang berkali kali!
Jangan deket deket sama Arkan! "

"Aku juga udah bilang berkali kali
Jangan deket deket sama Aily"

"Kamu engga dewasa ya?
Aily itu sahabat aku"

"Maaf
Aku nganggapnya Aily mantan kamu"

"Meskipun dia mantan aku, aku
udah gak cinta lagi sama dia..
Percaya sama aku, Bianca"

"Iya
Percaya kok"

"Mau apa? aku mau kerumah"

"Gak usah"

"Bener? Nanti marah sama aku"

"Beneran, dateng aja"

Bianca menghembuskan nafasnya lelah, ia memutuskan untuk tidur sebentar melupakan sejenak rasa lelah hati dan fisiknya yang terus membayangi kepalanya

"Dia gak bisa ya jadiin gue prioritasnya? Selalu saja Aily" Gumamnya pasrah

Perlahan matanya mulai tertutup menandakan ia menuju ke alam mimpi

-

-

-

Jam menunjukkan pukul 8 malam, namun ia tak mendapati Alvares di rumahnya. Ia memutuskan untuk mengecek hpnya siapa tahu ada pesan dari kekasihnya

"Sayang maaf, aku nganter Aily ke rumah neneknya dulu gapapa kan? Aku ke rumah kamu besok aja"

"Iya gapapa kok,
Hati hati dijalan ya Al.."

Bianca memilih untuk tidak memikirkannya lagi.mengingat hal itu hanya akan memperburuk suasana hatinya hingga ia memutuskan untuk mengerjakan tugasnya dan melupakan semua kenyataan yang terjadi hari ini

Bianca anak kedua, ia memiliki seorang kakak yang bernama Marvel yang saat ini tengah berkuliah di luar negri yang membuat ia kesepian di rumahnya. Ayah dan ibunya memilih untuk bekerja dan menghasilkan uang lalu memberikan sebagian besar uang tersebut kepada kedua anaknya itu yang mereka anggap sebagai bentuk kasih sayang dari kedua orang tuanya

Dirumahnya hanya ada dia, bibi pembantu yang ia anggap sebagai ibunya sendiri dan supir pribadinya. Kepribadiannya yang merasa kesepian seringkali merasa cemas berlebihan ketika Alvares yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya tersebut lebih memilih Aily dibandingkan dirinya

Ia mengacak kasar rambutnya hingga berantakan hingga suara ponsel berdering menghentikan pergerakannya

"Hallo Al... ada apa? "

"Ada apa? apa salah jika aku menelponmu? "

"Enggak kok... aku heran aja jarang sekali kamu menelfon saat malam.. "

Tidak ada percakapan lagi setelah itu, Bianca yang kembali menulis materinya mengabaikan Alvares yang terdiam disana karena kalimat yang dilontarkan Bianca sedikit mengusik hati kecilnya

"Aku minta maaf.. " Lirih Alvares

"Gapapa....aku udah biasa, kamu lagi nemenin Aily kan? bisa aku tutup telfonnya? Soalnya aku lagi belajar... " Bohong Bianca

Bianca muak dengan perkataan maaf yang di lontarkan oleh Alvares, berbulan bulan ia selalu saja dijadikan nomor 2 oleh Alvares, namun tak pernah sekalipun terlintas di pikirannya untuk mengakhiri hubungan antara mereka

Bianca tidak mau mengambil resiko

Jika hubungan mereka berakhir, maka Alvares lah yang harus mengakhirinya

"O-oh... Kamu lagi belajar? Baiklah tutup aja... "

"Belajar yang rajin ya... Sekali lagi aku minta maaf dan.. "

"Aku mencintaimu Bianca... Kamu harus tau itu"

Bianca terdiam beberapa detik, ia menghembuskan nafasnya, "Iya Al... Aku juga"

Bianca dengan terburu buru mematikan sambungannya. Ia mengadahkan kepalanya keatas menahan air mata yang hendak keluar dari kedua netra indahnya. Kenapa rasanya sesakit ini?

Bianca menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja belajarnya. Isakan demi isakan keluar dari mulut kecilnya. Sakit yang ia pendam sedari tadi ia keluarkan bersama air mata yang berjatuhan dari pelupuk matanya

Ia mengambil hpnya lalu menekankan panggilan pada sebuah nomor hingga terhubung

"Hallo?... ada apa putriku...? apa ada masalah disana? "

Bianca menahan isakannya dengan sebelah tangannya, sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk menutup panggilan tersebut, itu obatnya

Obat segala rasa sakit

"Bunda Bianca lelah...."

»»--⍟--««

𝐁𝐈𝐀𝐍𝐂𝐀 (TERBIT)  tahap revisiWhere stories live. Discover now