𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟒𝟎❀.・゜゜・

127 77 1
                                    

Happy Reading!! 🌞

-

-

-

Malam ini Bianca berencana pergi ke bukit dekat rumah kakeknya, untung saja jaraknya tidak terlalu jauh walau pergi jalan kaki. Sebelumnya dia izin kepada semua orang disana. Awalnya arkan dan marvel ingin ikut menemani

Hanya saja Bianca butuh waktu dengan dirinya sendiri

Ia ingin menenangkan hatinya yang sedang lelah, pikirannya yang kacau dan raganya yang tengah sakit

Bianca duduk di rerumputan yang terbilang sangat bersih. Dia memandang kosong pemandangan didepannya. Lampu kelap kelip itu terlihat sangat indah di matanya. Pemandangan kota malam itu sedikit mengingatkannya pada malam malam bersama Al

Perlahan air mata keluar dari pelupuk matanya

Mengingat beberapa hari terakhir ini sangat berat baginya, menguras otak dan hatinya. Ia lelah

Bianca menutup mulutnya menahan isakan. Nyatanya semuanya sangat menyakitkan. Sisa waktunya bahkan tidak berjalan dengan baik. Setidaknya, Bianca berharap sesuatu yang baik akan datang kepadanya

Bianca menatap hamparan bintang, matanya tertuju pada salah satu bintang paling terang disana. Ia tersenyum pedih, " Oma, oma selalu merhatiin Bianca dari sana bukan? "

"Oma selalu memandang Bianca darisana bukan? " Dadanya sesak, ia benar-benar merasakan sakit yang teramat dalam

"Kau tidak berniat menjemput ku? Bianca lelah... Setidaknya disana Bianca gak ngerasain sakit lagi.. "

Hingga seseorang menghambur memeluknya dari belakang membuat Bianca terkejut setengah mati. Isakan mulai terdengar oleh telinga Bianca, suara ini...

"Al... "

"Kamu apa-apaan ngomong kaya gitu? " Suaranya bergetar, membuat Bianca mengelus rambut Al perlahan, " Aku lagi capek, jadinya ngelantur hehe"

Al mendongak, menatap mata Bianca yang memancarkan semuanya. Ia benar-benar terlihat pasrah, tidak ada lagi mata berbinar yang sering menatapnya

"Bianca... Kalau aku minta maaf lagi... Kamu masih bisa nerima maaf dari aku?" Tanya nya pelan

Bianca terdiam, sebenarnya bukan salah Al jika pria itu khawatir dengan aily, ia juga mengerti. Aily sahabatnya dan masalalu kekasihnya. Pria itu sedang tidak baik baik saja. Baiklah, Bianca tidak akan egois

Bianca menuntun Al untuk duduk disampingnya. Setelah duduk dengan sempurna, Bianca menatap pemandangan didepannya, " Sampai kapanpun, aku selalu maafin kamu... Kamu tenang aja"ucapnya seraya tersenyum

Al menunduk, meski ia tenang dengan jawaban Bianca tetap saja pria itu merasa sangat bersalah pada Bianca, banyak sekali luka yang ia toreh pada hati lembut Bianca, bahkan Al merasa seharusnya ia tidak pantas menerima maaf dari Bianca

Bianca perlahan menyenderkan kepalanya pada bahu Al, bernafas dengan tenang dan menetralkan pikirannya. Al mengecup kepala Bianca kemudian merangkul bahu gadis itu, mengusapnya pelan memberikan kenyamanan yang sudah lama tidak Bianca rasakan

"Al... " Al menunduk melihat tatapan kosong Bianca

Hening sebentar, Bianca menarik nafasnya

"Tolong peluk aku.. " Lirihnya,ia benar-benar membutuhkan itu. Pelukan dari Al yang menjadi obatnya

"Aku lelah... "

"Tolong peluk aku... Sebentar saja.. "

Setelah itu air mata mengucur dari netra teduhnya. Semesta sedang menguji sosok Bianca yang sangat lembut untuk membuatnya menjadi manusia kuat

-

-

-

"Al kenapa kamu bisa ada disini? Siapa yang ngasih tau? "

Mereka tengah berbaring menatap langit yang sama, dengan lengan Al menjadi bantalan Bianca dan Bianca yang berbaring sembari memeluk Al nyaman

"Sejak kamu ke kantor polisi, perasaan aku gak tentu, aku ngerasa ada yang salah. Dan benar aja nomor kamu gak aktif sampe beberapa hari. Pas tadi aku telpon kamu terus abang kamu yang ngangkat, katanya kamu lagi makan. Aku nanya kamu lagi dimana dan abangmu ngasih lokasi kalian jadinya aku mutusin buat nyusul kamu kesini"

"Tadi pas nyampe sana malah ada arkan sama lelaki pendek yang aku gak tau itu siapa, tapi dia akrab banget kayanya" Gerutunya membuat Bianca terkekeh kecil

"Itu mahen, sahabat kecil aku pas masih dirumah kakek.. "

"Tapi aku lega, seenggaknya kamu gak kenapa napa"

Bianca tersenyum, mendengar Al khawatir padanya membuat dirinya senang bukan main. Bahkan sesederhana itu untuk Bianca merasa senang

"Aku tadi ketemu sama kakek kamu, katanya aku ganteng, terus nanya aku itu siapa kamu" Bianca terkejut, ia belum mengenalkan Al pada kakeknya, " T-terus kamu bilang apa?? "

"Aku belum sempat jawab udah diserempet sama abang kamu, katanya calon mantu" Jawabnya sembari tertawa membuat Bianca tertawa juga

"Alamat ditanyain sama kakek nih.. "

"Emang kamu gak bilang sama kakek? "

"Belum hehe.. "

Al menggelengkan kepalanya," Aku yakin kamu tau ini "

Bianca mendongak menatap Al, "apa? "

"Tentang perjodohan... " Ucapnya pelan

Bianca mengalihkan pandangannya, "iya, aku tau.. "

"Aku benar-benar bingung Bianca, aku mau nolak tapi papa--"

"Kamu jangan bantah permintaan orang tua kamu Al, mungkin aily emang yang terbaik buat kamu. Lagian aily udah kenal kamu luar dalem.. " Bianca menarik nafasnya, sakit rasanya mengatakan hal yang bertolak belakang dengan hatinya

"Tapi boleh aku minta satu hal? "

Al mengangguk, " Apapun "

"Kamu bisa tetep sama aku sampe kamu tunangan sama aily? Kamu boleh lepasin aku kalo tunangan itu bener bener terjadi"

"Karena aku gak mau aku yang lepasin kamu Al.. " Lanjutnya

Al mengerutkan keningnya," Kenapa kaya gitu? "

"Gak ada alasan sih.. " Mereka tertawa bersama, "iya iya, apapun buat kamu"

Al menghembuskan nafasnya, merasa suasana hatinya sangat baik. Sejenak ia melupakan segala pikiran yang berkecamuk di otaknya. Bianca benar-benar obatnya

Bianca tersenyum, ia benar-benar menyimpan momen ini dalam otaknya. Ia menatap langit, kemudian suatu fenomena terjadi

"Al bintang jatuh!! Cepet bikin harapan! "

Al mengangguk, ia memejamkan matanya erat kemudian menyebutkan harapannya. Sama de

𝐁𝐈𝐀𝐍𝐂𝐀 (TERBIT)  tahap revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang