D

460 26 4
                                    

Semua hal pastilah memiliki permulaan, bahkan setiap tetes hujan juga memiliki awal yang bermuara dari lautan. Tapi tidak soal cinta yang hadir di hidupku.

Aku tidak pernah tahu awal mulanya. Cinta itu mengada begitu saja. Sepanjang hidupku aku hanya melihat dan memikirkan satu orang wanita.

Di setiap pagi saat aku membuka mata, selalu wajahnya yang ingin kulihat pertama kali. Aku ingin dia selamanya di sisiku dan akan kuberitahukan padanya kalau hanya aku yang mampu mencintainya sampai selamanya.

Bahkan saat aku sadar kalau perasaan ini terlarang, rasa cinta itu tidak juga berkurang. Di malam-malam penuh dosa saat aku mengecup bibirnya yang terlelap, aku menangis karena rasa bersalah ini.

Cintaku begitu tulus dan besar, tapi mengapa harus jatuh pada orang yang salah?

Kenapa harus adik kandungku yang menjadi perempuan itu?

"Kakak cinta kamu."

Alula ternganga mendengar pengakuan gila itu. Hal paling gila yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi di hidupnya. Kakak kandungnya mencintainya. Dan bukan sekadar cinta antar saudara kandung.

"Jangan, Kak. Jangan." Alula menggeleng berulang kali. Air matanya jatuh bercucuran.

Betapa sedih dan hancur hatinya begitu mengetahui rahasia yang ditutup rapat oleh Dean selama ini. Sekarang semua menjadi jelas, alasan dari keposesifan serta sikap otoriter Dean yang berlebihan padanya.

"Maaf, Alula. Maaf."

Kini Dean juga ikut menangis. Lelaki itu bangkit dari atas tubuh Alula, lalu terduduk di sisi kiri tubuh gadis itu. Dean meletakkan tangannya di atas lutut yang bertekuk, lalu menenggelamkan kepalanya di sana.

Alula bisa mendengar tangis pilu yang ditahan kakaknya. Tangis yang mungkin disembunyikan oleh Dean selama bertahun-tahun. Di balik sikap keras dan tegasnya, di antara kesempurnaannya sebagai kakak laki-laki yang berhasil membesarkan adiknya seorang diri, ternyata tersembunyi kegagalan yang teramat besar.

Dia gagal menjadi kakak laki-laki yang akan menjaga dan melepas Alula dengan ikhlas untuk lelaki yang tepat. Begitu yang seharusnya Dean lakukan, bukan malah menjadi laki-laki yang mencintai Alula dan berniat untuk memilikinya.

Dean selalu merasa hanya dia yang harus memikul beban dalam membesarkan Alula. Gadis itu masih berumur sepuluh tahun sedang dia dua puluh tahun ketika orangtua mereka wafat. Hanya Dean yang bisa diandalkan Alula. Gadis itu sepenuhnya bergantung pada Dean. Baik secara materi maupun emosi.

Alula tampil sebagai sosok lemah yang dipenuhi luka traumatik akan kehilangan sosok orang terdekat. Dean tidak tahan melihatnya, hatinya begitu sakit melebihi sakitnya ditinggal orangtua mereka. Dean bertekad akan menyayangi Alula dan membahagiakannya.

Tapi Dean tidak bisa mengendalikan perasaannya yang menjadi terlampau besar untuk Alula. Hingga lambat-laun rasa cinta dan sayangnya menjelma menjadi obsesif. Dan lama-kelamaan perasaannya mulai disusupi oleh nafsu.

"Kakak tidak tahan lagi." Secara perlahan Dean mengangkat kepalanya dan menatap Alula dengan sorot sendu.

"Kamu udah tahu perasaan Kakak. Sekarang Kakak yang mau tahu perasaanmu."

Mendengar itu, Alula menjadi bingung dan kalut. Gadis itu masih ketakutan dengan sosok Dean. Apalagi tadi lelaki itu bertindak seakan-akan berniat mencelakainya.

"Kak, jangan, Kak. Jangan. Alula gak mau, gak bisa." Gadis itu hanya bisa terisak sembari memelas agar kewarasan kakaknya kembali.

Dean memalingkan pandangannya, dia tidak akan tahan kalau terus menatap Alula yang pucat pasi dan bersedih.

Sister ComplexWhere stories live. Discover now