F

401 18 4
                                    


A/N

Lama nunggu update, ya gais?
Hidup saya mah begini-begini saja, sama kayak jumlah follower yang segitu-gitu aja.

Cuma ya kadang mager aja ngelanjutin cerita. Kadang nulis itu gak nikmat sama sekali, malah memuakkan dan menjijikkan.

Segitu aja deh curhatnya. Happy reading ♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛

(.)

Papan triplek, seng karatan, semen kasar, lubang-lubang udara yang terbentuk tanpa disengaja. Alula mematung di depan bangunan yang disebut "rumah" oleh keempat pemuda ini. Gubuk ini sebenarnya jauh dari kata layak, Alula yakin Dean bisa merubuhkan gubuk ini dengan sekali tinju.

Seorang perempuan kurus tanpa lekuk menyambut mereka dengan teriakan menggelegar, "Anak gadis siapa yang kalian gondol ke mari!"

"Alula namanya, Mak." Si Tindik yang menjawab.

"Gue gak tanya namanya, Anton," geram Mak Saro. "Anak siapa yang gue tanya?"

"Kalau itu ya gak tau," cicit si tindik yang bernama Anton. "Tanya sama orangnya, noh."

"Dia lagi dalam keadaan terguncang, Mak," jelas Zachtie, lelaki itu membisik ke kuping Mak Saro agar Alula tidak bisa mendengarnya.

Rambut Jabrik ikut-ikutan membisik, "Orang gila baru jadi kayaknya. Kali bapaknya gagal nyaleg."

Tangan kurus Mak Saro bergerak menjambak si jabrik dan mengayunkannya ke belakang. "Juna, mending lo cuci piring di belakang!"

"Tega amat, Mak, anak lakik disuruh cuci piring," ratap Juna yang rambut jabriknya meleyot akibat tangan Mak Saro.

"Sukurin!" Cungkring tergelak menikmati penderitaan Jabrik alias Juna.

"Lo juga dapat jatah, Dul!" Mak Saro terkekeh.

Giliran Juna yang tergelak. "Tugas Abdul apaan, Mak? Nyuci kolor atau nyuci dosa sekalian?"

"Girang amat, lu, kampret!" umpat Abdul si Vino KW.

"Buatin teh anget buat tamu kita, sekalian kasih makan Queen."

Tiba-tiba Zachtie membisik ke dekat telinga Alula, "Queen itu nama kucing persia peliharaan Mak Saro."

Alula tidak tahu harus bereaksi seperti apa, selain karena kondisi mentalnya yang sedang tidak stabil, secara pribadi dia juga tidak terbiasa dengan obrolan campur debat campur lawakan seperti ini. Tapi dia tak bisa menahan senyum geli saat mengetahui "Queen" adalah nama seekor kucing.

Alula yang sedari tadi hanya celingak-celinguk campur heran mengikuti obrolan orang-orang ini tersentak ketika tangannya digandeng lembut oleh Mak Saro. Suara serak-parau perempuan itu menjadi lebih lembut ketika menawarkan Alula untuk masuk ke dalam gubuknya.

"Anggap aja rumah sendiri, yee. Ini tanah juga bukan punya kita tapi udah kita anggap tanah milik pribadi." Mak Saro terkekeh sendiri dengan leluconnya.

Sambil berceloteh tentang keempat anaknya (yang tentu saja bukan anak kandungnya) Mak Saro menawarkan Alula untuk membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Dengan sabar Mak Saro menunggui Alula membersihkan diri di kamar mandi yang terbuat dari papan-papan yang dijejerkan, dan tentu saja tanpa atap sama sekali.

Alula agak lama mengamati kamar mandi eksotik ini, baru kemudian mulai membuka kancing piyamanya dan menggantinya dengan kaos pemberian Mak Saro. Alula hanya mencuci wajah dan kaki, dan gadis itu bersyukur airnya terasa segar.

Mereka duduk di dalam gubuk, hanya ada satu ruangan yang merangkap menjadi ruang tidur, makan, dapur, dan tentu saja ruang tamu. Abdul menyajikan dua gelas teh hangat di atas meja belajar kecil bergambar Tom and Jerry, lalu Mak Saro turut mengeluarkan sekaleng biskuit.

Sister ComplexKde žijí příběhy. Začni objevovat