Bab 7. Aku Menemukanmu!

10 5 16
                                    

***

Hah! Hah! Hah!

Deru napas terdengar jelas di telinga Heru. Ia terus berlari menyusuri jalan setapak di pinggir kanal sungai. Malam yang gelap hanya diterangi cahaya bulan separuh.

Ia menyesali tindakannya menghubungi wanita panggilan melalui aplikasi chat di ponselnya. Niatnya untuk berburu kenikmatan malam ini berakhir dengan teror yang membuatnya harus berlari meninggalkan mobilnya di pinggir jalan.

Entah bagaimana, wanita yang disewanya berubah menjadi sosok menyeramkan saat pergumulan syahwat itu baru saja ingin dia mulai. Heru masih mengingat bagaimana wajah wanita itu menjadi sangat mengerikan. Beruntung ia masih bisa meloloskan diri saat wanita itu mencekik lehernya. Sayangnya, dada kirinya sempat tertusuk belati yang diayunkan wanita itu.

Heru berhenti pada pembatas kanal, tubuhnya terasa lemas, terlebih darah yang terus mengucur dari lukanya.

Sreet! Sreet! Sreeeeet!

Bunyi besi yang terseret di jalan beraspal membuat kepala Heru mendongak. Dari sorot lampu mobilnya terlihat sosok wanita dengan rambut hitam terjulur menutupi wajahnya berdiri dengan kaku.

Wanita itu mulai berjalan mendekati Heru sembari membawa sebuah batang besi sepanjang satu meter. Bunyi seretan besi itu membuat bulu kuduk Heru berdiri.

"T-tidak!" Ia segera kembali berdiri dan berlari menjauh. Sebuah tangga menuruni tanggul terlihat, Heru menuruninya dan berlari ke pinggir sungai.

Heri bersembunyi di balik  beton tiang jembatan. Bulir keringat mengalir deras membasahi pelipisnya. Bunyi itu semakin mendekat ke arahnya.

"Heeruu ... kamu di manaa ...?"

Jantung Heru semakin berdetak kencang mendengar suara itu. Suara lirih yang timbul tenggelam, sangat jauh, tetapi terdengar dengan jelas. Heru semakin merapat ke dinding, mulutnya berusaha merapal doa agar dia tidak ditemukan.

"Sudaaaah ... beluuum ...?"

"Hi ... Hi ... Hi ... Heruuuu ...."

Suara itu berubah menjadi suara cekikikan yang mengerikan. Tubuh Heru semakin menggigil ketakutan.

"Heru! Kamu di mana?! Sekarang giliran kamu!"

Heru tersentak mendengar suara yang memanggilnya. Suara anak kecil yang tak mungkin ia lupakan.

"G-genta?! Ti-tidak mungkin!" pikir Heru.

"Heru! Kamu di mana?!" suara anak kecil kembali memanggil Heru.

"G-genta? Apa itu kamu?!" sahut Heru yang tak bisa lagi membedakan kenyataan.

Mendadak suasana menjadi hening. Hening yang sangat menyesakkan bagi Heru. Bahkan  serangga di pinggir sungai itu tak bersuara sedikitpun.

Hawa dingin tiba-tiba menyelimuti tubuh Heru.

Tes!

Heru tersentak saat merasakan sesuatu menjatuhi pipinya. Ia mengusap pipinya dengan telapak tangan dan melihat benda itu dengan bantuan cahaya dari lampu jembatan yang temaram. Cairan berwarna hitam dengan bau memuakkan.

Tes! Tes!

Cairan itu semakin banyak menjatuhi wajah Heru. Dengan panik Heru mendongak ke atas. Matanya membeliak saat melihat sosok wanita dengan gaun putih menempel di dinding dengan cara terbalik.

Wajah wanita itu sangat mengerikan, matanya semerah darah dengan mulut yang terbuka lebar. Cairan kental berwarna hitam menetes dari sela-sela giginya yang runcing.

Hide and Seek (Petak Umpet)Where stories live. Discover now