Bab 9. Wanita Bergaun Hijau

7 4 6
                                    

***

Dokter Wira menatap ketiga tamunya secara bergantian. Ia terkejut dan merasa tak percaya bisa bertemu kembali dengan kawan-kawan di masa kecilnya.

"Apa kalian sedang reuni di tempatku ini, Farhan?" tanya dokter Wira sembari mencuci tangannya di wastafel. Dengan gerakan isyarat ia mempersilakan tamu-tamunya untuk duduk di sofa tamu.

"Kau tentu saja tidak datang sebagai pasien saat ini, kan, Farhan? Jadi, apa yang membuatmu ke tempatku?" Kembali dokter Wira bertanya. Matanya menuntut penjelasan pada Farhan.

Walaupun samar, ia bisa mengenali jika lelaki di samping Farhan adalah Radit dalam bentuk pria dewasa. Sedangkan wanita di sampingnya ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat.

Farhan mendengus pelan. Sebagai psikiater, dokter Wira kadang tidak terlalu ramah, bahkan pada kawan lamanya.

"Kau lebih cocok menjadi detektif dibanding seorang psikiater, Wira. Kau selalu langsung pada intinya," jawab Farhan sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa empuk milik dokter Wira.

"Mungkin benar. Jadi apa tujuan kalian ke sini? Jangan katakan kalian ingin menginterogasi aku saat ini," ujar dokter Wira sembari terkekeh.

Aroma kopi sangat kental di ruangan praktik dokter Wira. Terlebih saat ini dokter muda itu sedang menyuguhkan 4 cangkir kopi hitam di atas meja untuk para tamunya.

"Kami kemari terkait dengan Heru. Apa benar dia salah satu pasien di tempatmu?" ujar Radit. Ia sudah tak sabar dengan basa-basi yang dilontarkan Farhan dan dokter Wira.

"Kau tetap seperti dulu, Radit. Tidak pernah sabaran akan sesuatu." Dokter Wira menatap tajam lelaki berjaket kulit di samping Farhan.
"Heru? Tentu saja. Dia terdaftar di klinikku sebagai salah satu pasjen tetap. Apa yang ingin kalian ketahui? Aku tak bisa sembarangan memberikan informasi pribadi pasien pada orang lain," lanjut dokter Wira.

"Apa kau sudah tahu jika Heru ditemukan meninggal kemarin?" tanya Farhan.

"H-Heru meninggal?!" Dokter Wira terkejut mendengar informasi dari Farhan.

Farhan dan Radit serentak mengangguk membenarkan pertanyaan dokter Wira.

"B-bagaimana mungkin? Kemarin malam dia bahkan sempat mengunjungiku untuk berkonsultasi." Dokter Wira memijit pelipisnya. Rasa gugup kembali melanda pikirannya.

"Dia ditemukan tewas di dalam sebuah gorong-gorong. Saat ini pembunuhnya masih diselidiki siapa pelakunya. Kami mendapat obat dengan kandungan anti depresan di tangannya. Setelah diselidiki, obat itu terdaftar dari klinik tempatmu ini," terang Radit. Ia menatap dokter Wira dengan seksama.

Dokter Wira berdiri dengan gelisah. Ia lalu berjalan mondar-mandir dalam ruangannya.

"Ia memang mengkonsumsi obat anti depresan. Terlebih dua minggu ini ia merasa diikuti oleh seseorang. Aku sudah mengatakan untuk tidak sering mengkonsumsi obat itu karena memiliki pengaruh buruk bagi tubuhnya," sahut dokter Wira sembari meremas kedua tangannya.

Dokter Wira lalu kembali duduk di hadapan Farhan dan Radit.

"Sejujurnya, aku pun sering merasa diikuti oleh seseorang akhir-akhir ini. Terlebih setelah pertemuan kita dua minggu lalu, Farhan," jelas dokter Wira sembari menatap Farhan dengan seksama.

"Diikuti seseorang? Maksud dokter bagaimana?" tanya Farhan dengan penasaran.

Dokter Wira terdiam. Ia lalu berjalan ke meja kerjanya dan mengambil laptop. Dia memutar laptop itu ke arah ketika tamunya dan memperlihatkan sebuah video cctv.

"Beberapa saat ini aku merasa ada seseorang yang mengintai dan mengikutiku kemanapun. Orang itu memakai pakaian serba hitam dengan hodie berwarna hitam," terang dokter Wira. "Awalnya aku mengura jika aku berhalusinasi, tetapi saat memeriksa cctv klinik, aku mendapatkan video tentang orang itu," lanjutnya.

Hide and Seek (Petak Umpet)Where stories live. Discover now