Part 1

1.7K 117 41
                                    

Sang bagaskara telah bertahta tinggi di angkasa. Menerangi bumi dengan cahayanya yang terik. Sementara itu, di dalam kamar minimalis yang didominasi warna biru, dua anak adam masih terlelap nyaman menempuh alam mimpi bersama.

Gurat lelah terpatri di wajah. Mungkin efek olahraga malam yang baru saja berakhir beberapa jam yang lalu. Hanya selimut putih satu-satunya kain yang menutupi tubuh polos mereka dari suhu kamar yang dingin akibat hembusan AC yang sengaja disetel dengan suhu terendah---16 derajat celcius.

"Eungh

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Eungh ..."

Sinar yang menyembul di balik kaca jendela rupanya mulai mengusik tidur salah satu dari dua mahluk yang sejak tadi terlelap.

Tak lama kemudian, secara perlahan, netra setajam elang milik pria yang lebih tampan terbuka. Senyum mengembang di sudut bibir kala melihat wajah terlelap sang kekasih yang begitu menggemaskan.

Tak berniat membersihkan diri, sang pria tampan justru semakin mengeratkan pelukan pada pinggang ramping kekasihnya. Menghujani wajah mulus tanpa noda itu dengan kecupan-kecupan sayang. Sesekali meniup pelan bulu mata panjang nan lentik milik sang pujaan hati.

Akibat ulah jahilnya, mau tak mau, pria manis pemilik gigi kelinci yang menjadi korban pun terusik dari tidur lelapnya.

"Booo ... aku lelah," rengeknya.

Pria tampan yang dipanggil Boo atau pemilik nama asli Wang Yibo itu terkekeh gemas melihat kelakuan kelinci manisnya.

Yibo mengusap surai hitam pria pujaan hatinya dengan sayang. Menyibak helaian rambut yang jatuh menjuntai menutupi kening sang kekasih dengan penuh kelembutan.

"Tidurlah Bunny. Biar aku yang membersihkanmu."

Yibo yang hendak bangkit seketika mengurungkan niat, saat salah satu tangannya ditahan oleh jemari ramping nan lentik milik pria bergigi kelinci yang dipanggil Bunny.

"Ada apa, Bunny? " tanya Yibo.

Pria yang dipanggil Bunny atau lebih dikenal dengan nama Xiao Zhan mempoutkan bibirnya lucu. Mata yang sedari tadi terpejam rapat terbuka, menampilkan netra coklat rusa yang begitu memukau.

"Boo, jangan pergi ... aku masih ingin dipeluk."

Sepasang mata indah Xiao Zhan mengerjab lucu membuat Wang Yibo bisa mati saat itu juga saat menerima serangan imut dari kekasih tercintanya.

"Eiii ... kenapa kekasihku menjadi manja seperti ini, sih. Tumben sekali," ujar Yibo sembari menguyel-uyel pipi tembem Xiao Zhan hingga empunya semakin merajuk kesal.

"Berhenti ... itu sakit, Boo," protesnya.

Alih-alih berhenti, Wang Yibo malah semakin menjadi. Ia menggigit pipi tembem tersebut hingga bekas giginya tercetak jelas di sana.

Never Enough (Yizhan) PDF Ready✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin