Chapter 14

723 74 27
                                    

Waktu terus bergulir, tidak terasa dua bulan telah berlalu semenjak kejadian itu. Bagi sebagian orang, mungkin dua bulan merupakan waktu yang sangat singkat untuk dilalui, tapi tidak berlaku untuk Wang Yibo. Setiap detik, waktu terasa berjalan begitu lambat. Menyiksa diri yang rapuh dalam satu rasa yang bernama kerinduan. Kerinduan yang mencekik, terselimuti duka dan juga lara.

Bagai orang linglung, Yibo tidak mampu membedakan mana yang nyata mana yang tidak. Logikanya menolak percaya, bahwasanya, sang terkasih telah tiada.

Yibo benar-benar terjebak, ia memilih hidup dalam ilusi yang diciptakan. Menjalani hari layaknya hari-hari yang dulu dilalui bersama sosok tercintanya---Xiao Zhan---hanya mereka berdua.

"Sayangnya Yibo lagi apa, hm?"

Wang Yibo merentangkan kedua tangan bersiap menyambut tubuh sang kekasih yang berlari ke arahnya.

"Eh, lihatlah, betapa manjanya kesayanganku ini."

"Biarin, blweee.”

Bayangan Xiao Zhan nampak tersenyum cerah, membuat Wang Yibo semakin terbuai dalam ilusi.

Di ruang tamu, Wang Yiren yang baru saja datang bersama Li Qin harus membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan isakkan apa pun. Melihat putra semata wayangnya tertawa dan berbicara seorang diri layaknya orang gila membuat perasaan Yiren benar-benar hancur.

Xiao Zhan, pria manis itu tidak hanya menghancurkan hati sang putra, tapi juga membawa semangat hidup dan kebahagiaan Yibo pergi bersamanya.

Lantas, siapakah yang patut disalahkan atas kejadian tragis yang menimpa pasangan kekasih itu?

Apakah Tuhan?

Jalinan takdir?

Atau justru kebodohan manusia itu sendiri?

Entahlah! Tidak berbeda jauh dengan Yiren, Li Qin pun tidak mampu lagi membendung air matanya. Lelehan kristal bening itu meluncur deras seiring perasaan bersalah atas tindakan di masa lalu.

Andai saja, Li Qin dan Darren tidak memaksa keduanya menemui jalan buntu seperti ini, mungkinkah akhir kisah mereka akan berbeda?

"Maafkan mama, Yibo," ujar Li Qin parau sembari mendekap erat tubuh Yibo yang mematung.

"Ma-ma?"

Li Qin mengangguk di sela-sela tangisnya. Ibu dari Xiao Zhan itu merasa sangat berdosa melihat keadaan Yibo yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia mengira, jika dirinyalah yang paling hancur saat berita sang putra terjun ke sungai terdengar di telinga. Akan tetapi, melihat Yibo yang sekarang membuat hatinya benar-benar teriris.

Secinta itukah Yibo pada Xiao Zhannya? Hingga harus menenggelamkan diri dalam kebahagiaan semu yang tercipta dari sebuah ilusi?

Nyatanya memang seperti itu. Ketika seseorang berada di pihak yang memiliki porsi cinta yang lebih banyak, maka konsekuensi untuk terluka akan menjadi lebih besar dan berkali-kali lipat. Sama halnya dengan apa yang dialami Yibo saat ini.

"Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Maafkan mama, Yibo. Sungguh maafkan mama, Zhan."

Wang Yibo tersenyum, ia menatap bayangan Xiao Zhan yang juga melemparkan senyuman padanya.

Never Enough (Yizhan) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang