Kumbang Sialan!

1K 39 0
                                    


Bab 6 : Kumbang Sialan!

"Sendiko Permaisuri Aruna, "sang kakek tersebut dengan melesat cepat tiba dihadapan Aruna. Hanya dalam hitungan dua detik.

Kedua tangannya saling menangkup di dadanya dengan kepala menunduk penuh hormat.

Membuat Aruna terkejut hingga menempelkan kedua tangannya dan tubuhnya ke pintu. Sedangkan Dewandaru tersenyum kecil dengan tingkah laku Aruna yang terkejut. Aruna itu menggemaskan.

"Sudahlah Paman. ini dunia manusia, Nyimas Aruna tidak akan paham apa yang saat ini Paman lakukan. Aku sudah sering melihat manusia tidak pernah menunjukkan rasa hormat seperti yang kita lakukan di dunia kita," jelasnya panjang.

"Baiklah Pangeran," sahut sang paman kembali berdiri tegap.

"Om, ngapain sih bawa orang kesini!?" tanya Aruna ketus. Ia tak menggubris kehadiran kakek yang memiliki rambut serba putih tersebut. Bahkan alisnya berwarna putih.

"Dia adalah pamanku, yang bernama Tumenggung Durajaya. Untuk sementara ini, aku tugaskan Paman Tumenggung Durajaya untuk menjaga Nyimas Aruna," jelas Dewandaru berdiri tegak, sedangkan tangan kirinya bertaut ke belakang.

"Haaaaah? Menjaga?!" Aruna terkejut dengan tindakan Dewandaru kali ini. Sungguh, dia tidak membutuhkan bodyguard atau apapun itu. Bahkan selama ini Aruna senang hidup dalam kesendirian. Dikucilkan sudah terbiasa baginya.

"Nggak perlu Om! aku nggak butuh dikawal siapapun kok!" tolaknya begitu saja. Dirinya bukan artis atau pun orang penting untuk dilakukan sebuah tindakan atau perlindungan protektif.

"Bagaimana jika pria itu, menyentuh mu lagi, Nyimas Aruna?" selidik Dewandaru.

"Nggak apa-apa Om, lagian aku juga nggak apa-apa kok. Paman cuman mesum gitu doang, dia enggak akan berani ngapa-ngapain aku," jelasnya.

Cuman mesum? Kedua barisan gigi Dewandaru pun beradu. Detik berikutnya tubuhnya kini berhadapan dengan Aruna. Mendekatinya dengan gerakan cepat. Hanya dalam hitungan detik.

Lagi, Aruna dikejutkan dengan tindak-tanduk orang asing semacam itu. Secepat kilat mereka berdua mampu hadir dalam hitungan detik.

"Tidak. Kakang tidak akan terima jika ada seseorang yang bersikap demikian pada Nyimas Aruna. Tak ada seorangpun yang boleh menjamah tubuhmu, ataupun membelai sehelai rambutmu, Nyimas. Kakang tidak akan mengijinkan itu mereka menyentuh istri Kakang! camkan baik-baik!" ucapnya seraya mengangkat sebagian rambut Aruna. Menyelipkannya ke belakang telinga gadis itu.  Untuk sesaat sepasang bola mata keduanya saling menatap.

Dada Aruna berdegup kencang. Lalu secepatnya ia melengos menjauhi tubuh Dewandaru.

Aruna menghembuskan napas panjang, mengatur deru dihati. rasanya muak dan kesal akibat selalu mendengar perkataan Dewandaru yang selalu berulang kali mengaku bahwa dirinya, adalah istrinya Dewandaru. Rasa muak itu kini berkurang.

"Tapi Om, Aku tuh ... "

"Nyimas Aruna jangan khawatir. Paman Tumenggung Durajaya sudah melanglang buana ratusan tahun di dunia manusia, sudah cukup paham bagaimana kehidupan dunia manusia," potongnya menyela ucapan gadis itu.

"Oh ya? kalau memang paham, ngapain juga dia hormat sama aku barusan kayak gitu?" sangkal Aruna. Bukankah perbuatan pamannya barusan begitu kuno.

"Itu karena di mata Paman Tumenggung Durajaya, Nyimas Aruna adalah istriku. permaisuriku," terangnya.

Aruna mencebik dengan pengakuan basi Dewandaru.

"Maka dari itu, jangan heran jika Paman pasti akan menghormatimu, Nyimas," timpalnya lagi.

Dinikahi Siluman UlarWhere stories live. Discover now