Ikutlah ke dunia Kakang!?

823 42 0
                                    

Bab 14 : Ikutlah ke Dunia Kakang!


"Heh! ngelamun aja!" Durespati menepuk jidat Aruna. Gadis itu tersenyum dipaksakan. Detik berikutnya Durespati pun menggandeng pundak Aruna.

Aruna tersenyum samar, " aku nggak ngerti ngapain Om Dewandaru kesini? Kurang kerjaan banget!" kritiknya.

"Kesini? Maksudnya ke sekolah jadi guru?" tanyanya meyakinkan.

Aruna mengangguk pelan.

Durespati mengangkat bahunya, "meneketehe!" jawabnya diplesetkan.
Dibandingkan dengan Dewandaru, Durespati jelas lebih cerdas dan lebih gaul. Membuat Aruna merasa nyaman dengan kehadiran Durespati.

Detik berikutnya Aruna pun menoyor kening Durespati, "dasar bodyguard yang gak berguna," selorohnya tersenyum.

Durespati tertawa. "Aku tuh bingung sebenarnya majikan aku tuh, kamu? apa Dewandaru?" ucap Durespati mengejek.

"Meneketehe!" Aruna membalikkan plesetan itu pada Durespati. Keduanya pun tertawa bersama. Durespati pandai membuat Aruna tertawa ringan. Berbeda dengan Dewandaru yang selalu membuatnya kesal dan jengkel.

"Jadi, gimana?" tanya Durespati, mengangkat- angkat kedua alisnya. Menggoda Aruna.

"Apanya yang gimana?" gadis itu bertanya balik.

"Ya ... itu sepupuku? tampan nggak? ganteng nggak? macho nggak? nggak kelihatan kayak bapak-bapak, kan?" Durespati memborong ucapannya.

"Oh ... " Aruna tak menjawab pertanyaan dengan baik. Malu.

"Dih! Kok jawabnya seuprit gitu!" Durespati protes dengan jawaban irit dari Aruna.

Sesaat Aruna terdiam.

"Jika boleh bilang, hari ini memang Dewandaru terlihat berbeda. Memang terlihat tampan, berwibawa, gagah dan flamboyan. Bagaikan paket lengkap deh. Eh tapi kok ya, umurnya itu 90 tahun loh," gelaknya terkekeh.

Tampan? gagah berwibawa? flamboyan?
Dewandaru tersenyum penuh arti dengan ungkapan dari Aruna. Ucapan itu terdengar jelas dari balik ruangan lain. Pujian itu membuat perasaan cintanya menguat untuk Aruna.

Senyum Dewandaru merekah dengan pujian tersembunyi dari Aruna. Meski diucapkannya secara tak langsung padanya. Tak masalah. Itu tetap membuat hatinya gembira ria. Karena pada akhirnya, ia berhasil membuat gadis itu tak lagi menatapnya sebelah mata.

Andai Dewandaru tahu bahwa mode dandanan yang disukai Aruna adalah dandanan modern, mungkin sejak pertama kalinya bertemu, dirinya pasti akan memakai kostum manusia oppa-oppa Korea. Bukan ala-ala ... Akh sudahlah. Anggap saja ini kejutan untuk Aruna, pikir Dewandaru.

"Pak Dewan, ini untuk Bapak," ucap seorang gadis dengan wajah malu-malunya. Menyodorkan sebuah kotak nasi.

Dewandaru terdiam sesaat, kebingungan. Haruskah diterima, atau menolak.

Sedangkan Aruna membulat matanya ketika mendengar ada seseorang yang memberikan sesuatu pada Dewandaru. Bukan tentang pemberiannya. Namun, tentang ... sejak kapan pria itu berdiri disana? Di balik ruangan lain.

Dan, apakah pria aneh itu, mendengar perkataan Aruna beberapa saat lalu?

Aruna menoleh ke arah samping. Benar saja, ada Dewandaru yang tengah berdiri di hadapan seorang gadis.

"Ada Dewandaru," ucapnya berbisik pada Durespati.

"Me'mang," jawab Durespati ringan. Sebagai sesama jenis, tentu saja Durespati mampu merasakan kehadiran Dewandaru.

Aruna menggigit bibir bawahnya, menahan malu. Sedangkan Durespati malah tersenyum aneh padanya.

Aruna pun berlari ke arah lain, meninggalkan Durespati yang cengengesan. Sedangkan Dewandaru melihat gadis itu yang terlihat salah tingkah.

Dinikahi Siluman UlarOù les histoires vivent. Découvrez maintenant