24. Hilang kabar

3.3K 249 1
                                    

Mungkin sudah satu bulan lalu sejak bukti yang menyatakan bahwa komplotan Jihoon yang memulai perundungan pada Haechan tersebar. Sejak itu juga, hari-hari Haechan mulai kembali ke semula. Tidak ada pandangan benci dan caci untuknya, ia menjalani hari-hari belajarnya dengan tenang kembali, bercanda gurau dengan teman-temannya, dan bersenang-senang.

Tapi hari ini, entah terlambat atau bagaimana Haechan belum juga terlihat di sekolah. Bahkan sekarang jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Terhitung sudah satu jam sejak bel tanda pelajaran di mulai.

Kalaupun dirinya izin, kenapa tidak memberi kabar kepada guru? Kalaupun tidak pada guru setidaknya pada salah satu dari tiga serangkai; Jeno, Renjun, Jaemin.

Mereka memang kerap kali disebut sebagai empat serangkai oleh beberapa guru di sekolah, karena saking seringnya melihat keempatnya bersama. Keempatnya selalu ada untuk satu sama lain, membuat beberapa penghuni sekolah iri melihat kedekatan dan kekompakan mereka sebagai teman.

Apa Haechan membolos? Pikir ketiganya.

Tapi tidak mungkin? Tepis mereka juga.

Jadi, Haechan kemana hingga tidak masuk sekolah di hari Rabu yang cukup cerah ini?

°°°

"Jadi Haechan benar benar tidak masuk ya hari ini?" Pertanyaan Renjun yang lebih mengarah ke arah pernyataan perihal Haechan yang tidak terlihat sama sekali di sekolah hari ini.

"Sudah bisa di hubungi belum?" Tanya Jeno.

"Tidak bisa, Jen. Dari tadi juga pesanku tidak tersampaikan, apalagi di baca. Di telepon juga tidak tersambung." Jelas Jaemin."Sebenarnya kemana sih anak ini?! Suka sekali membuat teka teki. Menyebalkan!" Gerutunya melanjutkan.

Sekarang mereka sudah di penghujung kelas, mungkin sepuluh menit lagi bel pulang akan berbunyi nyaring. Dan mereka bertiga masih mempertanyakan atas absennya Haechan hari ini.

Kalau menurut mereka tidak mungkin Haechan membolos, karena mereka sudah kelas 3 yang tentunya akan sangat rugi jika melewatkan satu hari pun kelas, terlebih untuk Haechan si siswa yang rajin dan diandalkan. Tapi nyatanya, memang Haechan tidak memberikan kabar maupun surat izin kepada sekolah. Otomatis akan membuat catatan Alpha pada absen kehadirannya.

Kringg~

Dan benar saja, kini bel tanda berakhirnya jam pelajaran hari ini telah berbunyi membuat semua siswa berhamburan meninggalkan kelas.

"Sudahlah, nanti kalau handphone nya sudah aktif pasti dia membaca pesannya." Final Renjun yang sudah cukup kesal kala dirinya juga tak berhasil menghubungi Haechan.

"Ya sudah, pulang saja."

"Hm, hati-hati di jalan."

Akhirnya mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing. Duduk di bangku penumpang mobil yang dikendarai supir pribadi keluarga maereka. Membelah jalanan ibu kota yang tampak sepi sore itu.

Dari perjalanan sekolah ke rumah, ketiganya masih belum bisa untuk tidak memikirkan Haechan. Entah kenapa mereka terus saja kepikiran perihal Haechan yang belum juga mengabari, ataupun hanya membaca pesan beruntun mereka lah setidaknya.

Jeno saat ini tengah merebahkan dirinya di atas ranjang king size empuk miliknya. Membuka ponsel dan ruang obrolannya dengan Haechan yang sudah di dominasi oleh pesan-pesan singkat beruntun yang ditujukan untuk sahabat tan nya itu, dan juga beberapa bar panggilan tak terjawabnya.

Ia kembali mengetikkan pesan singkat yang menanyakan tentang keberadaan Haechan. Namun hasilnya sama saja, pesannya tak berhasil terkirim. Nomor Haechan benar benar tidak aktif, dari pagi hingga saat sore kala ini.

Mengetahui hasilnya, Jeno menghela nafasnya berat, melemparkan ponselnya kesal ke atas bed cover luasnya. Pandangannya mengarah ke langit-langit kamarnya masih memikirkan bagaimana caranya untuk mengetahui kabar Haechan.

Ting!

Sampai suara notifikasi handphone menginvasi fokusnya. Dengan cepat ia kembali meraih ponselnya, menelisik dengan seksama dari siapa notifikasi yang membuat ponselnya berbunyi nyaring itu.

'Bagaimana? Sudah ada yang mendapat kabar dari Haechan?'

Tulis si pengirim pesan yang ternyata adalah Renjun di ruang obrolan grub mereka. Jeno sudah hampir pusing dibuatnya. Sebenarnya kemana sih anak ini?!

'Belum.'

balas Jaemin sedetik kemudian.

Jeno hanya membiarkan saja mereka bertukar pesan, sudah dijelaskan bukan, kalau Jeno itu masih pusing memikirkan si Haechan.

"Aish! Bocah nakal itu kemana sih?!" Pekik Jeno.

Sambil terus menelisik langit-langit kamarnya, Jeno mendapat sebuah ide. Dirinya yang notabene berstatus sepupu dengan Haechan itu hendak menghubungi salah satu kakak Haechan.

Jarinya dengan cepat menggulir beranda imess nya hingga menemukan kontak bernamakan 'Doyoung hyung' segera ia ketikan pesan untuk menanyai kabar Haechan.

Pesannya terkirim, tapi tidak kunjung mendapat respons dari si penerima. Cukup lama Jeno menunggu, akhirnya ia beralih menelepon Doyoung.

Lagi-lagi hanya kesal yang ia dapat, Doyoung tak mengangkat teleponnya meski itu tersambung. Berkali-kali ia ulangi untuk menelepon nomor yang sama tapi tetap saja tak kunjung terjawab.

Bahkan saat ia melakukan panggilan grub dengan seluruh kakak Haechan pun, tak ada yang menjawab.

Akhirnya ia menyerah. Dirinya sudah cukup lelah dan dirasa emosinya sudah memuncak. Dan mungkin akan semakin meningkat kala dirinya terus saja meladeni hilangnya kabar Haechan.

'Aku sudah menghubungi hyungnya, tapi tidak berhasil juga.'

Ketiknya pada ruang obrolan grub para sahabatnya.

Mari biarkan Lee Jeno ini beristirahat dari lelahnya mencari kabar Haechan.


__________TBC__________

Aku kurang puas, tapi juga bingung sama part ini. I'm so sory, hope u enjoy!❣

Our Sun || HaechanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt