Menteri Segala Urusan

2 0 0
                                    

MENTERI SEGALA URUSAN

Pada suatu kala, di sebuah daerah antah berantah, tersebutlah sebuah kerajaan yang baru saja berdiri. Kerajaan ini sangat kaya, sebutlah setiap sumber daya, maka tersedia di tempat itu. Emas, minyak, dan batu bara, lalu barang tambang lainnya. Matahari melimpah, membuat padi bisa tumbuh subur. Kehadiran gunung merapi membuat tanah gembur. Lalu garis pantai yang luas, membuat ikan betah untuk berenang – renang di sana.

Bagaimana dengan orang – orangnya? Jelas, dengan tersedianya segala macam kebutuhan, orang – orangnya menjadi pemalas. Ya, untuk apa berperang jika semua – semua sudah disediakan? Padahal yang tidak diketahui adalah, bahwa ada banyak kerajaan lain yang sudah mengamat – amati kerajaan ini, dan bersiap untuk mengambil alih sumber dayanya.

Sang raja sebenarnya bukan orang lemah. Ia juga bukan orang yang tinggi hati. Ia merupakan penguasa yang sayang kepada rakyatnya. Namun kelemahlembutan ini sering ditafsirkan sebagai sebuah kelemahan. Banyak orang, bahkan orang dalam istana, yang memandang rendah kepada sang raja. Namun sang raja tidak pernah ambil pusing.

Raja selalu memilih menteri – menteri yang terbaik. Menteri uang adalah orang yang berpengalaman mengatur duit di negeri orang. Menteri bertahan adalah seorang jenderal petarung. Menteri pembangunan adalah seorang yang ahli dalam membangun.

Ada seorang menteri yang sangat menonjol di kerajaan ini. Ia adalah teman baik raja. Orang – orang menyebutnya menteri segala urusan. Mengapa demikian? Sebutlah suatu masalah yang terjadi di dalam kerajaan, maka ia akan diminta oleh sang raja untuk membereskannya, dan ia berhasil. Persoalan ini tidak terjadi hanya sekali, melainkan berkali – kali.

Suatu ketika wabah penyakit mengancam masalah kesehatan dalam negeri. Ribuan orang sakit, bahkan banyak yang meninggal. Infrastruktur kesehatan pun kolaps. Sang menteri segala urusan pun turun tangan. Ia membenarkan sistem kesehatan, juga turut serta dalam perburuan vaksin. Alhasil, wabah pun menjadi terkendali.

Suatu ketika harga batu bara dunia menjadi tidak terkendali. Penyebabnya adalah dunia mengalami krisis energi. Minyak dan batu bara menjadi tumpuan. Kerajaan antah berantah diuntungkan karena sumber daya melimpah. Dengan sigap sang menteri segala urusan segera melakukan pembatasan. Hasilnya, beberapa menteri kerajaan luar turun tangan dan mengikuti kehendak sang menteri segala urusan, demi mendapatkan batu bara.

Krisis energi juga membuat sang menteri berpikir ke depan. Tersebutlah seorang filsuf yang berpikir bahwa listrik akan menjadi adidaya di masa depan. Sang menteri segala urusan berpikiran sama. Ia pun mengajak sang raja untuk bekerja sama dengan sang filsuf. Entah apa yang akan terjadi di masa depan, namun sepertinya kerajaan antah berantah mendapatkan permulaian yang bagus dibanding kerajaan – kerajaan lain.

Sang menteri segala urusan juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Ia mendirikan sebuah institusi di tempat yang kurang berpengalaman, menaikkan kualitasnya dengan menghadirkan guru – guru terkenal. Sebagai hasilnya lulusannya banyak yang pergi berkelana ke kerajaan lain dan mengharumkan nama negeri.

Hal ini belum terjadi, namun sepertinya di masa depan mungkin, sekali lagi mungkin, akan terjadi percakapan seperti ini.

Raja: Aku akan naik gunung dan melakukan tahapan moksa, masa jabatanku sudah habis, siapakah yang akan mewarisi negeri yang melimpah sumber dayanya dan dipenuhi banyak kelebihan lainnya?

Raja pun melihat kepada para menterinya. Ada yang bertemperamen, ada yang memiliki masa lalu buruk, ada yang menjadi kaki tangan korporat, ada yang licik dan licin. Dengan menggeleng pelan ia tidak bisa menemukan pewaris negeri. Lalu seorang menteri bijak berkata.

"Raja, bagaimana dengan menteri segala urusan? Semua masalah kerajaan sepertinya selesai oleh beliau. Ia adalah seorang calon yang baik."

Raja mendesah, "Masalahnya adalah banyak yang tidak suka. Termasuk rakyat. Walaupun ia berhasil dalam segala hal, aku tidak bisa meresikokan hal ini. Kestabilan kerajaan adalah nomor satu."

Sang menteri bijak menjawab, "Kalau begitu adakah calon lain yang layak untuk mewarisi negeri?"

Sekali lagi sang raja menyapu pandangannya ke segenap penjuru, bahkan ruangan sebelah di mana peraturan – peraturan dibuat, dan tidak menemukan hal baik. Ia mengeluh. Sekali lagi sang menteri bijak bersabda.

"Begini saja, tuanku, beri kami waktu. Persepsi dapat diubah, citra dapat diperbaiki. Raja jangan naik gunung sekarang. Kami akan coba memperbaiki pandangan rakyat terhadap sang menteri, sehingga mereka dapat mendukungnya. Mudahan – mudahan kami berhasil."

Raja pun pelan – pelan tersenyum. Usul itu dipandang baik dan ia mengijinkannya untuk dilakukan.

Your Cloudiest Day is My Brightest DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang