Sang Penjual Mainan

6 0 0
                                    

SANG PENJUAL MAINAN

Broom...! Broom...!

"Dek, tolong, jangan dimainkan di lantai, ya, nanti bisa rusak." ujarku meminta kepada seorang anak kecil yang duduk di lantai dan menggesek truk mainan berulang – ulang. Ia menengadah dan melempar senyum polos. Kemudian ia mengulang perbuatannya.

Brooom...! Broom!

Aku melambaikan tangan untuk melarang, dan mungkin sebentar lagi aku akan menahan tangannya, mengambil truk mainan itu. Untungnya tiba – tiba seorang ibu muncul dari belakang dan menggendongnya. Ia meminta maaf kepadaku, tidak dengan kata – kata, hanya dengan ekspresi wajah yang merasa bersalah. Keduanya lalu meninggalkan toko.

Aku beranjak berdiri. Seorang bapak sedang melihat – lihat di depan stand mainan kemasan. Dari ekspresi wajahnya nampaknya ia sedang bingung. Aku menawarkan bantuan.

"Ada yang bisa dibantu, pak?"

"Iya, ini, pak. Jam tangan mainan ini bagus, anak saya punya satu di rumah, tapi kok sering rusak. Ini sudah keempat kalinya saya datang ke toko ini dan membeli jam tangan yang sama. Anak saya merengek terus, pak. Saya bolak – balik ke toko ini. Tapi kok, rusak terus ya?"

Aku coba memeriksa kemasan jam tangan yang dimaksud. Ya, namanya juga kw, pikirku. Lalu tertulis buatan China. Ah, lebih – lebih, pikirku. Tapi...

"Jam tangan ini yang terbaik, pak. Lihat di sini. Hanya tersisa dua atau tiga stok lagi, bukan? Itu artinya laku, dan banyak yang mencari, pak. Kalau bapak datang nanti sore, saya yakin bapak tidak akan kebagian."

Sang bapak melihat saya dengan pandangan skeptis. "Lalu dengan penjelasan benda ini sering rusak?"

Aku menarik napas dalam. "Sebenarnya saya tidak ingin menyalahkan, pak. Namun, kejadian bapak ini mirip dengan Bu Rohali yang sering menjadi pelanggan di sini. Ia sering membeli barang yang sama, dalam kasusnya yaitu barbie America. Ia mengaku memang anaknya sering bertindak kasar. Sekali lagi, pak, saya tidak ingin menyalahkan. Tapi, apakah bapak pernah menemani anak bapak bermain. Atau melihatnya? Jam tangan jenis ini biasanya akan rusak jika dibanting – banting, pak."

Sebaliknya dari yang kuduga, bapak itu memberikanku sorot mata tajam. Namun, kemudian ia mengambil salah satu kemasan jam tangan itu. Di dalam hati aku mengelus dada dengan lega.

"Beli, pak, satu lagi. Semoga kali ini tidak rusak."

"Semoga, pak. Nah, sudah diproses. Boleh dibawa pulang, pak."

Bapak itu pun keluar dengan kemasan jam tangan di tangannya. Sebenarnya, jam tangan itu sudah banyak diprotes pelanggan. Sering rusak. Itulah sebabnya aku menghentikan supplynya. Bukan karena laku.

Seorang ibu – ibu menghampiriku. Ia bertanya. "Mas, ada tidak, ya, mainan handphone buatan? Anak saya sering merengek minta handphone saya. Saya tidak suka handphone saya diutak – atik sama anak saya. Ada mas? Ada ya?"

Loh kok maksa? Hihi. "Ada, bu. Ke sini, mari."

Sang ibu membuang napas lega. Kami pun berjalan menuju stand mainan berdus. Ada yang dus – dus besar, ada pula yang dus – dus kecil. Dus – dus besar biasanya mainan mobil – mobilan, pistol – pistolan, sedang dus – dus kecil seperti handphone dan action figure. Aku menunjukkan handphone – handphone mainan, tapi sepertinya perhatian sang ibu tidak tertuju ke sana.

"Spiderman ini asli mas, ya? Kok keliatannya bagus banget?"

"Tentu saja, bu. Ini buatan China. Top quality. Tidak mudah rusak, bu. Lihat, bisa dilentur – lenturkan, bukan? Bagus sekali, bu."

"Ah, menarik sekali, pak. Anak saya pasti suka ini?"

"Anak ibu atau ibu sendiri?" aku berkata sambil tertawa, yang disambut dengan tawa si ibu. Menjadi penjual mainan lebih mudah memang ketika memiliki sifat humoris. Penjual dan pembeli terasa dekat, sehingga mereka tidak sungkan untuk membeli mainan. Akhirnya sang ibu memutuskan.

Your Cloudiest Day is My Brightest DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang