34 - Special part Zidan & Tia

5.8K 47 2
                                    

Siap untuk bersamaku?





Happy Reading!

-

"Bisa gak sih lo kalo narik gak usah kenceng-kenceng?!"

Tidak memperdulikan teriakan perempuan itu, Zidan tetap menarik pergelangan tangan Tia menuju sebuah tempat.

Tia yang ditarik hanya bisa pasrah saja.

Melihat sekeliling, Tia menyadari bahwa ini tempat yang ingin sekali ia kunjungi namun selalu saja ada kendalanya.

Menatap takjub pemandangan yang Tia lihat hingga tak sadar bahwa ia tengah ditatap intens oleh Zidan dari samping.

"Bagus banget..." Tia mendesis takjub, menahan teriakan yang ingin sekali ia keluarkan.

"Kok lo tau sih tempat ginian?" tak menyangka bahwa cowok seperti Zidan tau tempat seperti itu.

Zidan? Hanya memandang wajah Tia yang malam ini sangatlah cantik dengan balutan dress panjang namun tampak simple saat melekat di tubuh Tia.

Tempat yang mereka datangi yakni restoran yang berada di puncak dengan pemandangan lampu kota yang sangat indah jika di lihat dari atas.

"Thanks, Dan." ucap Tia sambil melirik ke arah Zidan yang langsung bertubrukan dengan sepasang bola mata yang tajam itu.

Zidan membalasnya dengan mengangguk tersenyum. Kemudian Zidan membawa Tia masuk dalam restoran itu dan menempati tempat yang sudah Zidan pesan jauh-jauh hari.

Restoran ini memiliki bangunan yang khas yaitu dibuat dengan full kaca. Jadi semua orang yang berkunjung ke restoran ini bisa langsung melihat indahnya pemandangan puncak.

Tak lama datanglah pesanan mereka. Tak berat, mereka memesan beberapa dessert yang rekomen di restoran itu.

Tia sangat senang kala melihat dessert yang ia pesan sesuai seperti dibuku menu.

Suapan kue pertama sangatlah manis!

Tia menyukainya hingga menggerakkan badannya ke kanan ke kiri.

"Gimana?" tanya Zidan dengan memandang Tia intens.

"Enak! Lora pasti seneng kalo gue ajak kesini." tersenyum manis di bawah hamparan langit gelap dengan banyaknya bintang yang tampak sangat indah. 

"Lora mulu." Zidan sampai geleng-geleng.

"Ya emang kenapa? Lora kan besti gue." tetap dengan menyendokkan potongan kecil kue ke mulutnya.

"Sesekali mikir yang lain kek."

Apa nih? Batin Tia menatap Zidan.

Zidan yang ditatap pun sadar.

"Orang yang ada di depan lo, Tia..."

"Hah?"

Bentar, Tia sedikit berpikir keras kali ini.

"Kita kan prenjon kan ya?" celetuk Tia dengan muka polos. Menyadari apa yang ia ucapkan, Tia langsung menutup mulutnya dengan mata melotot tanda ia terkejut.

"Anjir bego!" umpat Tia pelan.

"Oh friendzone?" ulang Zidan.

Tia diam, ia malu. Sial.

Sebenarnya apa yang Tia ucapkan dengan tidak sengaja itu bukan hal yang salah. Gimana gak friendzone? Tiap hari dikasih perhatian, di antar jemput kemanapun Tia mau, dan tak lupa chat 24 jam.

Dasar!

"Gimana caranya biar gak friendzone lagi?" tanya Zidan bodoh membuat Tia berdecak.

Menyingkirkan kue yang ada di depannya. 

"Nih, gini ye Dan. Dengerin baik-baik." Tia menjeda sebentar.

"—coba deh jadi orang yang lebih peka."

"Gue peka." balas Zidan cepat.

Tia menghela nafasnya sejenak, "Gue tau lo peka. Nih yang kedua tuh kudu tau niat lo apa dulu ke gue."

"Niat ya?" Zidan berlagak berpikir dengan mengusap dagunya.

Tia mengangguk gemas.

Zidan melirik Tia sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ck lama!"

Terdengar decakan Tia membuat Zidan tertawa kecil.

"Pinjem tangan kanan lo." pinta Zidan.

Menaikkan sebelah alis, Tia berpikir permainan apalagi kali ini yang akan Zidan mainkan.

"Gak. Lo terakhir minta kek gitu malah tanganku gue jadi sasaran cubitan lo!"

"Kan gue udah minta maaf. Lagian cuma bercanda." ujar Zidan membenarkan kejadian tersebut.

"Udah buru siniin tangan kanan lo."

Tia memandang Zidan ragu, tapi tak urung ia memberikan tangan kanannya ke Zidan.

"Noh! Mau diapain sih?" jujur Tia deg-deg an setengah hati, entah kenapa. Atmosfer sekitar berubah menjadi lebih hening dan terkesan intim.

Zidan mengambil tangan Tia untuk ia genggam.

Menarik nafas sejenak. Zidan mengusap telapak tangan Tia dengan pelan dan lembut.

"Gua tau gue buka cowok yang perfect seperti idol-idol lo." jeda Zidan dengan kekehannya.

"Gue juga bukan cowok yang selalu bisa bikin lo bahagia. Gue suka usil kalo berdua sama lo, kadang juga bisa jadi cowok yang cuek."

Tia setia mendengarkan kalimat yang muncul dari mulut cowok di depannya ini.

"Selama ini gue selalu menutup mata dan hati buat gak mudah terjebak dalam lingkaran sebuah hubungan. Gue terlalu naif buat ngakuin kalo sebenernya gue udah ngerasa sayang—"

Tia menahan nafas ketika kalimat yang Zidan ucapkan menggantung begitu saja.

"Ngerasa sayang...?" ulang Tia.

Zidan menatap Tia dengan intens, beradu pandang seperkian detik sampai Zidan membuka mulutnya untuk melanjutkan perkataannya yang belum selesai.

"Selama ini gue ternyata udah ngerasa sayang—sama lo, Tia."

Tia menahan nafasnya. Ia tak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya agar bisa sejalan dengan ekspresi yang ia perlihatkan.

"Gue sayang sama lo, Tia. Sorry, gue baru bilang sekarang."

Tia memandang wajah Zidan yang nampak seperti menyesal.

"Ini beneran?" tanya Tia memastikan.

Zidan mengangguk dengan senyum tipis, "Bener. Gue gak bohong kali ini."

"So?"

"Be my girlfriend. Dengan begitu, kita bisa membuat dunia serasa miliki berdua."

"Want to try?" tambah Zidan.

Sial. Tia tak dapat lagi menyembunyikan rasa salah tingkahnya.

Ia berdeham untuk menyingkirkan kegugupan, "Yes i do." balas Tia malu-malu.

Tak bisa dipungkiri setelah mendengar jawaban Tia, Zidan tersenyum sangat lebar. Terlihat sangat senang bercampur lega.

Jangan tanyakan Tia, ia menarik tangannya dari genggaman Zidan untuk menutupi wajahnya yang memerah akibat pengungkapan cinta pada malam ini.

"Kenapa sih, hm?" goda Zidan saat melihat Tia yang masih menutupi wajahnya dengan tangan.

"Gue malu anjir! Gitu doang gak tau huh?!"

Zidan terkekeh.

Ia mengambil telapak tangan Tia kembali, "Muka saltingnya jangan ditutupin dong. Cantik gitu masak gak mau berbagi sama pacarnya?" masih dengan tawa kecil Zidan yang belum reda.

"Ish!"

Zidan mengusap sayang puncak kepala Tia cukup lama. Semakin membuat Tia kekurangan oksigen.

Help!

--

Love dari Zidan & Tia 

ELKAN (New Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang