09. Weird

29 5 0
                                    

Lembayung senja sudah tidak terlihat lagi di ufuk barat. Bulan sudah mengambil alih menerangi cakrawala ditemani hembusan angin kencang,  teman kesunyian malam.

Langit yang semakin gelap mewakili perasaan seorang wanita kisaran 40 tahun. Ia tengah menunggu kepulangan seseorang, hatinya yang gundah tak berhenti menanyakan keberadaan sang anak pada seorang wanita yang setia menemani dan berusaha untuk menenangkannya.

"Bagaimana ini Mbak, Naya belum pulang. Aku jadi khawatir sama dia takut ada apa-apa.."

"Kamu yang tenang ya, Mbak yakin Naya baik-baik saja," kata Bude Tina bermaksud menyalurkan energi positif agar adiknya ini bisa lebih tenang.

Meskipun Bude Tina sudah mengatakan sesuatu yang baik, namun rasa khawatir di hati Fadia masih belum bisa hilang, apa yang dialaminya tadi tak bisa ia lupakan begitu saja. "Iya tapi Mbak, handphone Naya itu nggak bisa dihubungi dari tadi," ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Mungkin sedang ada di jalan Fadia, yang tenang ya."

Bude Tina adalah anak pertama  Wahyuni, nenek Naya dan Sony dari keluarga Fadia. Bude Tina ditinggal oleh suami dan anak semata wayangnya karena kecelakaan. Fadia pun memutuskan untuk mengajak kakaknya tinggal dengannya daripada harus hidup seorang diri di rumah suaminya.

Suara motor berhenti tepat di depan rumah, Fadia yang mendengar suara tersebut langsung pergi menuju pintu utama setelah menyerukan pernyataannya pada kakaknya bahwa yang ada di luar sana adalah putrinya.

"Mbak, itu pasti Naya yang datang," Tina hanya bisa merespon dengan senyuman, ia pergi menyusul adiknya dan berharap semoga Naya benar ada dibalik pintu sana.

Sepertinya Fadia lupa akan satu hal, putranya juga tidak ada di rumah karena sosok Sony lah yang muncul setelah Fadia membuka pintu. Hatinya kembali tak tenang, Sony menyadari perubahan mimik sang Ibu di depannya dan langsung bertanya.

"Ibuk kenapa?" yang ditanya tidak menjawab, Fadia meluncurkan air matanya. Sony langsung mengalihkan pertanyaannya pada Bude Tina.

"Ada apa ini Bude?"

"Naya belum pulang," Sony berusaha tenang mendengar jawaban dari Budenya.

Sony kemudian merangkul pundak ibunya lalu di tuntunnya menuju ruang tamu. Mereka berdua duduk di sofa panjang. Bude Tina duduk di single sofa. "Sebentar, Mbak ambilin minum ya biar kamu lebih tenang." Tina beranjak dari duduknya.

"Makasih Bude.." ucap Sony.

"Makasih ya mbak." Tina tersenyum. "Iya," jawabnya lalu pergi ke dapur meninggalkan Sony dan Fadia.

Setelah Bude Tina pergi ke dapur, barulah Fadia mengeluarkan suaranya. "Adek kamu belum pulang. Ibu jadi khawatir sama dia."

"Sony coba telpon adek ya, Buk." Sony mengambil ponselnya di saku celana namun setelah itu dicegah oleh Fadia.

"Sudah ibuk telpon berkali-kali tapi hp nya nggak aktif. Bagaimana ibuk nggak khawatir sama adek kamu."

"Sony mau ibu tenang ya, mungkin adek lagi di jalan makanya nggak bisa angkat telepon." Jawaban yang sama seperti yang diutarakan oleh kakaknya namun tak dapat melunturkan kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah Fadia.

"Ibu nggak bisa tenang kalau belum dengar suara adek kamu," ungkap Fadia.

Sony yang mendengarnya merasa ada sesuatu yang lain yang tak ia ketahui. Karena apa yang tampak di depannya saat ini berbeda jauh dengan beberapa hari lalu saat Naya pulang terlambat. Padahal saat itu sudah lebih dari jam 7 malam dan keadaannya pun sama, ponsel Naya tidak bisa dihubungi.

Be Alright [On Going]Where stories live. Discover now