43. Sapu tangan

14 5 0
                                    

Satria dibolehkan pulang oleh Dokter Vino setelah mengetahui kondisi pasiennya yang keras kepala itu menunjukkan peningkatan. Sebenarnya Jaya tidak mengizinkan Satria untuk bersekolah, lelaki itu menyuruh adiknya untuk beristirahat di rumah namun Satria berkata, "Pria sejati itu harus memegang janjinya.". Jaya pun mengalah hanya dengan kalimat itu. Sayangnya, Satria tak hanya ditemani Jaya saat ini, Lina dan King juga datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi putra mereka. Alhasil, kejadian itu disaksikan oleh King dan Lina. Keduanya tak bisa menahan tawa melihat Jaya yang harus mengalah dan mengikuti kemauan adiknya.

King akan mengantar Lina pulang dulu ke rumah sebelum berangkat kerja, sedangkan Jaya pamit mengantar Satria ke sekolah. Di saat Jaya pamit dengan menyalim tangan Ayah dan Bunda, Satria berdiam diri di tempat. Pemuda itu terlihat canggung dengan sang Ayah yang ternyata telah memberikan nama indah itu untuknya. Namun King tersenyum lebar lalu memanggil Satria.

"Satria." King menatap manik biru sang putra dengan senyumnya.

"Y-ya?" Satria sedikit terkejut. Di depannya masih berdiri tubuh tegap sang Ayah. Tatapan mata Satria begitu redup berhadapan dengan Ayahnya. Satria pun tak lepas dari perhatian Lina dan Jaya.

"Kok bengong? Kamu nggak salim Ayah? Mau berangkat sekolah, kan?" kata King lembut.

Satria tersenyum tipis kemudian berjalan beberapa langkah menghampiri Ayahnya. Menyalim tangan Ayahnya kemudian berkata, "Satria pamit, Yah." Suaranya begitu pelan saat mengatakannya namun masih bisa didengar oleh ketiga pasang telinga yang bersamanya.

King mengelus rambut Satria. Bisa ia rasakan jika Satria sedikit terkejut dengan perlakuannya. "Belajar yang rajin. Jangan lupa minum air putih, ya? Kesehatan tubuh kamu yang paling utama," ujarnya.

Satria menatap Ayahnya yang masih tersenyum kearahnya. Kali ini mata elang itu tak lagi menatapnya tajam, hanya ada tatapan teduh yang mampu menghangatkan hatinya. Apa Ayahnya sudah tak marah lagi padanya? Apa dirinya boleh menangis sekarang? Rasanya sudah begitu lama ia tak melihat tatapan hangat sang Ayah dan sekarang ia melihatnya.

Satria diam saja dihadapannya. Anak bungsunya itu bahkan menatapnya dengan ekspresi sedih dan.... bahagia? Sepertinya. Jika ia tidak salah menafsirkan. Seketika tatapan itu membawanya ke masa lalu saat Satria masih kecil. Rasanya, King ingin memeluk Satria saat ini juga.

"Boleh Ayah peluk kamu?" pinta King.
Mendengar kalimat yang sudah lama tak terlontar dari kedua bibir Ayahnya, tentu saja Satria tak akan menolaknya.

Keduanya tak lagi ada jarak. Satria menumpukan kepalanya di pundak kanan Ayahnya. King memeluk Satria erat. Pemuda itupun tak segan membalasnya. Lina dan Jaya merasa haru. Momen yang begitu mereka rindukan kini terpampang nyata dihadapan mereka berdua.

"Maafkan Ayah ya, nak. Ayak sudah berlaku tak adil dan selalu membentak kamu," katanya tulus. Suaranya pun terdengar serak.

"Maafin Satria juga ya, Yah. Satria udah ngomong kasar ke Ayah." Satria melepas pelukannya. Ditatapnya sang Ayah yang sudah berkaca-kaca. "Tahan, Yah. Jangan nangis. Entar Bunda nggak cinta lagi sama Ayah, loh!" ejeknya bercanda. King tertawa pelan. Berbeda dengan Lina yang menegurnya. "Jangan begitu sama Ayah, Satria," ucapnya tegas. Sedangkan Jaya menggelengkan kepalanya.

"Nangis-nangis begini, Ayah tetap ganteng," katanya penuh percaya diri kemudian mendekat ke telinga Satria lalu berbisik. "Bunda cinta banget sama Ayah. Jadi ... nggak mungkin Bunda berpaling dari Ayah," lanjutnya.

Lina yang berjarak dua meter penasaran dengan kalimat yang dibisikkan oleh suaminya. Ekspresi senyum Satria dan King juga terkesan ambigu. Bagaimana tidak curiga, dirinya sebagai seorang Ibu?

"Apa yang Ayah bicarakan tadi? Jangan aneh-aneh, ya?!" tanyanya dengan nada dingin. King dan Satria menoleh bersamaan kearah Lina kemudian King menasihati istrinya. "Curiganya yang baik-baik aja, Bun," katanya lalu menatap Satria. "Bunda-mu itu sukanya suudzon sama Ayah," adu-nya.

Be Alright [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang