16. Something Unknown

24 6 2
                                    

Sudah enam belas jam lebih terlewati, senja mulai tenggelam. Langit jingga sebentar lagi akan hilang dan digantikan gelapnya malam. Para pengguna Jalan Raya mulai menghidupkan lampu kendaraan mereka, membelah jalanan temaram yang dilewati.

Berbicara soal kendaraan, motor Juan dan Satria sudah diambil oleh teman-teman Juan. Sebelum Juan datang dengan mobil jeep– tanda kutip hasil curiannya, pemuda itu menelepon seorang temannya, meminta tolong untuk membawa pulang motornya dan milik Satria juga. Ia berpesan agar nanti malam saja kedua motor itu dikembalikan ke rumahnya.

Kini mobil jeep milik penculik yang dikemudikan oleh Juan baru saja tiba di rumahnya. Juan Zaffro Pramudya, nama lahir pemuda yang jalan 4 tahun berteman dengan Satria itu buru-buru turun dari mobil lalu membuka pintu mobil sisi kanan. Satria masih pingsan, gadis yang ia tahu bernama Naya berusaha membuat Satria sadar. Kedua mata gadis itu sembab, air mata juga mengering di pipinya. Tatapan mereka bertemu, Juan paham akan perasaan gadis itu. Ia juga merasakannya namun tak ia tunjukkan.

Juan menangkup kepala Satria, ia tepuk pipi sahabatnya itu pelan beberapa kali. "Nan .... bangun, bangun Nan." Satria belum menunjukkan kesadarannya. "Shit! Kita harus segera obati luka Adnan. Bantuin gue." Naya sempat bingung namun detik selanjutnya ia mengangguk.

Naya menegakkan tubuh Satria lalu ia tahan menggunakan lengannya, setelah itu mereka bersama-sama mengubah arah tubuh Satria menghadap pada Juan lalu pemuda itu berbalik dan membawa tubuh Satria di punggungnya. Naya menyusul di belakang. Gadis itu berjalan sembari berdoa, berharap semoga Satria cepat sadar dan tidak ada luka serius lainnya. Kedua tangan Satria berada di pundak Juan, namun seiring Juan berjalan dengan langkah lebarnya, tangan itu terkulai lemas di sisi tubuhnya. Juan membawa Satria ke kamar tamu yang ada di rumahnya. Ia rebahkan tubuh Satria di ranjang.

"Lo tunggu di sini. Gue mau ambil kotak P3K dulu," pesan Juan pada Naya. Gadis itu menjawab dengan anggukan.

Juan keluar dari kamar tamu mencari kotak P3K di dekat dapur sedangkan Naya memandang sedih Satria. Raut wajahnya merasa bersalah atas apa yang dialami oleh pemuda itu. Gadis itu bergumam, menggenggam tangan Satria, "Maafin gue. Lo jadi kayak gini karena nyelametin gue. Sat, bangun." mohonnya menunduk. Lagi-lagi Naya menangis.

Genggaman tangannya pada Satria semakin kuat seiring dengan air mata Naya yang menetes. Gadis itu kini melihat pita rambutnya yang melilit tangan Satria. Warnanya yang cerah kini berubah merah bahkan ada yang menghitam.

Juan datang membawa kotak P3K. Langkahnya terhenti mendengar Naya yang menangis di sisi kanan ranjang. Naya menyadari kedatangan si pemilik rumah lantas menegakkan kepalanya melihat Juan. Naya menghapus jejak air matanya. Juan mendekat, Naya memberikan tempat untuk Juan di sampingnya. Pemuda itu membuka pita rambut Naya yang melilit lengan Satria. Lengket. Darah juga masih keluar dari sayatan panjang yang menganga. Juan membuka kotak P3K.

"Boleh gue yang bersihin lukanya? Setidaknya itu yang bisa gue lakuin buat Satria. Sebagai balas budi gue ke dia," pinta Naya. Juan tersenyum lalu menyerahkan kotak P3K pada Naya.

Juan mundur beberapa langkah membiarkan gadis yang berhasil mencuri hati sahabatnya itu membersihkan lukanya.

Juan menatap sendu Satria. Wajah pucat pasi namun damai itu mengingatkannya akan satu hal. Ia pun berucap, "Kenapa Adnan nolak dibawa ke Rumah Sakit? Sebenarnya gue tahu alasannya kenapa," ucapan Juan membuat pergerakan tangan Naya terhenti. Tanpa merespon ucapan tersebut, Naya lanjut membersihkan luka Satria, membiarkan pemuda di belakangnya melanjutkan ceritanya.

"Beberapa hari yang lalu Adnan telpon gue dan bilang kalau dia habis kecelakaan dan dia lagi di Rumah Sakit. Katanya, dia pingin nginep dulu di rumah gue. Gue samperin dia ke Rumah Sakit dan yang gue lihat bener-bener bikin hati gue ikut sakit. Lo tahu? Adnan dibentak, dicaci maki bahkan ditampar sama bokapnya sendiri," pupil mata Naya melebar terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu bahwa dibalik senyum seorang Satria, ia menyembunyikan banyak luka di hatinya.

Be Alright [On Going]Where stories live. Discover now