25

5.3K 736 33
                                    

Sial! Seharusnya aku menendang Chandler dari rumahku. Bukan malah berdiam diri di dalam pelukannya. Sekarang, aku harus menikmati hasil panen kebodohanku yang sudah merajalela ini.

Lihat saja wajah ayahku yang duduk di depan Chandler itu. Begitu penuh dengan kebahagiaan. Walau tubuh ayahku bergetar hebat karena ancaman Chandler barusan setelah ayah membuatku menangis. Tapi, rasa bahagia karena putrinya akan menikah dengan calon menantu yang sangat ia idamkan lebih besar dibandingkan rasa takutnya. Kalaupun ayah harus mati sekarang, aku rasa dia akan mati karena tenggelam dalam lautan kebahagiaan.

"Ja-ja-jadi, Yang Mulia Kaisar_" kata ayahku sedikit ragu.

"Iya, ayah mertua?" Tanya Chandler dengan senyum ramahnya. Walau begitu, suhu di sekitar Chandler sangatlah dingin. Aku rasa, ada yang masih menyimpan dendam pada ayahku.

"Apa anda benar-benar akan melamar putri saya?" Tanya ayahku, sedikit lebih berani.

Kesempatan ini mungkin hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Ah, tidak! Maksudku, sekali sejak bumi diciptakan sampai berakhir.

"Tentu saja, ayah mertua! Saya sangat mencintai putri anda sampai rasanya saya mau gila!" Kata Chandler dengan tulus.

"Kau kan memang sudah gila! Dan, berhenti memanggil ayahku 'ayah mertua'!"

"Tapi, kenapa anda menyukai putri saya?" Tanya ayahku lagi sembari menatapku.

Aku balas menatapnya datar.

Hah! Ayahku kan memang sudah menginginkan hal ini sejak lama. Tapi, kenapa dia malah bersikap seolah tidak percaya dengan hal ini. Yah, kalau aku jadi ayahku, aku juga pasti akan menanyakan alasan pria yang hanya aku temui beberapa kali ini tiba-tiba melamar putrinya. Kalau ayahku adalah seorang bangsawan dengan gelar tertinggi melebihi kaisar itu sendiri, barulah hal ini adalah hal yang wajar. Masalahnya, dia kan hanyalah seorang baron yang miskin walau sebenarnya tidak miskin. Yah, kalau bukan karena ramuan cinta, semua ini memang tidak akan terjadi.

"Itu karena....."

Aku dan ayah menatap wajah Chandler serius. Aku juga ingin tahu alasan Chandler melamarku. Yah, tidak mungkin sama dengan alasan yang dia katakan pada Cahir tadi, kan?

"Wajahnya yang penuh air liur saat tidur sangatlah lucu!"

Apa lagi yang aku harapkan dari pria gila ini? Apa yang Chandler ingat dariku hanyalah air liur di wajahku? Kenapa dia terus-terusan mengingat hal yang menjijikkan itu, sih? Cerminku saja langsung berdo'a pada Dewa untuk mengubahnya jadi batu saja ketika aku bercermin setelah bangun tidur.

Ayah menatapku. Wajahnya memerah. Aku menatapnya datar. Tanpa harus bertanya pun aku tahu apa yang ada dalam pikirannya. Pemikiran anak laki-laki, baik yang masih muda atau pun sudah tua ternyata sama saja, ya.

"Saya tidak tahu kalau kalian berdua sudah pernah tidur bersama!" Kata ayahku dengan wajah yang penuh semburat kebahagiaan.

Andaikan saja pria yang duduk di seberangku ini bukanlah ayahku, sudah aku pastikan tangan kananku mendarat di kepalanya sedari tadi.

"Tidak! Masih belum, ayah mertua! Tapi, akan segera setelah menikah nanti!"

Lagi-lagi jawaban yang sama dengan tadi.

Aku menatap Chandler datar. Memangnya, dia pikir aku sudi menikah dengannya?!

Aku akan kabur dari kekaisaran ini dan hidup dengan bersembunyi di tempat yang tidak akan bisa dijangkau oleh siapapun. Termasuk kaisar dan ksatrinya.  Dengan harta yang ayah sembunyikan di ruang bawah tanah. Setidaknya, aku bisa hidup sebagai seorang pengangguran kaya seumur hidup. Baiklah! Ide bagus! Aku akan kabur dan menjadi keturunan Elixi yang terakhir!

Emperor, Please Obey Me!✔ Место, где живут истории. Откройте их для себя