29

4.8K 699 49
                                    

"Selamat datang, istriku!" Kata Chandler sembari merentangkan kedua tangannya.

Aku menatapnya bingung. Kenapa dia memasang pose yang begitu terbuka itu? Apa dia ingin aku memukul dadanya? Atau, mungkin menendang selangkangannya? Kalau aku sih mau dua-duanya. Tapi, mana mungkin aku bisa melakukan hal itu di depan anak yang begitu manis ini?! Aku tidak mau mengotori pikirannya.

Kalau begitu, aku peluk saja si kaisar gila ini. Walau, sebenarnya aku lebih ingin memukul dibandingkan memeluknya. Tapi, demi menjaga keselamatan pikiran suci Abel, aku jadi harus melakukan perbuatan tercela ini.

Aku memeluk Chandler. Chandler balas memelukku.

Ah, aku pikir aku adalah orang yang paling tinggi karena tinggi ayah dan ibuku hanya sampai daguku. Tapi, ternyata aku sangat kecil jika dibandingkan dengan Chandler. Tingginya hanya sampai lehernya. Dan, seluruh tubuhku bisa masuk ke dalam pelukannya. Rasanya, aku bisa berguling di atas tubuh Chandler yang begitu besar dan lebar ini.

Sebenarnya, aku yang terlalu kecil atau Chandler yang terlalu besar, sih?

Ah, mungkin aku saja yang kurang gizi.

Ternyata, kemiskinan bisa berefek pada besar kecilnya tubuh, ya.

Aku melepaskan pelukan Chandler. Pria itu masih memelukku. Tak peduli seberapa keras aku berusaha melepaskan diri, pria sialan ini tetap saja enggan melepaskan pelukannya. Aku jadi terpaksa harus berdiam diri dalam posisi seperti ini sampai akhirnya Chandler melepaskan pelukannya sendiri. Aku harus menunggu sampai 25 menit hingga Chandler melepaskan pelukannya. Dan, entah kenapa aku mendengar suara retakan sedari tadi. Kedengarannya seperti suara tulang yang patah. Haha...

Pertanyaan yang bagus! Apa aku membenci pelukan Chandler? Jawabannya iya dan juga tidak. Aku tidak suka karena pelukan Chandler membuatku seperti boneka mungil yang dipeluk raksasa. Tapi, aku juga tidak membencinya karena pelukan itu terasa begitu menenangkan.

"Kau sangat kecil! Aku harap aku tidak meremukkan tulang rusukmu!" Kata Chandler dengan senyuman hangat.

"Kau sudah melakukannya, dasar sialan!"

Aku tersenyum, "Anda tidak melakukannya, Yang Mulia! Jadi, anda tidak perlu khawatir!"

Chandler sudah lama memakai bahasa santai padaku. Tapi, entah kenapa aku masih belum bisa melakukan hal yang sama padanya.

Aku menatap seorang anak laki-laki yang bersembunyi di balik punggung Chandler yang begitu lebar. Saking lebarnya, aku rasa aku bisa menyembunyikan semua aibku di balik punggung itu. Perasaan, punggung Cahir tidak selebar itu, deh.

Apa sifat buruk seseorang mempengaruhi lebar kecil punggungnya? Karena punggungku kecil, artinya aku orang baik. Hehe....

Aku membungkukkan kepalaku. Bibirku melengkungkan senyuman ramah.

"Halo, Pangeran Abel!" Sapaku.

Anak laki-laki itu langsung membenamkan wajahnya ke dalam punggung Chandler. Air mataku mengalir dengan deras. Melewati bibirku yang masih tersenyum.

Apa Abel sangat membenciku sampai tidak mau membalas sapaanku? Atau, dia sedang memikirkan cara untuk menjahiliku? Rumor yang beredar kan mengatakan kalau Abel adalah anak yang nakal.

"Maaf, Thea! Abel adalah anak yang pemalu." Kata Chandler sembari mengusap rambut Abel lembut.

Aku menyedot kembali ingusku. Yah, ini kan pertama kalinya kami bertemu. Jadi, wajar saja kalau Abel masih merasa canggung.

"Aku ingin sekali minum teh bersamamu! Tapi, aku harus kembali rapat untuk membahas soal pernikahan kita. Jadi, aku terpaksa harus pergi. Kau bisa jalan-jalan di istana. Dua gadis ini akan melayanimu. Aku pergi dulu, cintaku!" Kata Chandler sembari mengecup keningku sebelum ia pergi.

Abel mengekor di belakangnya. Tangan kanan anak itu menggenggam erat pakaian Chandler. Kepalanya sedikit berputar. Manik mata peraknya yang terlihat mengkilat seperti kelereng menatapku. Aku balas tersenyum. Melambaikan tangan kananku. Abel diam. Ia kembali berjalan. Kedua pria itu akhirnya menghilang.

Aku menatap dua gadis yang tadi di maksud Chandler. Keduanya berdiri di belakangku.

"Selamat datang, Yang Mulia Ratu!" Sapa seorang gadis kecil berusia 15 tahun. Di sampingnya, ada gadis sebaya dengan wajah dan tinggi yang sama.

Kedua gadis ini pasti kembar. Aku tidak bisa membedakan mereka. Rambut mereka sama-sama berwarna merah dengan manik mata coklat. Pakaian yang mereka pakai juga sama.

"Ah, terima kasih atas sambutannya!" Kataku sembari tersenyum ramah.

Aku kan belum resmi menikah dengan Chandler. Jadi, sebutan 'Yang Mulia Ratu' membuatku merasa canggung.

"Perkenalkan, saya Astrella Grey dan dia adalah adik kembar saya, Estrella Grey. Anda bisa memanggil saya Arla dan Erla!" Kata salah satu gadis itu sembari membungkukkan badannya.

Nama kedua gadis ini hanya terdiri dari dua nama. Nama panggilan dan nama keluargna. Tidak ada nama tengah atau pun nama baptis. Sepertinya, mereka berasal dari kalangan rakyat biasa. Walau begitu tetap saja, membungkukkan badan itu terlalu berlebihan. Untuk ukuran seorang putri baron miskin sepertiku, menundukkan kepala saja sebenernya sudah cukup bagi seorang rakyat biasa.

Tadi, mereka bilang nama mereka adalah Arla dan Erla, kan? Tapi, mana yang Arla dan mana yang Erla, ya? Mereka berdua terlihat begitu mirip sampai tidak bisa dibedakan. Apa semua anak kembar seperti ini? Rasanya seperti melihat pantulan dalam cermin.

"Saya Althea Noor Elixi, putri pertama Baron Elixi dan...."

Aku meneguk ludah. Rasanya sulit untuk mengatakan hal berikutnya. Tapi, aku harus tetap melakukannya. Atau, semua orang akan curiga.

"Dan, tunangan Yang Mulia Kaisar!" Kataku.

Kedua gadis itu saling tatap. Kemudian, kembali menatapku.

"Anda tidak perlu menggunakan bahasa formal kepada kami, Yang Mulia Ratu!" Kata gadis dengan rambut merah dan manik mata coklat itu.

"Iya! Kami hanya seorang pelayan. Jadi, anda tidak perlu terlalu sopan dan segan pada kami!" Balas gadis dengan rambut merah dan manik mata coklat yang lain.

Haha, aku benar-benar tidak bisa membedakan mereka berdua.

Apa tadi mereka bilang pelayan? Maksudnya, pelayan pribadi untukku, kan? Hah?! Masa aku yang terbiasa jadi pelayan ini malah punya pelayan? Rasanya memang menyenangkan sampai membuatku akan melompat. Tapi, tetap saja rasanya aneh.

Kalau aku punya seorang pelayan, aku harus menyuruh mereka melakukan apa? Aku harus memperlakukan mereka seperti apa? Nona pemilik rumah yang baik hati. Atau, nona bangsawan yang bengis dan kejam? Hmmm, kedua gadis ini terlihat manis dan ramah. Jadi, aku rasa pilihan pertama lebih cocok. Lagipula, aku tidak tahu bagaimana cara bersikap kejam kecuali pada diriku sendiri. Huhu....

"Apa kalian benar-benar akan jadi pelayan pribadiku?" Tanyaku dengan mata penuh harap.

"Iya, benar Yang Mulia Ratu!" Kata 'entah siapa' sembari membungkukkan badannya.

Wuah, akhirnya datang juga hari dimana seorang pelayan memiliki pelayan. Bahkan, sampai dua sekaligus. Aku benar-benar tidak percaya dengan hal ini.

Karena kedua gadis ini akan jadi pelayan pribadiku, artinya mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu denganku. Kalau begitu, akan jauh lebih baik jika aku bisa mengenali mereka. Dengan begitu, mereka juga akan merasa nyaman bekerja denganku.

"A-anu, bagaimana cara membedakan kalian berdua?" Tanyaku sembari tersenyum lebar.

Kedua gadis itu kembali saling tatap. Kemudian tersenyum manis.

"Terima kasih karena sudah bertanya, Yang Mulia Ratu!"

Apa hal kecil ini memang pantas mendapatkan ucapan terima kasih? Aku rasa mereka terlalu sopan.

"Saya Erla selalu memakai pita berwarna hitam di pakaian saya. Sementara, Arla selalu memakai pita putih. Selain itu, Arla memiliki tanda lahir di lengan kirinya. Sementara, saya tidak!" Kata Erla menjelaskan.

Aku mengangguk. Aku akhirnya bisa membedakan dua gadis kembar ini.

Sekarang, apa yang harus aku lakukan, ya?

Emperor, Please Obey Me!✔ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora