LUKA 9 - Keputusan

1.2K 98 150
                                    

Elara terdiam canggung saat Zetta terus menatapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elara terdiam canggung saat Zetta terus menatapnya. Ia bisa merasakan, ada sesuatu yang akan diminta Zetta kepadanya. Dia sudah terbiasa melihat raut wajah ibu dari Kenzie seperti itu. Tidak ada unsur memaksa memang, namun tatapan Zetta, raut wajah penuh harapannya, seakan memaksa Elara untuk menuruti semua permintaannya.

Elara ingat, dulu ia pernah menolak permintaan Zetta. Saat itu, ia sedang tidak enak badan dan tidak berangkat sekolah, begitupun Karel yang juga sedang terbaring dirumah sakit karena perkelahian, yang menyebabkan tulang dalam tangannya retak. Karena teman-teman Karel termasuk Kenzie sedang sekolah, akhirnya ia yang menemani pacarnya itu.

Dan saat itu, ia sedang membersihkan diri dikamar mandi rumah sakit. Entah apa yang Karel lakukan pada ponselnya, sampai puluhan panggilan tak terjawab dari Zetta, tertera begitu saja. Ia sempat marah pada Karel, dan bergegas pergi meninggalkan pacarnya begitu saja.

Ia datang ke rumah Kenzie, dan mendapati Zetta tengah menatapnya datar air mata yang berlinang. Sepertinya, Kenzie kambuh lagi. Ia berpikir, kalau masalah itu selesai saat ia meminta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi. Ternyata, ia salah. Ibu dari Kenzie itu menceritakan hal itu kepada ibunya.

Berakhir ia yang terkena amukan dari ibunya sendiri karena merasa Elara terlalu bodoh lebih memilih menemani Karel dibanding menemani Kenzie yang jelas-jelas membutuhkannya. Pertengkaran itu terjadi kembali. Pada akhirnya, ia turut mendapat dua kali tamparan dari ibunya sendiri.

Dan kali ini, ia tidak mau hal itu kembali terulang. Tadi saat ibu Kenzie menelponnya, ia langsung buru-buru pergi. Tidak ada tawaran dari Karel untuk mengantar dirinya. Karena ia tahu, Karel lagi-lagi merasa marah karena sering ditinggalkan dengan alasan yang masih sama sejak dulu.

Kenzie.

"Ra," Zetta meraih kedua tangan Elara, menggenggamnya dengan erat. "Boleh Bunda tanya sesuatu sama kamu?"

"Iya, kenapa Bunda?" Mata Elara mengerjap pelan dengan napas seakan tertahan, saat merasakan perasaannya mendadak tidak enak.

"Kamu cinta sama Karel?" Tanya Zetta kemudian.

Elara terdiam, sepertinya ini pembahasan yang cukup serius, setelahnya mengangguk yakin. "Iya,"

"Tapi Karel nggak pernah cinta sama kamu, kan? Kenapa harus dipertahanin, Ra?" Nada bicara Zetta mulai terdengar seperti tengah mengintimidasi.

Elara diam tidak menjawab. Lidahnya seolah kelu untuk membalas ucapan dari Zetta.

"Jika ada seseorang yang mencintai kamu dengan tulus, kamu harusnya bersyukur, Ra. Lupakan orang yang menyakiti kamu, karena orang yang sering menyakiti kamu itu tidak akan pernah bisa membahagiakan kamu." Jelas Zetta. "Hanya akan ada rasa sakit terus-menerus yang akan kamu rasakan.."

"Kalau aku lebih memilih bertahan gimana?" Timpal Elara dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Kenapa tiba-tiba harus seperti ini? Ia bingung sekali.

Zetta terkekeh singkat. Kemudian ia mulai berucap, "Itu namanya bodoh. Hanya orang bodoh yang bisa bertahan sama orang yang jelas-jelas nggak mencintai kamu sama sekali, dan bahkan lebih sering menyakiti dari pada menyayangi kamu.."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LUKAWhere stories live. Discover now