(6) Sandy Yuniar

6 4 1
                                    

Menanti Kau, Merah
(Karya: Sythrum Propsthanus)

Pukul 2.30 dini hari di sekolahku. Aku masih melanjutkan pencarian sebuah batu permata merah sebagai satu-satunya syarat lolos dalam jurit malam pramuka yang bertempat di gedung sekolahku. Jurit malam pramuka tahun ini benar-benar totalitas, lihatlah beberapa temanku bahkan dibuat pingsan sebelum tiba di lantai tiga. Aku berjongkok memeluk lutut seraya memandang jendela sekolah yang kubiarkan terbuka lebar-lebar, bulan purnama tampak menghiasi langit malam. Napasku tersengal, aku menghitung jumlah permata di tanganku. Dua permata, tinggal satu permata lagi yang harus kudapatkan.

Sebelum memulai jurit malam, per kelasnya dibagi lagi menjadi beberapa kelompok dengan tugas yang berbeda-beda. Tapi sayangnya, aku terpisah dari kelompokku beberapa menit yang lalu ketika berada di lantai 4. Sekarang, aku sendirian di ruang kelas yang normal--yang tidak dihiasi pernak pernik jurit malam seperti kelas-kelas lainnya. Aku membuka buku yang kudapatkan dari perpustakaan--yang juga sebagai tempat jurit malam. Aku meniti halaman satu per satu, membacanya dengan cepat hingga tiba di bagian akhir buku. Satu lembar terakhir yang menarik perhatianku. Terpampang jelas wujud 'Setan Merah' yang mengerikan. Wujudnya tidak bisa kujelaskan karena minimnya penerangan di kelas ini. Aku membaca cepat keterangan dari wujud Setan Merah itu dengan bantuan cahaya bulan.

Aku mengangguk. Baiklah. Ini cara satu-satunya mendapatkan permata merah, yaitu memanggil Setan Merah ini dengan menyanyikan sebuah mantra dalam gending Jawa. Aku menarik napas panjang-panjang, mulai merapalkan mantra. Tak lama bulu kudukku berdiri, muncul asap merah dari sela-sela bangku di hadapanku. Tepat ketika mantra itu berakhir, aku refleks menoleh seperti ada yang menjawab. Saat itu juga tampak punggung tangan dengan kuku merah yang panjang nan runcing menggenggam kedua bahuku. Aku tak berani menolehkan pandangan. Aku menutup mata, berharap dia segera pergi. Dan tepat ketika kubuka mataku perlahan, dia muncul tepat di hadapanku. "AAA!!!" aku sontak berteriak ketakutan.

Tegal, 02 Juni 2022

Wp: Sythrum_Propsthanus
Ig: sandy_yuniar

Games Nulis Temen KareyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang