- • Another Rabbit Hole • -

88 19 17
                                    

Esme mengangkat kedua alisnya serempak ketika Momma Primrose berlari tergopoh-gopoh keluar dari dapur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Esme mengangkat kedua alisnya serempak ketika Momma Primrose berlari tergopoh-gopoh keluar dari dapur. Ketika dia melihat beliau mengambil sebuah kotak—berani taruhan isinya obat-obatan—kemudian berderap ke dapur lagi, suasana di ruang tamu rumah keluarga Anshumant seketika menjadi tidak beres.

Jangan bilang kalau anak itu terluka serius? Esme mengulum bibir. Gelisah karena terlambat peka terhadap kesulitan tuan rumah.

Isabel tampaknya menangkap gelagat itu. Buktinya kini dia tersenyum kecil dengan tenang ketika mata safir Esme terarah kepadanya.

"Tenang, Nona. Saya yakin tidak ada masalah serius di dapur. Ini hanya tentang tata krama."

Namun, Esme kesulitan untuk berhenti melirik dapur.

"Tetap tidak terdengar bagus di telingaku," gumamnya.

Isabel terkekeh seraya berpangku tangan. "Kalau saya berada di posisi mereka, sudah pasti saya juga akan melakukan hal serupa—menumpahkan teh, misalnya."

Mustahil adalah kata pertama yang timbul di benak Esme.

Makhluk hidup seaneh apa pun di Negeri Ajaib pasti akan setuju bahwa sosok Isabel yang suka sekali warna hijau itu adalah contoh nyata dari pribadi elok tanpa cela.

Menumpahkan teh adalah hal mendasar yang amat mustahil Isabel lakukan.

"Isabel menumpahkan teh adalah salah satu keajaiban di dunia. Aku akan melotot selama sepuluh menit kalau sampai itu terjadi," kelakar Esme. Keresahannya menyurut. "Terima kasih. Aku sedikit terhibur."

Dan sekarang aku juga menyadari banyak hal. Esme bersandar pada sofa, menunduk menekuri renda kemeja seiring pikirannya mengembara.

Tentang sesi ramah tamah di halaman sebelumnya, pelayanan secepat kilat, bahkan sampai repot-repot memanggil anak-anak dari lantai atas hanya untung menyiapkan minuman; Momma Primrose tahu betul dengan siapa dia berhadapan.

Alice Musim Dingin adalah sebutannya—mungkin.

Berdasarkan sebutan "Alice Musim Panas" yang pernah ditujukan Ruviane kepada Anya McDough, sudah pasti sebutan untuk Esme tak jauh berbeda dari itu.

Datang ke negeri orang di antah-berantah dan menjadi sosok yang diagung-agungkan nan dinantikan; Esme tiba-tiba merasa beban imajiner yang bertengger di bahunya bertambah berat.

Apa yang akan dan harus kulakukan selama menjabat titel aneh itu? Gadis itu bergumam-gumam, kini iseng mengetuk-ngetuk permukaan korset. Mengatur cuaca? Membuat stok minuman dingin setiap ada acara? Belajar sihir es? Menjaga suhu musim dingin tetap waras?

"Nona." Isabel memanggil, terkekeh lagi. Jari telunjuknya mengarah ke keningnya sendiri. "Kening Anda kusut lagi."

Esme mengerjap. Sambil diliputi rasa malu dia mengusap keningnya perlahan. "Kau tahu, ada banyak pertanyaan aneh di kepalaku."

ALICE: A Tale From Another WonderlandWhere stories live. Discover now