Chapter: Twenty One

2.1K 592 52
                                    

"I'm crazy but you like that, I bite back."
Ashnikko – Daisy

*

Baru dua minggu menjalani profesi sebagai pengawal dari si bungsu Salim, Daemon sudah menyesal akan keputusannya.

Al Meera Salim, makhluk berparas bidadari yang bertingkah layaknya iblis. Katakanlah Daemon jahat karena telah mengatai majikannya sendiri seperti itu, tapi memang begitulah kenyataannya.

Meera begitu bossy. Apa yang diinginkannya harus dituruti. Contohnya saja seperti menyuruh Daemon menginap di penthouse-nya alih-alih pulang ke kos-kosan—berjaga-jaga jika Meera membutuhkannya sesegera mungkin, mengingat rumah yang ditinggalinya dan ambu cukup jauh dan melewati jalan yang selalu macet—hanya karena gadis itu besok ingin berangkat pagi ke sebuah festival sebuah brand kecantikan yang bahkan diadakan pukul 11:00 pagi.

Oke, itu masih wajar. Mungkin acara tersebut sangat penting bagi Meera mengingat sang majikan memang telah membeli tiket. Namun, ada hal yang membuat Daemon risi.

Meera mulai suka ikut campur kehidupan pribadinya.

Berawal dari kisah Daemon tentang penyakit ambunya yang tidak kunjung sembuh meskipun telah melakukan pengobatan selama berbulan-bulan lamanya. Meera mulai menanyai tentang keluarga Daemon hingga orang-orang yang dekat dengan lelaki itu. Meskipun Daemon menjawabnya dengan berusaha untuk tidak terlalu transparan, Meera tetap menganggap seolah keterbukaan tersebut adalah sebuah kesempatan. Entahlah.

Dan kali ini, keinginannya benar-benar tidak masuk akal!

Daemon menggeleng pelan, berusaha tetap sopan dalam menolak permintaan Meera untuk meminta ikut ke acara pernikahan anak tetangganya yang mana keluarga itu sangat baik pada ambunya. "Maaf, Non. Undangannya cuma satu."

Meera memutar mata. "Oh, come on. Gue nggak stupid. Yang berpasangan juga dikasihnya satu karena udah sepaket. Lo pasti butuh pendamping, kan?" desaknya, tidak memikirkan gengsi.

"Udah ada." Daemon berdeham kecil. "Nanti saya bareng dia."

Raut muka Meera langsung berubah dingin. "Lo bohong, kan?"

Alih-alih mengangguk, Daemon hanya membungkuk singkat pada Meera dan berkata, "Saya harap Non Meera paham. Saya cuma minta waktu libur setengah hari aja. Saya janji, saya bakal balik sebelum sore. Bahkan nggak sampai setengah hari," ucap pemuda jangkung tersebut sebelum akhirnya memutar badan.

"Wait." Sebelum Daemon benar-benar meninggalkan tempat, Meera mencegahnya dan mengulurkan tangan untuk memberikan kunci mobilnya. "Nih, pakai ini."

"Nggak perlu, Non. Saya bisa naik ojek on—"

"Ambil," titah Meera. Kemudian ia tersenyum saat Daemon hanya bisa menurut tanpa bantahan lagi. "Lo boleh free hari ini, sepuas lo. Gue juga mau seharian buat konten. Dan lo boleh bawa mobil gue ke kos-kosan, nggak harus balikin dulu."

Apa-apaan ini? Apa gadis itu sedang ketempelan malaikat? Daemon sampai mengucak mata diam-diam untuk sekadar memastikan jika rambut Meera masih merah membara bak penguasa neraka alih-alih memutih layaknya sayap penghuni surga.

"Kok bengong? Lo nggak mau?" Intonasi Meera meninggi. Tersinggung karena Daemon tidak terlihat antusias akan idenya yang berniat "membantu".

Sesungguhnya, Daemon bukan tidak mau. Ia hanya tidak yakin. Pasalnya, Audi sang majikan memiliki warna merah menyala yang sudah pasti akan menyita perhatian banyak orang dan...

Bulu mata di kedua lampunya. Iya, eyelash. Carlashes atau apalah itu. Kalian tidak salah dengar. Sedan convertible tersebut memiliki tampilan feminin nan cantik sebagaimana pemiliknya. Plat nomornya bahkan terdiri dari angka 53XY yang berarti "sexy". Meski begitu, Daemon tetap mengangguk. "Oke, Non. Saya pinjam dulu ya," ucapnya, sopan.

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang