3. Gezan Alaska Orlando

1.4K 95 0
                                    

"ti-TIDAK....! MA...! PA...! bangun hiks... Jangan tinggalin Ghanis... Hiks.. hiks..." Teriakan wanita itu menggema disertai tangisan yang menyayat hati. Siapa yang tidak akan menangis jika melihat sosok yang membesarkannya kini terkapar tak berdaya dengan darah yang bersimbah di lantai.

"Kenapa...? Kenapa! Kenapa....!" Raungan Ghanis seperti penolakan pada kenyataan membuat siapa saja yang mendengar nya merasa sakit.

"Rumah gedung putih bak istana, baru saja mengalami perampokan yang menewaskan sepasang suami istri. Namun aneh nya, tidak ada satu pun barang yang hilang. Di duga, hal ini terjadi karena kepanikan yang menyebabkan pelaku tidak mengambil barang satu pun dari milik korban..."

Kabar itulah yang mengantar Ghanis kembali kerumahnya dengan cepat. Tak pernah ia duga, Jika orangtuanya meninggal dengan cara tragis. Ghanis tak kuasa menahan rasa sakit yang tak berujung.

'kenapa tuhan! Kenapa kau beri banyak cobaan? Apakah aku tak pantas bahagia....?' berulang kali Ghanis seakan menolak takdirnya. Takdir yang membiarkan rasa sakit tak pernah ada.

Mamanya...

Papanya....

Meninggal dunia dengan cara tragis....

____

"Kaya nya kamu keseringan tidur... Kamu baik-baik saja kan nis?" Ghanis menatap Kean yang duduk di sampingnya. Tatapan yang menyiratkan ke khawatiran. Ghanis merindukan nya. Namun, ia tau akhir yang paling menyakitkan untuk Kean. Lelaki manis dengan senyum perhatian. Pada akhirnya kecelakaan di detik-detik pernikahan nya. Pernikahan yang ia kira adalah kebahagiaan kini dibanjiri air mata.

Tapi setelah sebulan dirinya menikah dengan lelaki yang tak pernah mencintainya. Ghanis pada akhirnya tau, jika kecelakaan Abang nya adalah kesengajaan yang dilakukan oleh Gezan.

"Bang..."

"Hem?"

"Bang..."

Kean pun menghela nafas dengan sabar. Pada akhirnya ia melihat ke arah Ghanis. "Ada apa nis?"

"Hehe. Kabur yok bang.." ajak Ghanis tertawa pelan. Kean pun hanya mengelus dada nya dengan sabar.

"Untung adek..."

____

Hari Minggu adalah hari tenang untuk orang rebahan. Begitu pun dengan Ghanis. Ia, sudah merancang dari jam ke jam kegiatan apa yang ingin ia kerjakan di dalam kamarnya.

Yah rencana yang pada akhirnya jadi wacana.

"Nis. Mama ke kantor papa dulu yah. Sopirnya mama tinggal untuk ngantar kamu ke rumah Gezan..."

"Ma. Ghanis ga ke rumah Gezan ma..." Untuk menghindari kejadian yang tak ia inginkan, tentu saja ia harus menjaga jarak dari lelaki itu.

Setelah mengatakan seperti itu, wajah dari paruh baya tersebut seketika berubah. Tidak ada jejak kehangatan di rautnya "kenapa?" Tanya wanita itu dengan datar.

Seketika bibir Ghanis keluh. Ia bingung alasan apa yang pas buat mama nya "Ghanis ada tugas kelompok ma..." Bohong gadis itu.

"Kata Gezan gak ada tugas kelompok Minggu ini..." Terang wanita tersebut yang seketika membuat Ghanis kesal.

"Gezan lagi. Gezan lagi...."

"Jangan banyak alibi. Mama nyuruh kamu datang kesana. Bukan untuk berbohong. Selama ini kamu belajar apa di sekolah. Apa gak di ajarin guru buat jangan berbohong..."

"Maaf ma..."

"Segera bersiap..." Wanita itu pun segera pergi meninggalkan Ghanis yang mematung di kamar nya.

"Kapan mama melihat aku yah...?" Selalu seperti ini, tak ada penolakan ketika berhubungan dengan lelaki itu.

____

"Pak berhenti disini yah..."

Sopir tersebut bingung, pasalnya tempat yang Ghanis minta turun dengan tempat tunangannya masih jauh. "Tapi non..."

"Udah. Nanti Ghanis pergi sendiri ko. Bapak nanti kalo di bilang sama mama bilang aja kalo udah ngantarin Ghanis kesana..." Jelas Ghanis yang langsung keluar dari mobil.

Sopir itu pun segera memutar kemudi mobilnya. Begitu melihat Ghanis yang menghilang setelah memasuki salah satu kafe.

____

"Sumpah! Gue sempet terkejut liat Lo ngajakin gue nongkrong di hari Minggu. Biasanya juga, hari Minggu tuh kaya hari no debat untuk di ganggu..." Cekikikan Nessa adalah pertama kali yang di dengar setelah memasuki kafe ini.

"Haha emang nya gue gak pernah ngajakin loh yah?"

"Heleh. Lo kalo gue ajakin sering kali bilang gini 'sorry, gue mau tempat mertua gue...' kalo engga mertua, calon tunangan, suami, calon masa depan... Bicrit anjr." Ujar Nessa seakan dirinya memperagakan Ghanis ketika di ajak.

Sontak hal ini membuat Ghanis merasa geli sekaligus tersinggung "heh. Ngadi Ngadi loh, gue engga lebay gitu. Dahlah pesan kan matcha latte..."

"Is. Pesan sendiri...."

"Tolong..."

"Iya, iya... Bawel..."

"Makasih yah Nessa cantik...."

Tak terasa sudah 30 menit mereka berada disana. Banyak sekali yang mereka bicarakan dari mulai hobi masing-masing, cogan yang baru lewat, atau kejadian-kejadian yang konyol dan sudah di lewati.

"Haha, benar itu! Aku ngerasa insecur tau denger kabar kalo lelaki brengsek yang sialnya mantan pacar ku lagi selingkuh. Taunya dia selingkuh sama laki-laki. Kesel kalo ternyata aku pacaran sama gay..." Begitulah perkataan dari Nessa. Ghanis sontak mengetawai kebodohan dari sahabatnya. Kesenangan mereka berlanjut sampai pada akhirnya, datang lah seseorang yang tidak ia harapkan.

"Kenapa Lo ga datang...?" Suara datar itu mengusik kesenangan mereka. Ghanis maupun Nessa merasa terganggu dengan kehadiran seseorang.

"Emang harus yah?" Tanya balik Ghanis seakan menantang lawan bicaranya.

"Sial." Desis pemuda tersebut. Pemuda itu pun langsung pergi begitu saja seolah-olah kedatangan barusan adalah kesalahan.

"Aneh. Kesambet apa dia datangin Lo? Biasanya juga gak pernah..." Ujar Nessa dengan manik yang mengikuti kepergian dari Gezan.

"Tau dah."

______

"Gue perhatiin Lo lebih sering merhatiin Gezan. Atau jangan-jangan Lo suka yah mah cowok itu!?"

"Senna. Jangan aneh-aneh deh. Ghanis cuma penasaran ko asal mimpi itu dengan kaitan Gezan. "

"Ck. Mimpi lagi mimpi lagi. Dahlah bantu gue sebarin poster ini "

"Ih. Ganggu aja Senna"

"Mau ditampol pakai sepatu gue?!"

"Iya iya. Ini Ghanis sebarin Senna cantik" Ghanis pun terkekeh melihat wajah cemberut Senna.

The Dream Of Death (TAMAT)Where stories live. Discover now