S H I C H I

378 61 3
                                    

The Second FAP : Promise
Chara : Akutami Gege
Story : @its_arathic

,, 🍮 Happy Reading (ㅅ' ˘ ')♡ ⌇·˚ ༘

Matahari terbit dari ufuk timur membawa sorot hangat yang menenangkan. Aroma obat-obatan khas rumah sakit tidak terlalu pekat sebab ternetralisir oleh aroma teh yang menenangkan.

Nyanyain burung kenari di pinggir jendela juga gesekan dedaunan pohon sedikit mengusik tidur. Kelereng legam perlahan mulai nampak seiring berjalannya detik.

Terlampau hampir satu Minggu perempuan ini memejamkan mata menjadi putri tidur di ranjang putih. Berbagai alat medis ia lirik juga telisik, membuat otaknya berjalan walau perlahan, berusaha mengingat kejadian lampau.

Ahh, pertarungan terakhirnya bersama sosok kutukan yang disebut-sebut sebagai ratu kutukan, kutukan yang menempel pada kawan kecilnya dan yang sering ia sebut 'kutukan gamon' Orimoto Rikka.

"HEH RIKKA!" Serunya spontan.

Seruan kerasnya berhasil membangunkan sosok lelaki cantik bersurai panjang yang terlelap di ujung ruangan. Jinguji Jakurai dokter pribadi keluarganya.

"(Name)-san! Ada apa?!"

"T-tidak, hanya refleks."

"Ooh." Jinguji menghela nafas lega kemudian berjalan menuju pintu keluar.

Jinguji membeku, dengan gerakan patah-patah ia menoleh pada nona muda Haiiro yang menatap banyaknya alat medis di sekujur tubuh juga ranjangnya.

Hingga tak lama sang nona muda menatapnya balik dalam posisi tiduran sebab tulang-tulangnya yang patah.

Memasang wajah seolah berucap 'what the F*ck', tak lama Jinguji berseru, "(NAME)-SAN SADAR?!"

Memutar kelereng legamnya, (name) dengan susah payah mengangkat tangannya dan bersidekap dada.

"Jika aku bukan (name) aku siapa? Doppo-san? Hifumi-san? Kuuko-san? Atau si bocil savage adik Ichiro-san?"

"Sumimasen! Akan aku panggil perawat serta keluarga (name)-san."

Jinguji buru-buru keluar dari ruang rawat (name) dan meninggalkan (name) sendirian di ruang rawat itu.

Sesaat menunggu Jinguji kembali bersama para perawat juga keluarga nya, (Name) menatap keluar jendela, di luar sana terlihat sangat cerah dengan banyak pasien anak-anak yang berlarian kesana kemari sembari tertawa lepas.

Terkadang (name) iri dengan para anak-anak itu.

Mereka berlarian tanpa beban dan bermain tanpa ada yang memberatkan pundak. Mereka masih kecil dan normal, mereka tidak diberkati kekuatan untuk melihat kutukan maupun energi terkutuk. Mereka hidup normal tanpa mengetahui ribuan, jutaan, milyaran makhluk berjalan-jalan dengan bentuk mengerikan.

(Name) menghela nafas kemudian menutup matanya, tak lama sebuah ringisan keluar dari mulutnya. Jantungnya serasa di remas dan pembuluh darahnya serasa hendak pecah.

BRAK!

Pintu kaca dibuka kasar, disana terdapat Jinguji, Majiko, juga kedua orang tua (name).

Majiko yang melihat adiknya nampak kesakitan panik kocar-kacir, ia segera masuk dan memasang alat bantu pernafasan sementara Jinguji pergi memanggil perawat lain.

"(Name)! Kau Kenapa?!" Seru Majiko.

"Tidak t-tau, s-sakit.."

Orang tua (name) masuk kedalam ruangan, dengan segera Ibu (name) menyentuh puncak kepalanya dan menyebarkan energinya untuk mencari tahu penyebab (name) kesakitan.

Sementara Majiko yang telah selesai memasang alat bantu pernafasan mulai berusaha menyembuhkan luka dalam adiknya yang kemungkinan menyebabkan ia menjadi seperti ini.

"Jinguji-san hentikan para perawat kemari! Ini bukan masalah yang bisa ditangani oleh medis!" Pinta ibu (name) pada Jinguji.

Jinguji hanya mengangguk dan berlari keluar ruangan untuk menghentikan para perawat yang hendak menuju ruangan (name).

"Majiko dan Michiro berusahalah, aku akan mencari bantuan di keluarga utama."

"Hai' otou-san!"

Yonezu-- ayah (name) berlari keluar menuju kediaman utama yang jaraknya tak jauh dari rumah sakit untuk mencari bantuan pada saudara-saudaranya dirumah. Tak lama Yonezu keluar, Michiro ibu (name) berlari untuk mengunci pintu kemudian kembali ke ranjang (name).

Hingga tak terasa sudah sepuluh menit lamanya dan (name) sudah mulai tenang juga Michiro sudah melepaskan tangannya pada kepala (name).

Tatapan Michiro mulai serius dan bergumam, "Orimoto Rikka..."

"Ada apa dengan Orimoto okaa-san?"

"Aku yakin Okkotsu datang kemari dan memberi energinya yang berasal dari Orimoto untuk adikmu ini, dan kau tahu sendiri selanjutnya Majiko."

"Kuso! Kutukan itu! Ada dendam apa dia dengan adikku?!"

Michiro melirik Majiko yang berapi-api dan mengeluarkan beberapa kartu Remi miliknya.

"Dengan energi terkutuknya yang berada dalam tubuh adikku, dia kira dia bisa menyakitinya?!"

"Tentu dia bisa Majiko."

"Nani?! Kuso onna! Akan kubunuh dia!"

"Tenanglah Maji, lebih baik kau hubungi otou-san mu dan minta untuk siapkan kamar isolasi untuk (name)-chan, jangan terbawa emosi, ingat itu."

"Cih, hai'."

///

(NAME) P.O.V

Orimoto Rikka, untuk apa dia mau menyakitiku? Dendam karena dua pertarungan yang lalu atau karena Yuta? Cih menyebalkan.

Lagi dan lagi aku hanya bisa menatap langit-langit kamar isolasi ini, sudah genap delapan hari aku berada disini dan hanya memandang langit-langit kamar penuh kertas mantra ini.

Mereka terpaksa harus mengurungku di ruang isolasi agar Rikka tidak dapat menyakitiku lewat energinya yang ada didalam tubuhku. Mengapa bisa? Seluruh penjuru kamar ini penuh kertas mantra dan jimat yang berfungsi mengusir dan mencegah energi kutukan bereaksi.

Dan untuk itu aku dikurung didalam ruang isolasi tanpa melakukan apapun. Hanya makan, minum, buang air, lalu tidur, lalu setiap dua hari sekali aku menjalani ritual pelepasan energi Rikka.

Rasanya sangat sakit, seperti kawat berduri yang ditarik paksa keluar dari mulutmu, begitulah perumpamaannya.

Aku duduk di ranjang dan menatap tembok penuh kertas dan jimat mantra di depanku. Dan tak lama sebuah terdengar ketukan dari pintu masuk kamar isolasi ku.

"Siapa?" Tanyaku sembari sedikit berteriak.

Tidak ada jawaban.

Apa mungkin maid?

Aku bangkit dari ranjang dan mengambil kunci ruanganku yang berada di nakas samping kasur kemudian berjalan kearah pintu masuk.

Saat aku sudah memutar kunci dan membuka sedikit pintu, aku melihat Yuta berdiri tepat di depan pintu kamarku dengan wajah yang penuh keringat.

Wut? Buat apa dia kemari?

"Hei kejar si Okkotsu! Jangan sampai ia ke kamar Haiiro (name)-sama!"

Samar-samar aku mendengar suara kepala penjaga keamanan kediamanku, tanpa basa-basi aku menarik tangan Yuta kedalam kamarku dan menutup kemudian mengunci pintu.

Aku tarik tangannya kasar dan ku lempar dia ke kasur.

𖥻 𝗣𝗥𝗢𝗠𝗜𝗦𝗘 ✦ おっこつゆたTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang