Jam pulang sekolah telah tiba, para siswa-siswi SMA Langit Biru keluar berhamburan dari gerbang sekolah yang sudah copot, sehingga gerbang sekolah itu hanya bisa disender di dinding tembok pagar.
Samuel berjalan tergopoh-gopoh sambil dibantu oleh Midun dan Arong disampingnya. Disusul oleh Junot yang berjalan di belakang mereka bertiga sambil membawa tas ransel Samuel.
Mereka berempat menjadi pusat perhatian orang-orang termasuk Samuel yang menjadi topik pembicaraan mereka.
Tin!
"Ayok, Sam!" Ucap Kemal yang tiba-tiba saja lewat dari samping mereka sambil membawa motor Samuel, karena Samuel lagi tidak bisa bawa motor.
Samuel pun naik ke atas motor miliknya di jok belakang dibantu oleh mereka semua.
"Udah siap?"
"Udah."
Saat itu juga motor yang ditumpangi Kemal dan Samuel pergi keluar dari gerbang sekolah dengan kecepatan rata-rata, membuat semua siswi langsung melongo.
Sedangkan Arong dan Midun langsung berlari cepat menyusul motor yang dinaiki temannya. Hal itu membuat Junot cemberut karena ia merasa dilupakan. "Woy tunggu!"
"Midun, Arong, tungguin aku woy! Ini badan aku udah pendek, ditambah bawain tasnya Samuel, malah kalian tinggal, hadeh!" Gerutu Junot kesal.
....
"ADUH... YA ALLAH SAKIT YA ALLAH!" Teriak Samuel saat sedang diurut oleh kakeknya Kemal dengan terapi totok urat.
Sedangkan Kemal, Arong, Junot dan Midun langsung menutup telinga mereka karena tak sanggup mendengar jeritan Samuel sedari tadi seperti siksaan di neraka.
"Lemah kamu ah!" Oceh kakek Abbas yang ikutan kesal karena teriakan Samuel sedari tadi mengganggu konsentrasinya.
"Ntar aku yang masih bisa denger jadi budek karena kamu iki!"
"Ya habis, sakit banget lho kek! Kayak sengaja nyiksa Sam kan?"
"Walah... Toh kamu iki soudzon kerjaannya, aku iki dah tua. Mbok Yo masa aku sengaja nyiksa dirimu toh!"
Krekkk.
"Ahggggg!" Teriak Samuel begitu menggelegar seisi ruangan tamu saat merasakan tulang-tulangnya pergeseran.
"Itu nyiksa!" Kesal Samuel membuat kakek Abbas langsung menempeleng kepala Samuel.
"Gak sopan sekali anak ini, anak siapa kamu, hah?!"
"Aditama!" Balas Samuel ketus.
"Yang mana itu, Mal?" Tanya Kakek Abbas ke Kemal, cucunya.
"Artis kek, yang mukanya mirip Ari Wibowo ... Itu loh yang... " Gantung Kemal ragu sambil menatap Samuel.
"Aditama ... Oh, yang doyan selingkuh itu, toh!" Sambung kakek Abbas yang baru ingat.
Serentak mereka semua menatap Samuel karena merasa tak enak atas ucapan Kakek Abbas. "Hehehe, i-iya."
"Walah... Hahahaha, mana mungkin!" Teriak Kakek Abbas tidak percaya membuat Samuel memasang wajah datar.
Samuel langsung mengambil handphonenya yang ada di atas meja di sampingnya, ia langsung membuka gelery dan menunjukkan sebuah foto keluarga di depan mata Kakek Abbas saat itu juga Kakek Abbas kaget sekaligus percaya.
"Kok bisa, Yo?"
"Ya bisa lah, kek," balas Samuel lemas.
"Maksud ku itu, kok bisa kamu disini, kenapa gak di kota besar sana, ada masalah apa kamu disana?"
ESTÁS LEYENDO
SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)
De Todo"Sampai kapan pun, gue gak akan pernah suka sama cewek kampung!" Kisah seorang anak dari Kota yang bernama Samuel. Hidupnya serba bergelimang harta, sering dimanja kedua orang tua, membuat Samuel menjadi anak liar dan suka semena-mena dengan hidupny...