Chapter 2 : Pedang Amaryllis

3 1 0
                                    

Aku menatapnya tak percaya, "Kau.. gila Bento. Untuk apa aku mengikuti sayembara ini? Aku selemah ulat yang berada diatas pohon berry, kau tahu itu? Mungkin satu langkah keluar dari Gnarland, nyawaku siap untuk dibawa oleh para malaikat." Aku turun dari gubuk Elliot, kecewa akan perkataan Bento, apa dia sedang menyindirku bahwa aku ini lemah?

"Darren kau kuat, hanya saja otakmu yang bodoh itu tidak kau gunakan secara maksimal. Dalam sayembara ini, aku tidak menyuruhmu untuk menemukan Qaint."

Aku menoleh kearahnya, ya.. Bento memang segila itu, aku menggelengkan kepalaku. "Kau ingin aku mati?"

"Temukan Batu merah di Gunung Gnarland. Qaint tidak melarikan diri dengan cuma-Cuma, dia sedang mengincar batu merah. Jika batu merah berada ditangan yang salah maka Gnarland akan hancur untuk selamanya." Batu merah? Lalu mengapa aku dasar idiot.

"Hey Bento, kenapa tidak kau saja? Dan kau pikir jika batu merah ada ditanganku maka itu ada ditangan yang benar?" aku tertawa masam, ini sama saja dengan bunuh diri.

"Temanku, aku sudah setua ini. Tidak mungkin bagiku untuk meninggalkan Gnarland. Kau.. masih sangat muda dan kau memiliki potensi, bukan begitu Darren? Atau kau ingin seluruh hidupmu tinggal didalam pohon seperti tupai? Bagaimana dengan pedangmu hmm?" Aku melonjak kaget, bagaimana dia tahu tentang pedangku? Pedang peninggalan ketika aku ditemukan saat bayi oleh ibu peri-ku.

"Pedang Amaryllis, pedang dari dunia antah berantah. Pedang yang membuat setiap monster bergidik ketakutan, pedang yang hanya diciptakan untukmu." Bento bahkan mengetahui apa yang tidak kuketahui!

"b-bagaimana bisa kau tahu?"
Bento tertawa kecil, dan mendekatiku. "bagaimana? Ikutlah sayembara pangeran Qaint, akan kujelaskan padamu bahkan sebelum kau terlahir didunia ini, wahai Darren si tupai pohon."

Tanpa berpikir panjang aku berlari menuju Istana Gnarland, dimana kegaduhan itu mulai. "Sayembara.. Sayembara.. untuk siapa saja yang bisa menemukan pangeran Qaint, raja akan memberikan apapun yang di inginkan, kekuatan atau pun kehidupan yang makmur, atau kesatria Gnarland!" aku melihat kearah suara tersebut dan dengan segera mengacungkan jemariku.
Sontak mereka melihat kearahku tak percaya, mungkin mereka akan berfikir 'apakah si bodoh ini sudah gila? Apa yang dia inginkan sampai rela mengikuti sayembara ini?'

"Putra Alesha, Darren Devin Salvador. Kau .. dengan senang hati mengikuti sayembara ini? Imbalan apa yang kau inginkan?" Aku berpikir keras tanpa menghiraukan celoteh monster-monster disampingku. Sang centaur menunggu jawabanku sembari menyilangkan kedua tangannya.

Tanpa memperkeruh suasana aku pun asal menjawab pertanyaan sang centaur. "Kesatria Gnarland!" jawabku. Sontak mereka semakin gaduh dengan ketawa yang terbahak-bahak seakan tak percaya dengan apa yang kukatakan. Aku tak peduli, tujuanku adalah menemukan batu merah dan mendapatkan jawaban dari Bento tentang masa laluku.

"Darren.. apa yang kau punya untuk menyelamatkan pangeran Qaint hmm ? Lihatlah dirimu, kau seperti batang kayu, berkulit pucat bahkan para Goblin pun akan menang melawanmu." Kemarahanku pun kini sudah memuncak, ingin kuhancurkan si Centaur hingga tak tersisa sedikit pun.

"Hey, Centaur.. jika dalam misi pencarian ini selesai dan aku selamat, maka monster yang akan aku bunuh pertama kali adalah kaum centaur." Tanganku bergetar, tidak.. aku tidak takut, namun sulit pada saat ini untuk mengkontrol amarahku.

Sang centaur, menulis namaku. Dia berdehem "Darren, kau akan pergi ke arah timur." Dia menatapku canggung, apa dia takut dengan ancamanku?
Aku berlenggang dari kerumunan, bergegas menuju rumahku dan aku menemukan Lilia serta Gifty yang sedang menenun sutra. "Lilia, Gifty.. dimana Alesha?" tanyaku.

"Alesha sedang memetik berry di ladang, Darren. Kenapa kau terlihat sangat cemas?" Gifty mengusap tanganku lembut.

Aku tersenyum berusaha membuatnya tidak kaget dengan pernyataanku. "Lilia, Gifty.. kumohon dengarkan aku baik-baik, aku akan pergi mencari pangeran Qaint. Dia menghilang dan raja membutuhkan bantuanku, aku tak punya banyak waktu, jadi kumohon katakan pada Alesha, aku akan segera kembali." Mereka terbelalak, menggenggam tanganku dengan erat.

"Darren putra kita yang kecil sudah tumbuh dewasa, oh.. demi Gnarland, aku percayakan keselamatan pangeran Qaint kepadamu Darren." Aku memeluk mereka erat, kupikir mereka akan mencegahku dan berkata bahwa aku lemah. Aku tersenyum, menatap mereka dan bergegas pergi ke kamarku untuk mengambil beberapa pakaian, persediaan makanan serta pedang Amaryllis.

"Aku akan segera kembali.." aku melambaikan kedua tanganku, kulihat Lilia meneteskan air matanya. Tinggal bersama dengan para peri sangat menyenangkan, takkan ada yang mengganggumu dan kau takkan pernah kehabisan makanan. Namun, ada saatnya aku harus pergi dari kenyamanan ini.

Kulihat Bento diatas gubuk Elliot, "Bento.. berjanjilah satu hal, kau akan mengungkapkan segalanya saat aku mendapatkan batu merah itu dan.. kumohon jaga ibu-ibuku." Bento terkekeh.

"Ya.. asalkan kau selamat dari perjalanan ini."

Bento memang mengirimku untuk bunuh diri. Dan dengan bodohnya, aku menuruti kemauannya hanya demi sedikit informasi tentangku. Aku tidak tahu betul, yang kulihat dari Bento adalah sesosok naga tua yang aneh. Aku menghela napas panjangku, dan memulai perjalananku kearah timur. Tak kusangka ini adalah malam yang panjang untukku.

Gnarland's KnightWhere stories live. Discover now