Chapter 10 : Barum & Roche

1 0 0
                                    

Aku bak seseorang yang sedang memilih baju dalam lemari pakaian, mengamati setiap caballos dihadapanku. Aku tak tahu pasti siapa salah satu dari mereka yang cocok untuk mendampingi Galea. Namun, saat kupandang sosok caballos dengan mata yang ditutup dengan kain bertulisankan mantra peri, aku menghampirinya. "Cosmos, bisakah dia melihatku?" tanyaku bodoh.

"tentu, tuanku. Kekuatan utamanya adalah pada kedua matanya." Jawaban Cosmos membuatku terheran-heran, seberapa kuat kedua mata caballos ini?

Dia bertelanjang dada, sehingga kau bisa melihat dengan jelas tulang-tulang dadanya dengan tubuh transparannya. Disekitar tubuhnya melekat sebuah kain menyilang dengan mantra peri berwarna hitam. Aku tidak bisa membaca tulisan para peri walau ibuku adalah seorang peri. Wajah caballos ini sangat dingin, bahkan dia tak sehangat Galea yang gila. Dia memiliki rambut ikal hitam legam yang pendek berbeda dengan Galea, dan aku melihat dua rantai terikat di kedua kakinya, namun rantai itu tidak terlihat seperti rantai biasa, rantai itu berwarna keemasan. Aku berpikir mungkin itu perhiasannya?

"Aku memilihmu, wahai Caballos dengan rantai di kakimu. Kau akan melayaniku seperti Galea melayaniku. Nama untukmu adalah.. Barum." Aku tidak tahu, hanya saja nama itu tiba-tiba terbesit dipikiranku. Kini Barum turun dari kudanya dan berlutut dihadapanku, aku melihat kudanya mendengus, khawatir seakan aku tidak berencana memberinya nama.

"Master Salvador, hidup dan matiku hanya kuserahkan kepadamu. Kau tidak akan menyesal telah memilihku." Tak kusangka, dia tak cukup kekar layaknya Cosmos, namun suaranya terdengar seberat Cosmos. Aku mengangguk mengiyakan dan kualihkan pandanganku kepada kuda yang dimiliki Barum.

"Dan kau.. layanilah aku selayaknya Oscuro. Namamu, Roche." Dengan sedikit gemetar aku mengelus Roche, dia terlihat lebih besar dan gagah daripada Oscuro dan dagingnya terlihat lebih tebal, aku tidak tahu ini pikiranku saja ataukah memang benar Roche tercium seperti daging matang?

"Barum, aku memilihmu dan jika kau ingin menunjukkan kekuatanmu, kau bisa melakukannya." Aku ingin tahu seberapa kuat mata yang dimiliki oleh Barum.

"Tuan.. mungkin tidak untuk saat ini.." ucap Cosmos tiba-tiba.

"Tidak, permintaan Master adalah perintah untukku." Wajah Barum terlihat masam, apakah seberbahaya itu?

Tiba-tiba dia mengeluarkan pedangnya yang tak kulihat sedari tadi, dimana dia menyembunyikannya? Pedang itu berwarna hitam legam berkilau, dan dia menggoreskan pedang itu ditelapak tangannya tepat dihadapanku, dan tersenyum. "Master, jika kau meminum darahku, maka kekuatanku tidak akan mempan untukmu." Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya. Tunggu.. ini terasa tidak masuk akal, dagingnya yang terlihat transparan mengeluarkan darah? Darah itu hitam? Aku tidak bisa menahan rasa jijikku mengingat itu adalah darah dari mayat hidup.

"Mengapa seperti itu, huh?" tanyaku, mencoba menghindar. Mengapa hal aneh kerap terjadi padaku?!

"Barum, mampu mengontrol otak musuhnya, Tuan. Jika musuh menatap matanya, maka otak mereka akan terasa seperti gila dan meledak. Agar hal tersebut tidak terjadi kepada Tuan, maka darah Barum adalah satu-satunya penangkal kekuatannya." Kata-kata Cosmos menjelaskan semuanya. "dan.. tak hanya itu tuan, telinga peri-nya akan mendengarkan setiap rantai yang bergerincing di kakinya, rantai itu mampu melenyapkan musuh dalam sekejap."

Barum mengangguk mengiyakan, jika pasukan Caballos dan Cosmos sekuat ini, lalu sekuat apa seorang Yuraktus? Aku tak ingin memikirkannya, kuambil botol berisi darah dari tangan Barum. "Barum, aku akan meminum darahmu, namun kau tak akan kuijinkan menggunakan kekuatanmu disini. Simpan kekuatanmu untuk sementara."

"Baik, Master." Dia kembali dalam formasinya. Aku membuka tutup botol kecil itu, dan meneguknya sembari mengejapkan mataku. Jika kau penasaran akan rasa dari darah Barum, rasanya bagaikan jus Berry busuk yang biasa diminum oleh Elliot pemilik gubuk Gnarland, dia pernah menawariku satu gelas waktu itu, pengalaman terburuk yang pernah dia berikan kepada tamunya. Aku tak merasakan efek apapun, kuharap aku kebal terhadap mata si Barum.

Tanpa bekal apapun, aku merasa lapar sekarang, aku tak melihat buah apapun di sepanjang danau para Siren. Waktu semakin gelap, dan aku merasa lelah, sehingga aku memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon untuk beberapa saat. Aku benar-benar lapar dan tanpa arah, aku harus melakukan sesuatu. "Cosmos, beristirahatlah." Aku mengirim mereka kembali. Kini tinggal para Caballos.

"Galea, Barum.. kalian berdua akan mencarikanku sebuah peta menuju gunung Gnarland dan makanan untukku. Kuharap kalian bersedia melakukannya."

"Akan kami lakukan yang terbaik Master." Mereka memacu kudanya bagaikan monster gila, aku tak perlu mengirim pasukan mereka kembali, mereka menjadi kasat mata saat Galea dan Barum meninggalkan tempat.

Aku merebahkan tubuhku, meletakkan Amaryllis disampingku, dan akupun terlelap.

Sial, mengapa mimpiku selalu berada ditempat hampa ini? Aku mendengarkan suara Yuraktus yang terkekeh. Dasar gila. "kau.. mampu mengendalikan mereka dengan sangat baik, Salvador."

"Aku ingin tidur, jadi berhenti mengangguku."

Yuraktus kini menampakkan wujudnya dihadapanku. "Aku adalah kau, itulah mengapa mereka melayanimu."

Rupanya dia menghiraukan kata-kataku, dan kembali membanggakan dirinya sendiri. "Yuraktus raja yang agung, kau bersemayam dalam pedangku, dan bukan pada diriku. Dan aku adalah aku, kau.. hanyalah jiwa yang hilang."

Kehampaan ini terasa semakin mencekam, apakah dia akan membunuhku? Dia mendekat kearahku, menunjuk kearah dadaku dengan kuku-kukunya yang panjang. "Salvador, aku menyelamatkanmu, dan kau.. manusia sombong yang tidak tahu berterima kasih. Aku memberimu kekuatan, aku memberimu pasukan, dan aku memberimu tubuh seorang yang sempurna dalam sekejap. Dan kau, berhutang kepadaku akan hal itu."

Aku menelan ludahku, segalanya yang dia katakan adalah fakta, mengapa aku merasa sakit hati akan kata-katanya, aku memang sangat lemah tanpa Yuraktus, aku ingin marah akan hal itu. "Lalu, mengapa aku?"

"Kau, jiwa yang suci, tak pernah membunuh dan aku menyukai rasa takutmu. Tidak ada yang mampu menandingimu, Salvador." Apa dia sedang memujiku saat ini?

Tak bisa kupungkiri, kata-kata itu membuatku sedikit lega, namun, aku tidak ingin membahasnya lebih panjang lagi. "Yuraktus, biarkan aku tidur."

Dia mendekatiku, "Berhati-hatilah, perjalanan akan semakin berat untukmu, dan kau harus tahu bahwa jiwa dan ragamu merupakan hal terbaik untuk membayar hutangmu."

"Dan kau harus tahu, aku tidak pernah menginginkan bantuanmu dari awal."

Yuraktus terkekeh. "Kau membawa Amaryllis kedalam hutan gelap, dan mengayunkan Amaryllis untuk memotong kaki Orbak. Bukankah rasa terkejutmu kini menjadi kekuatanmu saat ini?"

Dan aku pun membuka mataku, rasa lelahku tak lenyap sama sekali, sial. Bagaimana bisa memotong kaki Golem kini menjadi hutang yang menggunung bagiku? Aku mengacak-acak rambutku frustasi. "dia berkata akan menolongku, tapi pertolongan itu kini menjadi hutang. Siallllllll!!!!" aku berteriak. Aku melihat kearah langit yang gelap, Galea dan Barum tak kunjung datang, sebenarnya dimana mereka mencarinya? Dengan rasa lapar aku mencoba melanjutkan tidurku. Mengapa hari-hari di hutan sialan ini terasa begitu lama. Aku ingin pulang. 

Gnarland's KnightWhere stories live. Discover now