Bab 45

1.4K 252 11
                                    

M/n mendengar suara tawa tiga orang, yang tertawa dengan sangat bahagia sekali pada hari ini.

M/n melangkahkan kaki nya menuju kearah suara ketiga orang itu yang sepertinya sangat menikmati kebersamaan mereka sebagai keluarga kecil yang bahagia.

Tangan menjulur ke depan, membuka pintu dengan perlahan seolah olah tak mau menganggu ketiga orang itu.

Dan di saat itulah kedua mata m/n terkejut karena pemandangan yang ada di depan nya saat ini.

"Oh sudah datang rupanya,

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Oh sudah datang rupanya,... Ayo masuk m/n jangan berdiri di luar karena di sana sedang salju"

M/n bisa mendengar dengan jelas sekali suara ini, suara yang sangat ia kenali sekali suara milik Baek Seungjoon dan tak lupa dengan senyuman yang ada di wajahnya itu menyambut nya masuk ke dalam rumah yang hangat.

Tangan nya di tarik untuk masuk kedalam, mata m/n bisa melihat kedua orang yang m/n sadari adalah orang tua nya Seungjoon.

"Nak, ayo masuk.... Ibu buatkan sup hangat untuk mu ya"

"Seungjoon kau hebat sekali memilih pasangan"

Rasanya ini hangat sekali, hangat sekali... Saking hangat nya tak dapat di ungkapan dengan kata kata.

Rasanya.....

Dia tak ingin bangun dari mimpi ini.....

M/n terbangun dari tidur nya, bunga tidur yang indah tapi juga sangat menyedihkan untuk di lihat.

M/n memegang Kepala nya dan mengambil posisi duduk di atas kasur.

"Seungjoon Hyung" Panggilan nama dari sebuah bisikan pelan dari seorang Deungjeong m/n.

M/n mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskan kembali dengan pelan, tapi kemudian ia kembali terkejut karena merasakan adanya lengan kekar yang memeluk pinggang nya.

Ia tak perlu melirik, karena ia sudah tau jika pria yang dari tadi memeluk nya itu kini terbangun.

"Jangan pernah panggil nama itu lagi, cobalah untuk sekarang sampai seterusnya hanya nama ku yang dapat kau ingat dan dapat kau panggil"

"Maaf... " Gumam m/n dengan suara kecil

Jinho tersenyum lalu menarik m/n jauh lebih dekat dengan nya dan ia kembali tidur dengan nyenyak di pangkuan m/n, membiarkan pemuda dengan rambut hitam legam itu untuk terdiam dan mengelus rambut nya seperti yang ia minta (perintahkan) kepada nya.

Sudah hampir dua bulan m/n ada di rumah ini, dan selama hampir dua bulan itu juga m/n harus mempertahankan pikiran nya agar ia tak menjadi gila.

---------------------

M/n membuka mulut nya ketika sebuah makanan yang ada di atas sendok mengarah pada nya.

Selema beberapa hari ini m/n menjadi lebih sedikit pendiam dan jarang melawan, sementara itu Jinho hanya tersenyum senang karena kelinci liar nya sudah jinak padanya.

Hingga suapan terakhir telah m/n selesai kan dengan aman dan tentram, sial rasanya m/n benar benar akan muntah sekarang.

Saat m/n menelan makanan itu, ia dikejutkan oleh Jinho yang tiba tiba saja menyodorkan jari telunjuk nya dan jari manisnya yang kotor karena tak sengaja terkena kuah sup.

"Jilat"

M/n memandang Jinho terkejut, apa katanya tadi? M/n tak salah dengar kan?

"Kenapa diam?, Jilat"

"Tidak... "

Mendengar penolakan m/n membuat Jinho kini diam, lalu dalam masih posisi yang sama ia mulai kembali membuka suaranya.

"Kau tidak ingin melakukan nya? Kau yakin?"

Itu bukan hanya sekedar kata kata tapi itu sebuah ancaman, jika m/n melawan maka Jinho tidak akan segan segan melakukan sesuatu pada ibunya.

M/n menggeleng dan karena melihat jawaban dari m/n membuat Jinho lagi lagi mengulangi kata katanya.

"Jilat"

Kini m/n meraih lengan laki laki itu ia kemudian membuka mulut nya dan memasukkan jari itu ke dalam mulut nya.

"Bagus kau benar benar menjadi jinak..... Sekarang, hisap"

M/n juga melakukan nya, sial ini sangat menjijikkan sangat sangat menjijikkan sekali, Pria dengan bermata hitam legam itu ingin melawan tapi ia sama sekali tidak bisa.

M/n tersedak ketika jari jari yang ada di dalam mulut nya bergerak masuk lebih kedalam kedalam tenggorokan nya, m/n ingin mengeluarkan jari jari itu dengan menarik lengan Jinho. Pria psikopat itu sepertinya jauh lebih kuat karena terbukti ia dengan santainya melanjutkan kegiatan nya itu.

M/n tersedak apa lagi jari jari Jinho itu panjang, Hingga Sampai Jinho narik tangan nya kembali. M/n terbatuk kecil karena nya kedua jari, Jinho penuh dengan air liur milik m/n yang benar benar masih basah.

Jinho sambil memandang m/n ia memasukkan jari nya kedalam mulut nya sendiri, seolah-olah menikmati apa yang ada di sana. Lalu kemudian pria itu mengambil tangan m/n dan membuat telapak tangan m/m ada di sekitar wajah nya, sekilas Jinho menyeringai pada m/n.

M/n menutup mata nya dan mengalihkan pandangan nya kesamping, ia menutup rapat rapat mulut nya agar tidak mengeluarkan suaranya.

Jarinya basah, hangat, geli dan.... Merah, Benar benar tidak dapat di deskripsi kan sama sekali.

"Jangan memasang wajah menangis seperti itu kelinci kecil, kau berniat membangunkan ku sekarang?"

Jinho kembali menjilat jari jari m/n yang benar benar tampak kecil di hadapan nya, dapat pria itu rasakan jika tangan ini sedang bergetar.

M/n menutup mata dan mulut nya rapat rapat, tak ada niatan untuk membalas perkataan dari Jinho.

Sampai jinho mengigit jari manis m/n hingga menimbulkan bekas merah disana dan dilanjutkan dengan adanya dingin nya logam mulia yang kini hadir di jari manis m/n.

Emas putih yang begitu cantik dan tentu nya mahal di sana, sudah mengisi jari manis m/n yang sedikit mengeluarkan darah.

Pria itu kini berdiri dan kemudian Menindihi m/n yang memberontak, Jinho mencium dan menggigit bahu juga leher milik m/n.

Banyak tanda yang dihasilkan dan itu pasti akan bertahan dalam beberapa hari kedepan.

"Sial... "

Jinho mendapatkan telepon dari bawahannya jika malam ini barang yang akan di bawakan oleh orang-orang dari seberang pulau akan datang segera.

"Sepertinya aku harus pergi dulu kelinci kecil ku,..... Setelah semua ini berakhir percayalah aku tidak akan menahan diri ku lagi, dan persiapkan diri mu setelah aku pulang nanti"

Pria dengan tinggi 198 cm itu berjalan ke pintu keluar dan kemudian kembali menatap m/n yang lagi lagi menangis.

"Kita lihat, apakah kelinci kecil akan meneriakkan nama Sang serigala ketika ia melahap nya hidup hidup?"

Pintu kemudian di tutup tak lupa kembali untuk di kunci.

M/n sama sekali belum pernah merasa serendah ini, ini adalah titik terlemah nya, ia hanya ingin pulang, ia ingin bertemu dengan orang orang yang ia kenal.....

"Siapapun, seseorang......Tolong selamat kan aku" 

Iya, saking takut nya kehilangan seseorang lagi m/n bahkan menjadi seperti orang lain....

Ia takut jika kehilangan seseorang yang sangat berharga lagi, jika sampai kehilangan lagi ia kemungkinan akan menjadi gila.

TBC

How to fight x m. reader [HIATUS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora