2. LUKA ALBI

217 29 1
                                    

"Gengsi dan Ketakutan menjadi penghalang untuk apapun yang akan kamu lakukan"

——————

(Song recomendation : Amanojaku_Aiki Ishii)

Selamat Membaca~

🍂

Dengan terengah-engah Albi keluar dari gang sempit nan becek untuk menuju jalan utama, ia memilih jalan tersebut karena lebih cepat sampai. Kebiasaannya, selalu saja lalai dalam segala hal yang ia hadiri. Seperti biasa, ia harus beres-beres rumah—tak mungkin ia mengandalkan Neneknya yang sudah tua untuk melakukan pekerjaan rumah—lalu pergi ke sekolah.

Sampai di jalan utama, Albi kembali berlari mengejar angkot yang sudah meninggalkannya. Saat berhasil mengejar, supir angkot mengatakan kalau tempat duduk sudah penuh. Akhirnya Albi terpaksa harus berlari ke sekolah yang jaraknya sekitar 5 km dari tempatnya berdiri saat ini. Meski keringat sudah bercucuran di badan, Albi terus berlari, apapun yang terjadi ia harus masuk sekolah. Ia tidak boleh bolos sehari pun.

"Albi!"

Langkahnya terhenti secara spontan saat namanya di panggil oleh pemilik tokoh kelontong, tempat biasa ia berbelanja.

"Ada apa, Buk?" Masih ngos-ngosan Albi menoleh pada wanita berkonde yang keluar dari toko kecilnya tersebut, Buk Rohani namanya.

"Kalo telat, pake sepeda Dery aja. Soalnya hari ini dia gak masuk kerja," ucap Buk Rohani seraya menyodorkan segelas air putih pada Albi.

Meneguk habis satu gelas dalam sekali napas, hingga beberapa air mengalir di lehernya. "Makasih, Buk. Tapi apa gak papa sama Bang Dery, Buk? Ntar sepedanya rusak gara-gara Albi," tolak Albi. Dery bukanlah golongan orang yang bersikap baik pada Albi, laki-laki itu juga termasuk orang yang sering mencaci dan mengatai-ngatai Albi. Bahkan terang-terangan di depan Buk Rohani.

"Udah, gak papa. Kasihan kamu lari-lari, toh sekolahnya masih jauh. Pake sepeda Dery aja, ya?"

"Tapi, Buk—"

"Udah, gak usah khawatir Dery marah. Kamu pake sepedanya, ntar kalo pulang sekolah anterin ke Fauzan aja, biar nanti pas Dery bangun, Fauzan yang bawa ke sini."

"Gak papa, Buk?"

"Gak papa, Albi. Sekarang ambil sepedanya di samping rumah, kamu bawa ke sekolah! Cepetan! Ntar makin telat," paksa Buk Rohani sedikit mendorong tubuh Albi agar membawa sepeda Dery. Dengan terpaksa, Albi mengeluarkan sepeda merah milik Dery lalu mengayuh sepeda tersebut dengan kencang. Ia bersyukur bisa di bantu oleh Buk Rohani, jika tidak ia akan semakin telat.

Beberapa menit kemudian Albi sampai ke sekolah. Sebelumnya Albi memarkirkan sepeda Dery di sebuah pohon rimbun di samping sekolah, ia harus menyembunyikannya dari anak-anak apalagi dari penglihatan para 'Bule Lokal'. Jika mereka sampai tahu, maka tamatlah riwayat sepeda itu. Setelah itu, barulah Albi kembali berlari menuju gerbang sekolah, tapi sialnya gerbang itu sudah tertutup rapat.

"Terlambat lagi, Albi?" tanya Pak Baim—Satpam sekolah—yang duduk di pos satpam.

"Maaf, Pak. Seperti biasa, bolehin Albi masuk, ya, Pak? Albi gak papa kok kalo harus di hukum, yang penting boleh masuk," mohon Albi, sedikit merengek.

AFEKSI (end)Where stories live. Discover now