37. HANCUR (2)

68 8 2
                                    

🎧 : Disenchanted—My Chemical Romance

*

"INI BELUM CUKUP, KALO DIA BELUM MATI DI TANGAN GUE!"

_________

Selamat Membaca~

🪴

"Dengan ngerendahin diri kamu dan ngebiarin kamu dijelek-jelekin kayak gitu? Aku tahu kamu kesakitan didalam sana, Gal. Aku tahu kamu hancur saat Mama kamu cerita tadi. Gak usah sok kuat!" sentak Kanaya.

"Sampai kapan kamu mau hidup dalam kebohongan kayak gini? Kenapa kamu gak coba jelasin baik-baik ke Mama kamu? aku tahu kalau kamu juga pengen di akui, iya 'kan?"

Kata-kata Kanaya terus berputar di kepala Aigal sejak malam di hari mereka bertengkar. Aigal kehilangan fokusnya dalam segala hal disebabkan fakta-fakta yang tidak bisa dielakkan dari dirinya. Aigal tidak bisa berpikir jernih dalam latihan melukisnya untuk kompetisi. Kenyataan kalau selama ini Aigal hidup dalam kebohongan dan pura-pura kuat memang tidak bisa dipungkiri. Sejauh apapun Aigal mencoba menghindari fakta tersebut, Aigal akan kembali ke tempat awal ia berlari. Terus berputar-putar di tempat yang sama. Sudah dua hari Aigal dan Kanaya tidak saling sapa apalagi bicara. Haruskah Aigal minta maaf? Ia rasa sikapnya yang kemaren memang terlalu berlebihan.

"Aku benci sama kamu yang kayak gini, Gal," lontar Kanaya, kecewa.

Gue juga, Nay. Gue juga benci diri gue.

Aigal merasa jahat pada dirinya sendiri. Aigal selalu memaksakan segala sesuatu pada tubuhnya yang tak pernah mendapatkan semangat dari keluarga. Hanya Mbak Rere yang setiap pagi dan sebelum tidur melontarkan kalimat: Semangat, Aigal. Mbak Rere harus liat kamu besok pagi.

Salah satu alasan Aigal bertahan adalah Mbak Rere. Jika Aigal pergi, maka Mbak Rere akan kehilangan pekerjaannya. Wanita baik itu punya keluarga yang harus dinafkahi. Aigal tahu, suami Mbak Rere meninggal ketika Mbak Rere hamil enam bulan. Menitipkan seorang anak laki-laki yang selalu menunggunya pulang ketika lebaran. Meski Mbak Rere tidak rela meninggalkan Aigal, karena Aigal akan selalu sendiri di rumah sekalipun lebaran.

"Aigal, gak pulang?"

Aigal tertegun saat ditegur Bu Agnes. Aigal melihat sekeliling, ternyata kelas sudah kosong. Aigal larut dalam pikirannya sampai-sampai tak mendengar bel pulang berbunyi.

"Eh, iya, Bu. Ini mau pulang," jawab Aigal, tersenyum singkat. Ia bergegas mengemas barang-barang miliknya ke dalam tas.

"Aigal, kamu Ibu perhatiin dari tadi melamun aja. Kamu lagi ada masalah?" tanya Bu Agnes, bersimpati.

Kegiatan Aigal terjeda sejenak, kemudian menggeleng pada Bu Agnes. "Enggak, kok, Bu," jawab Aigal sambil menyandang tasnya dan hendak berjalan meninggalkan kelas.

"Terus kenapa kamu sampai gak tau kalo udah pulang?"

"Eh, itu—ah, saya lupa ada janji sama Pak Dzul, Bu. Saya duluan, ya, Bu Agnes," pamit Aigal, mengumbar senyum kecil untuk kedua kalinya.

Aigal berjalan cepat meninggalkan kelas. Aigal enggan ditanyai Bu Agnes mengenai perasaannya saat ini. Bukan tipe Aigal berbagi masalah pada gurunya, walaupun Guru BK.

AFEKSI (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang